Tuesday 30 June 2015

Seri Mendidik Anak (bag.5): Aturan-Aturan Pemberian Nama Dalam Islam



1.)   Pada dasarnya Islam menyuruh kita memberi nama anak kita (atau anak orang lain) dengan nama yang baik. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi SAW berikut ini:

إِنَّكُمْ تُدْعَوْنَ يَــوْمَ الْقِيَامَةِ بِأَسْمَائِكُمْ وَأَسْمَاءِ آبَائِكُمْ فَأَحْسِنُوْا أَسْمَاءَكُمْ
“Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kalian dan nama bapak-bapak kalian. Karena itu baguskanlah nama kalian.”
(HR. Abu Dawud)
2.)   Nama yang paling disukai Alloh adalah nama seperti “Abdulloh” dan “Abdur Rohman”.

إِنَّ أَحَبَّ أَسْمَائِكُمْ إِلَى اللهِ عَبْدُ اللهِ وَ عَبْدُ الرَّحْـمَنِ
“Sesungguhnya nama-nama kalian yang paling disukai Alloh adalah Abdulloh dan Abdur Rohman” (HR. Muslim)
3.)   Boleh memberi nama dengan nama-nama para nabi atau nama-nama orang soleh yang terdahulu.

إِنَّـهُمْ كَانُـوْا يُسَمُّوْنَ بِأَنْـبِـيَائِهِمْ وَالصَّالِـِحِيْنَ قَبْلَهُمْ
“Sesungguhnya mereka dulu memberi nama dengan nama-nama para nabi mereka dan dan orang-orang soleh sebelum mereka” (HR. Muslim)
4.)   Boleh memberi nama dengan nama Nabi SAW, yakni “Muhammad” atau “Ahmad”, tapi tidak boleh memberi nama dengan gelar-gelar nabi seperti “Abul Qosim” dan sebagainya.

تَسَمُّوْا بِـاِسْـمِيْ وَلَا تَكَـنَّـوْا بِكُنْـيَـتِـيْ
“Boleh memberi nama dengan namaku, tetapi jangan memberi gelar dengan gelaranku” (HR. Muslim)
5.)   Tidak boleh memberi nama dengan nama-nama yang hanya pantas untuk Alloh SWT saja, seperti “Malikul Amlak” (Maha Raja Diraja), “Robbul ‘Alamin” (Penguasa Semesta Alam), “Robbi” (pemeliharaku), dsb.

إِنَّ أَخْنَعَ اسْمٍ عِنْدَ اللهِ رَجُل تسمّى مَلِك الْأَمْلَاكِ
“Sesungguhnya nama yang terburuk di sisi Alloh Ta’ala ialah nama “Malikul Amlak” (Maha Raja Diraja)” (HR. Muslim).
6.)   Tidak boleh memberi nama dengan nama yang mengandung makna menganggap suci diri sendiri seperti “Barroh” (برة )(si baik atau si suci).

فَلَا تُـزَ كُّوْا أَنْـفُسَكُمْ هُوَ أَعْـلَمُ بِـمَنِ اتَّـقَى
“...Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa” (QS. An-Najm: 32)

Muhammad bin “Amr bin ‘Atho berkata, “Aku menamai anak perempuanku “Barroh”, maka Zainab binti Abu Salamah berkata kepadaku: Rasululloh SAW telah melarang memberi nama anak dengan nama ini. Dahulu namaku pun Barroh, lalu Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah kamu menganggap dirimu telah suci, Alloh Ta’ala lah yang lebih tahu siapa saja sesungguhnya orang yang baik atau suci di antara kamu (لَا تُــزَ كُّـوْا أَنْـفُسَكُمْ اَللهُ أَعْلَمُ بِأَهْلِ الْبِـرِّ مِنْكُمْ)”. Para sahabat bertanya: Lalu nama apakah yang harus kami berikan kepadanya? Nabi menjawab: “Namai dia Zainab (سَـمُّـوْهَا زَيْــنَبَ)” (HR. Muslim)
7.)   Menurut hadits riwayat Muslim, tidak boleh (atau makruh) menamai anak dengan empat nama ini: Yasar (يسار) (artinya: sebelah kiri atau mudah), Robah (رباح)(artinya: beruntung), Najih (نجيح)(artinya: sukses atau berhasil), dan Aflah (أفلح)(artinya: paling beruntung).
8.)   Tidak boleh memberi nama dengan nama yang bermakna buruk seperti “Ashiyah” (si durhaka), “Ash-habun Nar” (penghuni neraka), dsb.
9.)   Tidak boleh memberi nama dengan nama yang mengandung makna penghambaan kepada selain Allah seperti “Abdul Ka’bah” (hamba Ka’bah), “Abdud Dinar” (hamba dinar), dsb.
10.) Tidak boleh memberi nama dengan nama sesuatu yang dianggap buruk dalam Islam, seperti nama-nama neraka, nama-nama syetan, dsb.
11.) Apabila telah terlanjur memberi nama anak dengan suatu nama yang buruk atau terlarang, maka hendaklah nama tersebut segera diganti.

Ibnu Umar berkata, “Dulu anak perempuan Umar bernama ‘Ashiyah’ (عاصية) (si durhaka), lalu diganti oleh Rasulullah SA dengan nama Jamilah (جميلة)(cantik)” (HR. Muslim)
Ibnu Abbas berkata, “Dulu Juwairiyyah itu bernama Barroh, kemudian Rasululloh menggantinya dengan nama Juwairiyyah” (HR. Muslim)
    
     Demikianlah beberapa aturan Islam dalam hal pemberian nama, baik terhadap diri sendiri, terhadap anak kita, maupun kepada orang lain. Semoga Tulisan ringkas ini besar manfaatnya bagi kita semua, aamiin ya Robbal ‘alamiin. (Jakarta, Senin, 29 Juni 2015)     

No comments:

Post a Comment

Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...