Wednesday 27 July 2011

Berzikir “Allah, Allah”

Kelompok Wahabi dan orang-orang yang terpengaruh olehnya menyalahkan kaum muslimin yang mengamalkan ucapan zikir "Allah, Allah". Mereka menganggap bahwa zikir dengan ucapan "Allah, Allah" seperti itu adalah salah dan tidak ada dalilnya. Padahal menurut hemat kami, bukan mereka yang berzikir seperti demikian itu yang salah. Tetapi justru orang-orang yang menyalahkan itulah yang kurang ilmunya sehingga mereka menjadi tidak paham dengan perkara ini. Saran kami, sebaiknya mereka terus belajar dan belajar lagi agar tidak mudah saja menyalah-nyalahkan amal orang lain. 

Berikut ini, akan kami bahas dalil-dalil tentang ucapan zikir "Allah, Allah" tersebut. Mudah-mudahan tulisan ini akan bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya terutama bagi orang-orang yang selama ini ragu atau tidak tahu dengan kebenaran zikir "Allah, Allah".

Apa dalil berzikir “Allah, Allah” (ألله، ألله) ?
Dalil dari al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1.  واذكراسم ربك بكرة و أصيلا
     “Dan sebutlah nama Tuhanmu pada waktu pagi dan petang” (Q.S. al-Insan (76): 25)
Di ayat tersebut kita diperintahkan untuk menyebut nama Tuhan kita. Apakah kita ragu bahwa nama Tuhan kita adalah Allah ( ألله )?
إنني أنا الله لا إله إلا أنا فاعـبدني وأقم الصلاة لذكري
“ Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (Q.S. Thaha (20): 14)
Jadi, nama Tuhan kita yang utama adalah Allah. Sedangkan nama-nama-Nya yang lain seperti yang terdapat dalam Asma-ul Husna adalah nama-nama tambahan untuk menunjukkan sebagian dari sifat-sifat-Nya. Di dalam kitab al-Mukhtashar Fi Ma’ani Asma’illahil Husna[1] halaman 13 disebutkan:
“Ketahuliah, sesungguhnya nama ini (ألله-pen) adalah nama yang teragung dari 99 nama yang terdapat dalam riwayat Tirmidzi karena nama ini menunjukkan atas Zat yang menghimpun semua sifat-sifat ketuhanan…”
Dengan demikian, kalau disuruh kita menyebut nama Tuhan (seperti perintah pada surat al-Insan ayat 25 di atas), tentu saja yang lebih utama kita sebut adalah “Allah” meskipun menyebut nama-nama-Nya yang lain adalah bagus pula.
Ayat al-Qur’an yang selanjutnya adalah:
2. يا أيها الذين امنوا اذكروالله ذكرا كثيرا
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.”[2] (Q.S. al-Ahzab (33): 41)
Allah swt berfirman pula kepada Nabi Zakariya, yang tentunya untuk menjadi pelajaran bagi kita:
واذكرربك كـثيرا وسبح بالعـشي والإبكار
“…Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.” (Q.S. Ali Imran: 41)
Ayat tersebut menganjurkan untuk menyebut nama Tuhan sebanyak-banyaknya. Maka baguslah untuk berzikir “Allah, Allah” dengan sebanyak-banyaknya karena nama Tuhan kita, sekali lagi, adalah “Allah”.
Allah telah menjanjikan ampunan dan pahala yang besar untuk beberapa golongan manusia dalam surat al-Ahzab ayat 35. Salah satu dari golongan tersebut adalah:
“…laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah…”
3. واذكراسم ربك وتبتـل اليه تـبتـيـلا
“Dan sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati” (Q.S. al-Muzzammil (73): 8)
Sekali lagi, di ayat tersebut, kita disuruh untuk menyebut nama Tuhan kita. Dan nama Tuhan kita, tidak ragu lagi, adalah “Allah”. Artinya, kita memang disuruh untuk menyebut kata “Allah”.
Berarti sudah enam dalil dari al-Qur’an yang kita cantumkan di sini, walaupun secara penomeran cuma tertulis tiga. Orang yang beriman sebenarnya tidak butuh banyak dalil. Andaikan cuma satu ayat saja dalil dari al-Qur’an yang ditemukan, niscaya cukuplah itu baginya untuk menjadi pegangan. Apalagi ini lebih dari satu ayat. Dan mungkin pula dalil dari al-Quran tentang ini sebenarnya lebih banyak dari jumlah yang bisa kami cantumkan di sini.

Sedangkan dalil dari hadits Nabi saw adalah sebagai berikut:
لا تـقوم الساعة حتى لا يـبـقى عـلى وجه الارض من يـقول الله الله
“Kiamat tidak akan terjadi sampai tidak ada lagi di muka bumi orang yang mengucapkan: “Allah, Allah” (H.R. Muslim)
Kami rasa hadits tersebut cukup jelas berbicara tentang zikir “Allah, Allah”. Dari hadits tersebut juga dapat kita pahami secara tersirat bahwa orang yang mengucapkan “Allah, Allah” memang akan semakin sedikit jumlahnya sampai akhirnya tidak ada lagi sama sekali. Ketika tidak ada lagi orang yang mengucapkan “Allah, Allah”, maka terjadilah kiamat.

Ada orang yang membantah zikir “Allah, Allah” ini dengan alasan bahwa zikir tersebut kalimatnya tidak sempurna, hanya “Allah” saja, mestinya kan ditambah dengan  suatu sifat Tuhan, umpamanya “Allahu Akbar” dengan demikian kalimatnya menjadi tidak mengambang. Bagaimana hal tersebut?
Kalimat “Allahu Akbar” memang adalah suatu bentuk zikir. Tapi itu bukan berarti bahwa zikir “Allah, Allah” itu lantas harus ditolak. Kenapa demikian? Karena tidak ada satu dalilpun yang mewajibkan penyebutan nama Allah itu harus diiringi dengan salah satu sifat-Nya. Alasan orang yang membantah seperti itu cuma alasan dengan logikanya saja. Dan kami kira itu adalah karena kekurangan ilmunya tentang nama “Allah” ini. Sebab para ulama telah menerangkan bahwa nama “Allah” itu adalah nama yang menghimpun seluruh sifat dan hakikat ketuhanan (lihatlah kitab al-Mukhtashar Fi Ma’ani Asma’illahil Husna halaman 13). Berarti kata “Allah” itu saja sebenarnya sudah lengkap karena sudah mengandung keseluruhan dari sifat-sifat ketuhanan. Namun adakalanya suatu sifat ketuhanan itu perlu ditekankan kepada umat sehingga disebutlah sifat tersebut setelah nama Allah. Kata Allahu Akbar, misalnya, adalah untuk menekankan sifat Maha Besar-nya Allah ke dalam hati ummat. Padahal seandainya kata Akbar itu tidak disebut, dia sebenarnya sudah terkandung dalam nama “Allah” itu sendiri. Orang yang tidak mengetahui hal ini sajalah, kami kira, yang akan mengatakan kata ِAllah itu tidak lengkap atau mengambang. Dan tolong perhatikan kembali hadits shahih riwayat Muslim di atas. Pada hadits tersebut jelas-jelas Nabi saw sendiri yang mencontohkan kata “Allah, Allah” itu. Kalau hal itu tidak boleh, niscaya tidak akan muncul hadits tersebut.

Tetapi apakah Nabi Muhammad saw memang mengamalkan zikir “Allah Allah” ini?
Saudaraku, hadits riwayat Muslim yang kami cantumkan di atas, walaupun disampaikan dalam bentuk kalimat berita, sebenarnya kalau kita mau merenungkannya dengan jernih, jelas tersiratlah di situ anjuran untuk mengamalkannya. Nabi tidak akan menganjurkan sesuatu kalau beliau sendiri belum mengamalkannya. Apalagi ayat-ayat al-Qur’an yang telah kami cantumkan di atas jelas-jelas berbentuk perintah/suruhan. Renungkanlah kembali ayat-ayat tersebut.

Memahami Zikir “Allah, Allah” Dengan Pendekatan “Cinta”
Saudaraku, saya pernah memiliki seorang teman sekelas ketika masih bersekolah di sebuah Aliyah negeri di Jakarta dulu. Selain sekelas, dia juga teman duduk saya—persis di samping saya duduknya setiap hari—karena pada masa itu semua siswa duduk berdua-dua satu meja. Kebetulan, kawan saya itu, jatuh cinta pada seorang siswi yang juga bersekolah di Aliyah tersebut (tapi bukan berarti berpacaran itu boleh ya). Setiap hari, saya perhatikan, teman saya ini selalu menyebut nama siswi tersebut berulang-ulang dengan demikian syahdunya. Ya, hanya namanya saja, tanpa tambahan kata apapun. Suatu saat saya tanya, tentu saja dengan logat bahasa Jakarta, “Kenapa sih lu sering banget nyebut nama dia? Nggak bosen apa?”. Dengan polos dia menjawab, “Nggak tau, rasanya… gimana gitu, kalo nyebut nama dia itu”.

Saudaraku, kalau Anda masih saja sulit memahami realitas kebenaran zikir “Allah, Allah” itu, setelah sejumlah dalil dari al-Quran dan hadits itu telah kami kemukakan, mungkin ada baiknya Anda memahaminya dari pendekatan ini, pendekatan cinta. Kisah kecil tentang teman saya di atas itu adalah kisah nyata, tidak saya karang-karang, yang mana hal itu menunjukkan bahwa orang yang jatuh cinta pada sesuatu atau seseorang itu akan sering menyebut nama dari sesuatu atau seseorang tersebut, walau tanpa tambahan kata apapun. Hal ini terjadi karena dia merasakan suatu kenikmatan tersendiri yang tidak bisa dilukiskan dan diungkapkan dengan kata-kata kepada orang lain. Kenikmatan itu juga hanya dia sendiri yang bisa merasakannya. Orang lain tidak akan bisa merasakan kenikmatan itu. Orang yang pernah mengalami rasa jatuh cinta, insya Allah akan bisa memahami penjelasan ini.

Begitulah fenomena cinta terhadap sesama manusia, Saudaraku. Maka bagaimanakah halnya seseorang yang jatuh cinta kepada Tuhannya? Bukankah orang mukmin itu dalam al-Quran dikatakan Sangat cinta kepada Allah? (lihat surat al-Baqarah ayat 165). Maka apakah yang aneh dengan zikir “Allah, Allah”? Itulah ungkapan cinta, seorang hamba kepada Tuhannya. Orang yang mengalami perasaan cinta kepada Allah akan merasakan suatu kenikmatan tersendiri ketika menyebut kata “Allah, Allah”. Dan bagi orang yang belum mengalami rasa cinta kepada Allah, insya Allah, penyebutan kata “Allah, Allah” itu akan mengasah sedikit demi sedikit rasa cinta tersebut. Akan menyulut sedikit demi sedikit rasa kerinduannya kepada Allah, sampai akhirnya berkobar dan membakar (membakar segala dosa, kesalahan, dan sifat-sifat hawa nafsu yang rendah).

Orang yang tidak memiliki api, tidak akan bisa memasak, Saudaraku. Tidak ada satupun yang bisa dia matangkan, karena dia tidak memiliki api. Orang yang memiliki api kerinduan kepada Allah maka dia akan bisa mematangkan sifat-sifat terpujinya, akhlakul karimahnya (tapi tentu saja hal itu membutuhkan waktu).

Semestinya Tidak Heran Lagi, Karena Bukti Dari Tuhan pun Sudah Sangat Jelas
Apa bukti dari Tuhan? Lihatlah, bukankah sudah tersebar di mana-mana, adanya awan yang membentuk nama Allah ( الله )? Ya, Allah saja, tanpa tambahan kata apapun.

Ada pula lebah yang melukis nama Allah di sarangnya. Ya, kata Allah saja, tanpa tambahan kata apapun. Pohon kaktus yang membentuk nama Allah. Dan masih banyak lagi yang lainnya. Hal ini sudah beredar luas di mana-mana, lewat kaset-kaset VCD ataupun di internet. Hal ini tentunya menjadi bukti yang jelas, dari Tuhan sendiri, akan kebolehan menyebut nama “Allah” tanpa diiringi tambahan kata apapun.
 
lafaz Allah di sarang lebah


Namun bagaimanapun jelasnya dalil-dalil dan bukti-bukti yang ada, urusan petunjuk adalah tetap urusan Allah. Orang-orang yang tak diberi petunjuk oleh Allah, mungkin akan tetap menolak ucapan zikir ini. Akan ada saja bantahan dari mereka, begini dan begitu. Kita serahkan saja urusan itu kepada Allah. Yang penting, jangan sekali-kali mereka memaksakan pendapatnya yang batil itu kepada orang lain. Wassalam.

*Muhammad Al-Amin, Tuanku Sidi Mandaro.
*Muaro Sijunjung, Rabu 27 Juli 2011.


[1] Karya al-Ustadz Mahmud Samiy, Kairo: Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah, Isa Babil Halabi wa Syirkah. Ditulis tahun 1366 H.
[2] Redaksi terjemahan seperti ini terdapat dalam Al-Qur’an Dan Terjemahnya Departemen Agama Republik Indonesia Revisi terjemah 1989 penerbit Toha Putra Semarang.  

26 comments:

  1. sy fikir sdr yg menulis tentang zikir allah, allah, sgt emosional jk memang ada di anjurkan pasti nabi sampaikan, sdr kemukakan dalil semua di atas hanya penjelasan bkn anjuran dan perintah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lho itu dalil pada surat al- Insan ayat 25 di atas kan bersifat perintah, Mas. Baca lagi yang benar ya: “Dan sebutlah nama Tuhanmu pada waktu pagi dan petang” (Q.S. al-Insan (76): 25). Pada ayat itu kita disuruh menyebut nama Tuhan kita. Nama Tuhan kita siapa? Ya jelas “Allah”. Kalau Allah menyuruh, itu berarti Nabi juga menyuruh. Bahkan dalil Alquran itu nilainya lebih kuat daripada dalil hadits.

      Delete
    2. Di antara dalil yang menunjukkan bolehnya berdzikir dengan lafazh ( الله ) saja adalah hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim dan lainnya dari sahabat Anas –semoga Allah meridlainya- bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda:

      " لا تقوم الساعة حتى لا يقال في الأرض : الله ، الله " رواه مسلم وغيره

      Maknanya: "Tidak akan tiba kiamat hingga tidak ada yang mengucapkan di atas bumi (kalimat) Allah, Allah" (H.R. Muslim dan lainnya)

      Dalam salah satu riwayat Muslim dinyatakan:

      "لا تقوم الساعة على أحد يقول : الله ، الله ".

      Maknanya: "Kiamat tidak akan dirasakan oleh orang yang mengucapkan (kalimat) Allah, Allah".

      Allah ta'ala berfirman:

      قل الله ثم ذرهم في خوضهم يلعبون سورة الأنعام : 91

      Maknanya: “Katakanlah : Allah , kemudian biarkanlah mereka bermain dalam kesesatannya" (Q.S. al An'am: 91)
      Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa orang yang menyebut nama Allah secara tersendiri akan memperoleh pahala.

      Ulama salaf dan mutaqqimun yang mengharuskan zikir Allah Allah atau menyebut Allah Allah; antaranya:

      1. Abu al-Husain an-Nuri (295H)
      2. Az-Zubaidi (Pengarang "al-Jam'u baina as-Sahihain")
      3. Abu Hamid al-Ghazali
      4. Fakhruddin ar-Razi
      5. Ibn Rajab al-Hanbali
      6. Ibn 'Abidin
      7. Zakaria al-Ansari
      8. al-Manawi
      9. ar-Ramli
      10. Ibn Hajar al-Haithami

      Dalil mereka ialah zahir ayat-ayat Al-Quran yang menyuruh berzikrullah serta hadith-hadith yang menyebut Allah Allah.

      Antara ayat-ayat zahir tersebut ialah:

      - الذين يذكرون الله قياما وقعودا وعلى جنوبهم
      - والذاكرين الله كثيرا والذاكرات
      - واذكر ربك كثيرا وسبح بالعشي والإبكار
      - اذكروا الله ذكرا كثيرا وسبحوه بكرة وأصيلا

      dan ayat-ayat yang menyuruh menyebut nama Allah:

      - واذكر اسم ربك وتبتل إليه تبتيلا
      - واذكر اسم ربك بكرة وأصيلا
      - ومن أظلم ممن منع مساجد الله أن يذكر فيها اسمه
      - في بيوت أذن الله أن ترفع ويذكر فيها اسمه
      - ويذكروا اسم الله في أيام معلومات

      ayat-ayat ini berulang-ulang menunjukkan ta'kid kepada suruhan menyebut nama Allah. Doa dan zikir yang tidak hanya menyebut nama Allah tetapi dgn tambahan lain seperti tasbih, tahmid, takbir... telahpun disuruh dalam ayat-ayat yang lain.

      Jika Allah SWT bertujuan untuk menyuruh bertasbih atau bertakbir, lafaznya jelas: bertasbihlah kamu kepada Allah atau bertakbirlah kamu kepada Allah.

      Juga seperti: bacalah dgn menyebut nama Tuhanmu, atau bertasbihlah dgn menyebut Tuhanmu...tetapi disini khas "sebutlah nama Tuhanmu" tanpa dikaitkan dengan zikir-zikir yang lain. Wallahu a3lam.

      Delete
    3. Beristigfar Lah Anda. . . . . Sudah JelaSPun Ayatnya Dalm Alquran Masih Juga Diperdebatkan,Bedakan Arti Menyebut Dan Mengingat. . . . Klo Anda Makan Hanya Ingat Saja Bisa Coba Jawab Saya. . . . . Begitulah pahamnya Allah Itu Di Sebut Namanya Justru Di Suruh Kita Sebut Namanya Di Meajid Mesjidnya. Jadi Klo Ada Yg Sebut Allah Saja Siapa Bilang Tak Ada Makna, justru OrG Yv Mengatakan Itu Tak Paham. Coba Antum Artkkan Kata Perkata Makna BismillhirrohmanNiRrohim. Bukan KaH Artinya Kita Menyebut Nama Allah.

      Delete
  2. Dzikir dgn menyebut nama Allah saja jelas2 boleh berdasarkan dalil qur'an n hadis di atas, kl gk boleh tentu nabi saw melarang dengan dalil yg sorih/jelas. Masa dzikir dgn hanya menybut nm Allah itu bid'ah n msk neraka? Logikanya dmn?

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  6. sdr manduki taher, sptnya kamu gak ngerti agama, masa sejelas itu dalil dlm alquran 76:25 anjuran ttg zikir mnybt nama الله kamu gak faham, km berarti gagal faham, na'uzubillah min anta!

    ReplyDelete
  7. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  8. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  9. Dzajakulloh khoiron kasiro Buya Amin (pengarang tulisanini), Semoga Allah SWT memuliakan Anta. Terutama karena krn keiklasan anta dlm bersyiar dan siap menuai kontroversi.
    Sungguh tidak logis bagi yg kontra untuk mendebat apa yang dianjurkan oleh Alquran dgn begitu terang..
    Wawlohua'lam

    ReplyDelete
  10. Dzajakulloh khoiron kasiro Buya Amin (pengarang tulisanini), Semoga Allah SWT memuliakan Anta. Terutama karena krn keiklasan anta dlm bersyiar dan siap menuai kontroversi.
    Sungguh tidak logis bagi yg kontra untuk mendebat apa yang dianjurkan oleh Alquran dgn begitu terang..
    Wawlohua'lam

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah..
    JazaakAllaahu khairan katsiran
    sangat bermanfaat

    ReplyDelete
  12. Mohon fatwa ulama (Ibnu Taimiyah) ini dibantah dengan fatwa ulama pula, jangan dibantah dengan ‘fatwa’ anda sendiri. Atau apakah anda merasa memahami al-Qu’an dan Hadits???
    Atau anda menganggap bahwa Ibnu Taimiyah tidak faham terhadap kandungan al-Qur’an dan hadits???
    Syaikhul Islam mengatakan
    والذكر بالاسم المفرد مظهرا ومضمرا بدعة في الشرع وخطأ في القول واللغة فإن الاسم المجرد ليس هو كلاما لا إيمانا ولا كفرا
    Zikir dengan isi mufrad (satu kata), baik lahir (diucapkan) maupun batin (dalam hati) adalah bid’ah dalam syariat, salah secara etika berbicara dan keliru secara bahasa. Karena satu kata, bukan kalam (kalimat sempurna), bukan iman dan bukan pula kekafiran. (Majmu’ Al-Fatawa, 10/396).

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siapa bilang kalimah Allah tidak sempurna tiada tuhan boleh sebut Allah saja disebut tak boleh pelik lah perkara ini.

      Delete
  13. Sudahkah di baca surah al baqarah... Jelas disitu ayatnya albaqarah 114 dan siapakah yg lebih aniaya daripada org yg menghalang halangi menyebut Allah dalam mesjid mesjidnya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk kedalamnya (mesjid Allah) kecuali dengan rasa takut kepada Allah. Mereka di dunia mendapat kehinaan dan diakhirat mendapat siksa yg berat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Klo anda nggk percaya dengan surah diatas yg sudah jelas coba saja anda buat..... Nanti liat apa yg berlaku terhadap anda.Alquran kitab Allah yg berkata bukan manusia

      Delete
    2. Refrensi ayat alquran menyebut Allah. Surah al ahzab 21_35 41_42_43.surah al baqarah 114,152,200.ali imran 41_191.al anfaal 2.al jumuah 9_10.al munadiquun 9.al hajj 28,35.kalimah Allah paling tinggi at taubah 40.an nissa 103,142.al hadiid 16.an nuur 36_37.al mujaadilah 19.al maaidah 91.azzumar 22,23 klo di sebut Allah saja merasa kesal ini ayatnya azzumar 45.al araaf 205.asy syuaraa 226_227.surah ar ra'du ayat 28.al ankabut 45.thaaha 25-26-27-28-29-30-31-32-33-34.al furqan 18.shaad 30-31-32.qaff 39-40.adz dzariyat49. Al maidah 54-55-56-57.

      Delete
    3. Al munafiqun bukan munadiqun

      Delete
  14. Kalau sudah dari al quran saya gak berani membantah, itu firman allah.. akal manusia dan logika manusia teebatas, kita sangat kecil dan lemah

    ReplyDelete
  15. Allah allah allah allah allah allah allah allah allah allah

    ReplyDelete
  16. dzikirlah seperti Baginda Rasulullah perintahkan... beristigfhar ...lalu berdzikir : tasbih, takbir, tahmid, tahlil...dan darimana kmu memulainya pahala ganjarannya. lakukan seperti Beliau sehabis sholat 33x dan waktu2 senggang lainnya. Dan lakukan shabis sholat fardhu utk membaca al ikhlas3x, al falaq, annas, ayat kursi. Insya Allah selamat dunia akherat...

    Siapakah Pemberi syafaat di yaumil qiyamah ? mengapa kita tdk mengamalkan amalan2 Baginda Rasulullah SAW ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jangan bertengkar..Amalkan saja masing2 apa yg anda yakini..dan saling menghormati dan menghargai lah..Allah lebih berhak menerima atau menolak amal seseorang..bukan kita

      Delete
    2. @sugeng riady. . .saya sependapat dgn antum. . .
      kita ikut saja apa yg dipahami dan dilakukan para sahabat yg merupakan generasi terbaik dan menyaksikan langsung bagaimana nabi Shalallahu'alaihiwasallam melakukan dzikir. . .

      dan biasanya ada yg protes. . .
      "sahabat yg mana yg di ikuti?"

      utk saat ini saya merujuk ke tafsir Ibnu Katsir. . .

      wassalam : ajosdepok

      Delete

Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...