Kelompok
Wahabi dan orang-orang yang terpengaruh olehnya menyalahkan kaum muslimin yang mengamalkan
ucapan zikir "Allah, Allah". Mereka menganggap bahwa zikir dengan
ucapan "Allah, Allah" seperti itu adalah salah dan tidak ada
dalilnya. Padahal menurut hemat kami, bukan mereka yang berzikir seperti
demikian itu yang salah. Tetapi justru orang-orang yang menyalahkan itulah yang
kurang ilmunya sehingga mereka menjadi tidak paham dengan perkara ini. Saran
kami, sebaiknya mereka terus belajar dan belajar lagi agar tidak mudah saja
menyalah-nyalahkan amal orang lain.
Berikut ini, akan kami bahas dalil-dalil tentang ucapan zikir "Allah, Allah" tersebut. Mudah-mudahan tulisan ini akan bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya terutama bagi orang-orang yang selama ini ragu atau tidak tahu dengan kebenaran zikir "Allah, Allah".
Apa dalil berzikir “Allah, Allah” (ألله، ألله)
?
Dalil dari al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1. واذكراسم ربك بكرة و أصيلا
“Dan sebutlah nama Tuhanmu pada waktu pagi
dan petang” (Q.S. al-Insan (76): 25)
Di ayat
tersebut kita diperintahkan untuk menyebut nama Tuhan kita. Apakah kita
ragu bahwa nama Tuhan kita adalah Allah ( ألله )?
إنني أنا الله لا إله إلا أنا فاعـبدني وأقم الصلاة لذكري
“
Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah
Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (Q.S. Thaha (20): 14)
Jadi, nama
Tuhan kita yang utama adalah Allah. Sedangkan nama-nama-Nya yang lain seperti
yang terdapat dalam Asma-ul Husna adalah nama-nama tambahan untuk menunjukkan
sebagian dari sifat-sifat-Nya. Di dalam kitab al-Mukhtashar Fi Ma’ani
Asma’illahil Husna[1] halaman
13 disebutkan:
“Ketahuliah,
sesungguhnya nama ini (ألله-pen) adalah nama yang
teragung dari 99 nama yang terdapat dalam riwayat Tirmidzi karena nama ini
menunjukkan atas Zat yang menghimpun semua sifat-sifat ketuhanan…”
Dengan
demikian, kalau disuruh kita menyebut nama Tuhan (seperti perintah pada
surat al-Insan ayat 25 di atas), tentu saja yang lebih utama kita sebut adalah
“Allah” meskipun menyebut nama-nama-Nya yang lain adalah bagus pula.
Ayat al-Qur’an
yang selanjutnya adalah:
2. يا أيها الذين امنوا اذكروالله ذكرا كثيرا
“Hai
orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya.”[2]
(Q.S. al-Ahzab (33): 41)
Allah swt
berfirman pula kepada Nabi Zakariya, yang tentunya untuk menjadi pelajaran bagi
kita:
واذكرربك كـثيرا وسبح بالعـشي والإبكار
“…Dan
sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang
dan pagi hari.” (Q.S. Ali Imran: 41)
Ayat tersebut
menganjurkan untuk menyebut nama Tuhan sebanyak-banyaknya. Maka baguslah untuk
berzikir “Allah, Allah” dengan sebanyak-banyaknya karena nama Tuhan kita,
sekali lagi, adalah “Allah”.
Allah telah
menjanjikan ampunan dan pahala yang besar untuk beberapa golongan manusia dalam
surat al-Ahzab ayat 35. Salah satu dari golongan tersebut adalah:
“…laki-laki dan
perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah…”
3. واذكراسم ربك وتبتـل اليه تـبتـيـلا
“Dan
sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati” (Q.S.
al-Muzzammil (73): 8)
Sekali lagi, di
ayat tersebut, kita disuruh untuk menyebut nama Tuhan kita. Dan nama Tuhan
kita, tidak ragu lagi, adalah “Allah”. Artinya, kita memang disuruh untuk
menyebut kata “Allah”.
Berarti sudah
enam dalil dari al-Qur’an yang kita cantumkan di sini, walaupun secara
penomeran cuma tertulis tiga. Orang yang beriman sebenarnya tidak butuh banyak
dalil. Andaikan cuma satu ayat saja dalil dari al-Qur’an yang ditemukan,
niscaya cukuplah itu baginya untuk menjadi pegangan. Apalagi ini lebih dari
satu ayat. Dan mungkin pula dalil dari al-Quran tentang ini sebenarnya lebih
banyak dari jumlah yang bisa kami cantumkan di sini.
Sedangkan dalil dari hadits Nabi saw adalah sebagai berikut:
لا تـقوم الساعة حتى لا
يـبـقى عـلى وجه الارض من يـقول الله الله
“Kiamat tidak akan terjadi sampai
tidak ada lagi di muka bumi orang yang mengucapkan: “Allah, Allah” (H.R.
Muslim)
Kami rasa hadits tersebut cukup jelas berbicara tentang zikir “Allah,
Allah”. Dari hadits tersebut juga dapat kita pahami secara tersirat bahwa
orang yang mengucapkan “Allah, Allah” memang akan semakin sedikit jumlahnya
sampai akhirnya tidak ada lagi sama sekali. Ketika tidak ada lagi orang yang
mengucapkan “Allah, Allah”, maka terjadilah kiamat.
Ada orang yang membantah zikir “Allah,
Allah” ini dengan alasan bahwa zikir tersebut kalimatnya tidak sempurna, hanya
“Allah” saja, mestinya kan ditambah dengan
suatu sifat Tuhan, umpamanya “Allahu Akbar” dengan demikian kalimatnya
menjadi tidak mengambang. Bagaimana hal tersebut?
Kalimat “Allahu Akbar” memang adalah suatu bentuk zikir. Tapi itu
bukan berarti bahwa zikir “Allah,
Allah” itu lantas harus ditolak. Kenapa demikian? Karena tidak ada satu
dalilpun yang mewajibkan penyebutan nama Allah itu harus diiringi dengan salah
satu sifat-Nya. Alasan orang yang membantah seperti itu cuma alasan dengan
logikanya saja. Dan kami kira itu adalah karena kekurangan ilmunya tentang nama
“Allah” ini. Sebab para ulama telah menerangkan bahwa nama “Allah” itu adalah
nama yang menghimpun seluruh sifat dan hakikat ketuhanan (lihatlah kitab al-Mukhtashar
Fi Ma’ani Asma’illahil Husna halaman 13). Berarti kata “Allah” itu
saja sebenarnya sudah lengkap karena sudah mengandung keseluruhan dari
sifat-sifat ketuhanan. Namun adakalanya suatu sifat ketuhanan itu perlu
ditekankan kepada umat sehingga disebutlah sifat tersebut setelah nama Allah.
Kata Allahu Akbar, misalnya, adalah untuk menekankan sifat Maha Besar-nya
Allah ke dalam hati ummat. Padahal seandainya kata Akbar itu tidak
disebut, dia sebenarnya sudah terkandung dalam nama “Allah” itu sendiri.
Orang yang tidak mengetahui hal ini sajalah, kami kira, yang akan mengatakan
kata ِAllah itu tidak
lengkap atau mengambang. Dan tolong perhatikan kembali hadits shahih riwayat
Muslim di atas. Pada hadits tersebut jelas-jelas Nabi saw sendiri yang
mencontohkan kata “Allah, Allah” itu. Kalau hal itu tidak boleh, niscaya
tidak akan muncul hadits tersebut.
Tetapi apakah Nabi Muhammad saw memang mengamalkan
zikir “Allah Allah” ini?
Saudaraku, hadits riwayat Muslim yang kami cantumkan di atas, walaupun disampaikan
dalam bentuk kalimat berita, sebenarnya kalau kita mau merenungkannya dengan
jernih, jelas tersiratlah di situ anjuran untuk mengamalkannya. Nabi tidak akan
menganjurkan sesuatu kalau beliau sendiri belum mengamalkannya. Apalagi
ayat-ayat al-Qur’an yang telah kami cantumkan di atas jelas-jelas berbentuk perintah/suruhan.
Renungkanlah kembali ayat-ayat tersebut.
Memahami Zikir “Allah, Allah” Dengan Pendekatan
“Cinta”
Saudaraku, saya pernah memiliki seorang teman sekelas ketika masih bersekolah
di sebuah Aliyah negeri di Jakarta dulu. Selain sekelas, dia juga teman duduk
saya—persis di samping saya duduknya setiap hari—karena pada masa itu semua siswa
duduk berdua-dua satu meja. Kebetulan, kawan saya itu, jatuh cinta pada seorang
siswi yang juga bersekolah di Aliyah tersebut (tapi bukan berarti berpacaran
itu boleh ya). Setiap hari, saya perhatikan, teman saya ini selalu menyebut
nama siswi tersebut berulang-ulang dengan demikian syahdunya. Ya, hanya
namanya saja, tanpa tambahan kata apapun. Suatu saat saya tanya, tentu
saja dengan logat bahasa Jakarta, “Kenapa sih lu sering banget nyebut nama dia?
Nggak bosen apa?”. Dengan polos dia menjawab, “Nggak tau, rasanya… gimana gitu,
kalo nyebut nama dia itu”.
Saudaraku, kalau Anda masih saja sulit memahami realitas kebenaran zikir
“Allah, Allah” itu, setelah sejumlah dalil dari al-Quran dan hadits itu telah kami
kemukakan, mungkin ada baiknya Anda memahaminya dari pendekatan ini, pendekatan
cinta. Kisah kecil tentang teman saya di atas itu adalah kisah nyata, tidak saya
karang-karang, yang mana hal itu menunjukkan bahwa orang yang jatuh cinta pada
sesuatu atau seseorang itu akan sering menyebut nama dari sesuatu atau
seseorang tersebut, walau tanpa tambahan kata apapun. Hal ini terjadi karena
dia merasakan suatu kenikmatan tersendiri yang tidak bisa dilukiskan dan
diungkapkan dengan kata-kata kepada orang lain. Kenikmatan itu juga hanya dia
sendiri yang bisa merasakannya. Orang lain tidak akan bisa merasakan kenikmatan
itu. Orang yang pernah mengalami rasa jatuh cinta, insya Allah akan bisa
memahami penjelasan ini.
Begitulah fenomena cinta terhadap sesama manusia, Saudaraku. Maka
bagaimanakah halnya seseorang yang jatuh cinta kepada Tuhannya? Bukankah orang
mukmin itu dalam al-Quran dikatakan Sangat cinta kepada Allah? (lihat
surat al-Baqarah ayat 165). Maka apakah yang aneh dengan zikir “Allah, Allah”?
Itulah ungkapan cinta, seorang hamba kepada Tuhannya. Orang yang mengalami
perasaan cinta kepada Allah akan merasakan suatu kenikmatan tersendiri ketika
menyebut kata “Allah, Allah”. Dan bagi orang yang belum mengalami rasa cinta
kepada Allah, insya Allah, penyebutan kata “Allah, Allah” itu akan mengasah
sedikit demi sedikit rasa cinta tersebut. Akan menyulut sedikit demi sedikit
rasa kerinduannya kepada Allah, sampai akhirnya berkobar dan membakar (membakar
segala dosa, kesalahan, dan sifat-sifat hawa nafsu yang rendah).
Orang yang tidak memiliki api, tidak akan bisa memasak, Saudaraku. Tidak
ada satupun yang bisa dia matangkan, karena dia tidak memiliki api. Orang yang
memiliki api kerinduan kepada Allah maka dia akan bisa mematangkan sifat-sifat
terpujinya, akhlakul karimahnya (tapi tentu saja hal itu membutuhkan waktu).
Semestinya Tidak Heran
Lagi, Karena Bukti Dari Tuhan pun Sudah Sangat Jelas
Apa bukti dari Tuhan? Lihatlah, bukankah sudah tersebar di mana-mana,
adanya awan yang membentuk nama Allah ( الله )? Ya, Allah saja, tanpa
tambahan kata apapun.
Ada pula lebah yang melukis nama Allah di sarangnya. Ya, kata Allah
saja, tanpa tambahan kata apapun. Pohon kaktus yang membentuk nama Allah. Dan
masih banyak lagi yang lainnya. Hal ini sudah beredar luas di mana-mana, lewat
kaset-kaset VCD ataupun di internet. Hal ini tentunya menjadi bukti yang jelas,
dari Tuhan sendiri, akan kebolehan menyebut nama “Allah” tanpa diiringi
tambahan kata apapun.
Namun bagaimanapun jelasnya
dalil-dalil dan bukti-bukti yang ada, urusan petunjuk adalah tetap urusan Allah. Orang-orang yang tak diberi petunjuk
oleh Allah, mungkin akan tetap menolak ucapan zikir ini. Akan ada saja bantahan
dari mereka, begini dan begitu. Kita serahkan saja
urusan itu kepada
Allah. Yang
penting, jangan sekali-kali mereka memaksakan pendapatnya yang batil itu kepada
orang lain. Wassalam.
*Muhammad Al-Amin, Tuanku Sidi Mandaro.
*Muaro Sijunjung, Rabu 27 Juli 2011.
sy fikir sdr yg menulis tentang zikir allah, allah, sgt emosional jk memang ada di anjurkan pasti nabi sampaikan, sdr kemukakan dalil semua di atas hanya penjelasan bkn anjuran dan perintah.
ReplyDeleteLho itu dalil pada surat al- Insan ayat 25 di atas kan bersifat perintah, Mas. Baca lagi yang benar ya: “Dan sebutlah nama Tuhanmu pada waktu pagi dan petang” (Q.S. al-Insan (76): 25). Pada ayat itu kita disuruh menyebut nama Tuhan kita. Nama Tuhan kita siapa? Ya jelas “Allah”. Kalau Allah menyuruh, itu berarti Nabi juga menyuruh. Bahkan dalil Alquran itu nilainya lebih kuat daripada dalil hadits.
DeleteDi antara dalil yang menunjukkan bolehnya berdzikir dengan lafazh ( الله ) saja adalah hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim dan lainnya dari sahabat Anas –semoga Allah meridlainya- bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam bersabda:
Delete" لا تقوم الساعة حتى لا يقال في الأرض : الله ، الله " رواه مسلم وغيره
Maknanya: "Tidak akan tiba kiamat hingga tidak ada yang mengucapkan di atas bumi (kalimat) Allah, Allah" (H.R. Muslim dan lainnya)
Dalam salah satu riwayat Muslim dinyatakan:
"لا تقوم الساعة على أحد يقول : الله ، الله ".
Maknanya: "Kiamat tidak akan dirasakan oleh orang yang mengucapkan (kalimat) Allah, Allah".
Allah ta'ala berfirman:
قل الله ثم ذرهم في خوضهم يلعبون سورة الأنعام : 91
Maknanya: “Katakanlah : Allah , kemudian biarkanlah mereka bermain dalam kesesatannya" (Q.S. al An'am: 91)
Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa orang yang menyebut nama Allah secara tersendiri akan memperoleh pahala.
Ulama salaf dan mutaqqimun yang mengharuskan zikir Allah Allah atau menyebut Allah Allah; antaranya:
1. Abu al-Husain an-Nuri (295H)
2. Az-Zubaidi (Pengarang "al-Jam'u baina as-Sahihain")
3. Abu Hamid al-Ghazali
4. Fakhruddin ar-Razi
5. Ibn Rajab al-Hanbali
6. Ibn 'Abidin
7. Zakaria al-Ansari
8. al-Manawi
9. ar-Ramli
10. Ibn Hajar al-Haithami
Dalil mereka ialah zahir ayat-ayat Al-Quran yang menyuruh berzikrullah serta hadith-hadith yang menyebut Allah Allah.
Antara ayat-ayat zahir tersebut ialah:
- الذين يذكرون الله قياما وقعودا وعلى جنوبهم
- والذاكرين الله كثيرا والذاكرات
- واذكر ربك كثيرا وسبح بالعشي والإبكار
- اذكروا الله ذكرا كثيرا وسبحوه بكرة وأصيلا
dan ayat-ayat yang menyuruh menyebut nama Allah:
- واذكر اسم ربك وتبتل إليه تبتيلا
- واذكر اسم ربك بكرة وأصيلا
- ومن أظلم ممن منع مساجد الله أن يذكر فيها اسمه
- في بيوت أذن الله أن ترفع ويذكر فيها اسمه
- ويذكروا اسم الله في أيام معلومات
ayat-ayat ini berulang-ulang menunjukkan ta'kid kepada suruhan menyebut nama Allah. Doa dan zikir yang tidak hanya menyebut nama Allah tetapi dgn tambahan lain seperti tasbih, tahmid, takbir... telahpun disuruh dalam ayat-ayat yang lain.
Jika Allah SWT bertujuan untuk menyuruh bertasbih atau bertakbir, lafaznya jelas: bertasbihlah kamu kepada Allah atau bertakbirlah kamu kepada Allah.
Juga seperti: bacalah dgn menyebut nama Tuhanmu, atau bertasbihlah dgn menyebut Tuhanmu...tetapi disini khas "sebutlah nama Tuhanmu" tanpa dikaitkan dengan zikir-zikir yang lain. Wallahu a3lam.
Beristigfar Lah Anda. . . . . Sudah JelaSPun Ayatnya Dalm Alquran Masih Juga Diperdebatkan,Bedakan Arti Menyebut Dan Mengingat. . . . Klo Anda Makan Hanya Ingat Saja Bisa Coba Jawab Saya. . . . . Begitulah pahamnya Allah Itu Di Sebut Namanya Justru Di Suruh Kita Sebut Namanya Di Meajid Mesjidnya. Jadi Klo Ada Yg Sebut Allah Saja Siapa Bilang Tak Ada Makna, justru OrG Yv Mengatakan Itu Tak Paham. Coba Antum Artkkan Kata Perkata Makna BismillhirrohmanNiRrohim. Bukan KaH Artinya Kita Menyebut Nama Allah.
DeleteDzikir dgn menyebut nama Allah saja jelas2 boleh berdasarkan dalil qur'an n hadis di atas, kl gk boleh tentu nabi saw melarang dengan dalil yg sorih/jelas. Masa dzikir dgn hanya menybut nm Allah itu bid'ah n msk neraka? Logikanya dmn?
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletesdr manduki taher, sptnya kamu gak ngerti agama, masa sejelas itu dalil dlm alquran 76:25 anjuran ttg zikir mnybt nama الله kamu gak faham, km berarti gagal faham, na'uzubillah min anta!
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteDzajakulloh khoiron kasiro Buya Amin (pengarang tulisanini), Semoga Allah SWT memuliakan Anta. Terutama karena krn keiklasan anta dlm bersyiar dan siap menuai kontroversi.
ReplyDeleteSungguh tidak logis bagi yg kontra untuk mendebat apa yang dianjurkan oleh Alquran dgn begitu terang..
Wawlohua'lam
Dzajakulloh khoiron kasiro Buya Amin (pengarang tulisanini), Semoga Allah SWT memuliakan Anta. Terutama karena krn keiklasan anta dlm bersyiar dan siap menuai kontroversi.
ReplyDeleteSungguh tidak logis bagi yg kontra untuk mendebat apa yang dianjurkan oleh Alquran dgn begitu terang..
Wawlohua'lam
Alhamdulillah..
ReplyDeleteJazaakAllaahu khairan katsiran
sangat bermanfaat
Mohon fatwa ulama (Ibnu Taimiyah) ini dibantah dengan fatwa ulama pula, jangan dibantah dengan ‘fatwa’ anda sendiri. Atau apakah anda merasa memahami al-Qu’an dan Hadits???
ReplyDeleteAtau anda menganggap bahwa Ibnu Taimiyah tidak faham terhadap kandungan al-Qur’an dan hadits???
Syaikhul Islam mengatakan
والذكر بالاسم المفرد مظهرا ومضمرا بدعة في الشرع وخطأ في القول واللغة فإن الاسم المجرد ليس هو كلاما لا إيمانا ولا كفرا
Zikir dengan isi mufrad (satu kata), baik lahir (diucapkan) maupun batin (dalam hati) adalah bid’ah dalam syariat, salah secara etika berbicara dan keliru secara bahasa. Karena satu kata, bukan kalam (kalimat sempurna), bukan iman dan bukan pula kekafiran. (Majmu’ Al-Fatawa, 10/396).
Siapa bilang kalimah Allah tidak sempurna tiada tuhan boleh sebut Allah saja disebut tak boleh pelik lah perkara ini.
DeleteSudahkah di baca surah al baqarah... Jelas disitu ayatnya albaqarah 114 dan siapakah yg lebih aniaya daripada org yg menghalang halangi menyebut Allah dalam mesjid mesjidnya? Mereka itu tidak sepatutnya masuk kedalamnya (mesjid Allah) kecuali dengan rasa takut kepada Allah. Mereka di dunia mendapat kehinaan dan diakhirat mendapat siksa yg berat.
ReplyDeleteKlo anda nggk percaya dengan surah diatas yg sudah jelas coba saja anda buat..... Nanti liat apa yg berlaku terhadap anda.Alquran kitab Allah yg berkata bukan manusia
DeleteRefrensi ayat alquran menyebut Allah. Surah al ahzab 21_35 41_42_43.surah al baqarah 114,152,200.ali imran 41_191.al anfaal 2.al jumuah 9_10.al munadiquun 9.al hajj 28,35.kalimah Allah paling tinggi at taubah 40.an nissa 103,142.al hadiid 16.an nuur 36_37.al mujaadilah 19.al maaidah 91.azzumar 22,23 klo di sebut Allah saja merasa kesal ini ayatnya azzumar 45.al araaf 205.asy syuaraa 226_227.surah ar ra'du ayat 28.al ankabut 45.thaaha 25-26-27-28-29-30-31-32-33-34.al furqan 18.shaad 30-31-32.qaff 39-40.adz dzariyat49. Al maidah 54-55-56-57.
DeleteAl munafiqun bukan munadiqun
DeleteKalau sudah dari al quran saya gak berani membantah, itu firman allah.. akal manusia dan logika manusia teebatas, kita sangat kecil dan lemah
ReplyDeleteAllah allah allah allah allah allah allah allah allah allah
ReplyDeleteSabaqalMufarridun
Deletedzikirlah seperti Baginda Rasulullah perintahkan... beristigfhar ...lalu berdzikir : tasbih, takbir, tahmid, tahlil...dan darimana kmu memulainya pahala ganjarannya. lakukan seperti Beliau sehabis sholat 33x dan waktu2 senggang lainnya. Dan lakukan shabis sholat fardhu utk membaca al ikhlas3x, al falaq, annas, ayat kursi. Insya Allah selamat dunia akherat...
ReplyDeleteSiapakah Pemberi syafaat di yaumil qiyamah ? mengapa kita tdk mengamalkan amalan2 Baginda Rasulullah SAW ?
Jangan bertengkar..Amalkan saja masing2 apa yg anda yakini..dan saling menghormati dan menghargai lah..Allah lebih berhak menerima atau menolak amal seseorang..bukan kita
Delete@sugeng riady. . .saya sependapat dgn antum. . .
Deletekita ikut saja apa yg dipahami dan dilakukan para sahabat yg merupakan generasi terbaik dan menyaksikan langsung bagaimana nabi Shalallahu'alaihiwasallam melakukan dzikir. . .
dan biasanya ada yg protes. . .
"sahabat yg mana yg di ikuti?"
utk saat ini saya merujuk ke tafsir Ibnu Katsir. . .
wassalam : ajosdepok