Monday 6 February 2017

Contoh-Contoh Bid’ah Sayyiah (Bid’ah Yang Jelek atau Terlarang)



Bid’ah itu terbagi dua. Ada yang hasanah (yang baik) dan ada yang sayyi’ah (yang buruk). Bid’ah hasanah itu hukumnya bisa mubah (sekedar boleh saja), sunnah (dianjurkan dan berpahala), dan bahkan bisa pula wajib (diharuskan dan berpahala). Sedangkan bid’ah yang sayyiah, hukumnya bisa makruh atau haram.

Demikianlah pemahaman bid’ah menurut golongan Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah (Aswaja). Kalau pemahaman bid’ah Anda tidak seperti ini, janganlah mengaku-ngaku sebagai Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah. Bisa jadi Anda masuk ke golongan Wahabi atau yang lain.

Di sini saya tidak ingin membahas tentang dalil atau hujjah para ulama Ahlus Sunnah sehingga membagi bid’ah menjadi seperti demikian. Pembahasan tentang itu ada tempatnya tersendiri, dan biasanya tidak ringkas. Silakan Anda carilah buku atau artikel yang membahas dalil-dalil tersebut. Salah satunya bisa Anda download e-book di situs santri.net. Di situ cukup gamblang dijelaskan masalah bid’ah atau pembagian bid’ah ini beserta dalil-dalinya.

Di artikel ini saya hanya ingin memberikan contoh beberapa hal yang tergolong bid’ah sayyi’ah, karena ada sebuah pertanyaan yang diajukan seorang facebooker yang memancing saya untuk menulis hal ini. Sang facebooker bertanya: “Kalau memang Maulid Nabi, tahlilan, yasinan dan lain-lain yang biasa dilakukan oleh kaum Aswaja itu bukan contoh bid’ah yang dilarang oleh Nabi, lalu apa contohnya bid’ah yang dilarang oleh Nabi saw itu, yang memang sudah terjadi, bukan yang belum terjadi?”

Well, sahabatku yang baik, bid’ah yang dilarang oleh Nabi saw itu adalah bid’ah yang bertentangan dengan Alquran dan As-sunnah. Dan andaikata tidak ada pembagian bid’ah, sebenarnya tidak masalah, asalkan mereka memahami bahwa yang pantas disebut dengan bid’ah itu adalah: segala sesuatu yang baru yang bertentangan dengan Alquran dan As-sunnah. Sedangkan segala sesuatu yang baru yang tidak bertentangan dengan Alquran dan As-sunnah, jangan sesekali disebut sebagai bid’ah, karena ia hanyalah bid’ah secara bahasa saja, bukan bid’ah secara syariat.

Kalau begini pemahaman mereka, saya setuju kalau mereka mengatakan bahwa tidak ada pembagian bid’ah atau sesungguhnya semua bid’ah itu sesat. Dan hal ini sudah ada dilakukan oleh sebagian ulama terdahulu seperti al-Imam Ibnu Rajab al-Hanbali. Beliau mengatakan semua bid’ah itu sesat, tetapi yang beliau maksud dengan bid’ah itu adalah segala sesuatu yang bertentangan dengan Alquran dan As-sunnah. Sedangkan hal-hal yang tidak bertentangan dengan Alquran dan As-sunnah, meskipun itu adalah hal-hal yang baru, beliau tidak mau menyebutnya sebagi bid’ah. Beliau menyebutnya sebagai sunnah.

Tetapi masalahnya, pemahaman mereka (kaum wahabi) kan tidak begitu. Terbukti pada hal-hal baru yang tidak bertentangan dengan Alquran dan As-sunnah, mereka salah-salahkan juga. Mereka cela-cela juga.

Contoh, tentang peringatan Maulid Nabi saw. Di mana letak bertentangan dengan Alquran dan As-sunnah nya? Isinya jelas-jelas berbagai kebaikan yang dianjurkan oleh Alquran dan As-sunnah seperti membaca Alquran, membaca shalawat nabi, penyampaian ceramah dan ilmu agama, pembacaan sejarah Nabi saw, acara makan dan minum bersama, beramah-tamah sesama muslim, berdoa kepada Allah swt, dan lain sebagainya. Kenapa kok mereka cela juga acara yang semacam itu? Itulah bukti bahwa pemahaman bid’ahnya kaum Wahabi tidak sama dengan pemahaman bid’ahnya al-Imam Ibnu Rajab. Kalau dari pemahaman Ibnu Rajab, maka semestinya peringatan Maulid Nabi itu disebut sebagai sunnah, karena isinya tidak ada yang bertentangan dengan Alquran dan As-sunnah, justru malah bersesuaian sehingga dapat dikategorikan sebagai ibadah (ibadah ghairu mahdhoh) dan berpahala besar.

Oke, itu just info saja. Saya tak ingin berpanjang-panjang tentang hal itu, karena bukan di artikel ini tempatnya. Harus di artikel atau di buku yang khusus karena penjelasannya tidak akan bisa ringkas, apalagi kalau sampai mengupas dalil-dalilnya.

Langsung saja saya contohkan di sini, beberapa hal yang tergolong bid’ah sayyiah, yaitu bid’ah yang buruk yang dilarang oleh Nabi saw dan yang memang telah terjadi:

1.     Mengatakan bahwa “Rizki itu memang sudah ditentukan. Tetapi yang ditentukan itu apanya? caranya, bukan jumlahnya”.
Perkataan ini pernah saya dengar terlontar dari mulut seorang motivator ternama di negeri ini dalam salah-satu episode acaranya di televisi.

Perkataan semacam ini adalah hal baru yang bertentangan dengan Alquran dan As-sunnah karena menurut Alquran dan As-sunnah segala sesuatu itu telah ditentukan. Dari yang sebesar-besarnya sampai ke yang sekecil-kecilnya (lihat ayat-ayat dan hadits-hadits yang membahas masalah takdir).

Maka rezeki pun juga seperti itu, sudah ditentukan sampai kepada jumlahnya sekalipun. Dari si makhluk penerima rezeki itu lahir sampai si makhluk itu mati, rezekinya  sudah tuntas ditentukan oleh Allah swt sampai kepada jumlah, waktu, dan caranya. Inilah yang benar menurut Islam.

2.     Menolak sama-sekali hadits dhoif.
Ini dilakukan oleh kelompok Wahabi. Dan ini bertentangan dengan Alquran atau As-sunnah. Untuk lebih jelasnya baca artikel saya di blog ini yang berjudul “Jangan Meremehkan AtauMenolak Hadits Dhoif”.

3.     Melarang-larang atau mencela-cela orang yang melakukan peringatan maulid Nabi saw, mencela-cela yasinan, tahlilan, dan lain sebagainya yang merupakan amal-amal kebaikan.

Ya, ini juga dilakukan oleh kelompok Wahabi. Justru perbuatan mereka itulah yang bid’ah sayyiah karena amal-amal tersebut di atas yang mereka cela-cela itu tidak bertentangan dengan Alquran dan As-sunnah. Untuk lebih jelasnya, baca artikel di blog ini yang berjudul ”Terpengaruh Wahabi, Sekolah Kami Tidak Memperingati Maulid Nabi Lagi”

4.     Mewajibkan pembayaran zakat profesi sekali sebulan.
Ini ada instansi tertentu yang melakukan kepada para karyawannya. Ini bertentangan dengan Alquran dan As-sunnah. Baca artikel-artikel di blog ini yang membahas masalah zakat.

5.     Menyuruh umat muslim menjaga acara Natalan di gereja.
Pada acara Natalan 2016 kemarin, ada sebagian umat muslim yang melakukannya kan?!

Ini hal baru, salah, dan sesat. Umat muslim tidak boleh mendukung atau membantu acara ibadahnya umat lain, meskipun juga tidak boleh mengganggunya. Karena acara ibadahnya umat lain itu adalah kesyirikan menurut Islam, dan menolong orang di dalam kesyirikan itu hukumnya haram.

Kalau acara ibadah umat lain itu perlu penjagaan, maka biarlah umat mereka sendiri yang menjaganya. Umat Islam cukup sekedar tidak mengganggu, itu saja yang dibenarkan.

Saya rasa cukup sekianlah contoh-contoh yang dapat diberikan yang termasuk ke dalam kategori bid’ah sayyiah. Contoh lainnya tentu masih banyak, silakan Anda cari sendiri. Saya tidak mungkinlah memasukkan semua contoh bid’ah sayyiah tersebut ke artikel ini (capek dong, bro).

Bid’ah seperti itulah yang dilarang oleh Rasul saw. Atau hal-hal seperti itulah yang patut untuk disebut sebagai bid’ah (bagi yang tidak mau membagi-bagi bid’ah).

Adapun acara-acara seperti peringatan maulid Nabi, yasinan, tahlilan, dan lain sebagainya, janganlah dicela-cela. Karena semua hal itu bersesuaian dengan Alquran dan As-Sunnah. Justru yang mencela-celanyalah yang tergolong telah melakukan bid’ah (alias bid’ah sayyiah). Ok?! Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin. [Buya Amin/Media Muslim]

Keterangan foto: Hanya sebagai tambahan/pemanis.

5 comments:

  1. Dari contoh2 yg dipaparkan sy masih kurang faham, kurang mengena di hati sy.. contoh tentang zakat profesi itu agak kumayan lah.. tapi yg lain2nya kurang pas menurut sy

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Kita sdg bicara tentang larangan bid'ah bukan?, dan larangan itu berasal dari hadits Nabi yg shahih bukan?

    Pertanyaannya: apakah contoh2 di atas terlarang karena adanya hadits larangan bid'ah atau karena dalil yg lain? Jika karena hadits larangan bid'ah, coba buang hadits tsb apakah contoh2 di atas menjadi boleh??...tetap tidak boleh bukan ..

    Lalu untuk apa nabi berkata tentang larangan bid'ah?? buang saja hadits tak berguna itu... (Anda berani?!)

    ReplyDelete
  4. Contoh" bid'ah sayyiah kok lebih sedikit dan bahkan lebih sulit untuk di cari

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena memang setiap bid'ah akan dipandang hasanah oleh para pelakunya meskipun orang lain memandangnya buruk.... Sampai kapanpun tak akan pernah ada yg namanya bid'ah sayyi'ah itu...

      Delete

Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...