Monday 8 June 2015

Seri Mendidik Anak (Bag. II): Pendapat dan Konsepsi Para Ahli Tentang Perkembangan

"Sungguh mendidiknya seorang lelaki kepada anaknya itu lebih baik baginya  daripada mengeluarkan sedekah satu sha'." 
(H.R. Tirmidzi)
"Tidak ada pemberian orang tua kepada anaknya yang lebih utama daripada budi pekerti yang baik"
(H.R. Tirmidzi dan Hakim)


 SUATU PENDAPAT TENTANG PROSES PERKEMBANGAN
     Dalam bukunya Human Development and Learning, 1956, Laster D. Crow mengemukakan tiga proses dalam perkembangan, yaitu childhood, maturity, dan adulthood. Yang dimaksud dengan childhood adalah masa-masa yang mencakup masa kandungan, masa kelahiran, masa bayi, masa kanak-kanak, dan
masa sekolah. Maturity adalah suatu proses perkembangan ketika seseorang mengalami kematangan sebelum ia memasuki masa kedewasaannya. Sedangkan adulthood mencakup masa mencari lapangan pekerjaan, masa berpacaran (Awas! Dalam Islam, berpacaran itu hanya boleh dilakukan setelah menikah, yaitu terhadap suami atau istri Anda saja--pen), kemudian berumah tangga dan menjadi orang tua.

KONSEPSI PARA AHLI TENTANG PERKEMBANGAN
a. Konsepsi Aliran Asosiasi
       Para ahli yang mengikuti aliran asosiasi berpendapat bahwa pada hakikatnya perkembangan adalah proses asosiasi. Bagi para ahli yang mengikuti aliran ini, yang primer adalah bagian-bagian. Bagian-bagian ini ada lebih dahulu, baru diikuti oleh keseluruhan. Bagian-bagian itu terikat satu sama lain menjadi keseluruhan oleh asosiasi.
       Salah seorang tokoh aliran asosiasi yang sangat terkenal adalah John Locke. Locke berpendapat bahwa pada permulaannya jiwa anak itu adalah bersih seperti kertas putih, yang kemudian sedikit demi sedikit terisi oleh pengalaman atau empiri. Dalam hal ini Locke membedakan adanya dua macam pengalaman, yaitu:
  1. Pengalaman luar, yaitu pengalaman yang diperoleh dengan melalui panca indera, yang menimbulkan sensation.
  2. Pengalaman dalam, yaitu pengalaman mengenai kegiatan dan keadaan batin sendiri yang menimbulkan reflexions.
       Kedua macam kesan itu, yaitu sensation dan reflexions merupakan pengertian yang sederhana (simple ideas), yang kemudian dengan proses asosiasi membentuk pengertian yang lebih kompleks.
       Aliran tersebut setidak-tidaknya dalam bentuknya seperti yang dikemukakan di atas, kini hanya ada dalam sejarah, tetapi pengaruhnya dalam lapangan pendidikan dan pengajaran belum lama ditinggalkan orang. Munculnya cara pendekatan behavioristik menghidupkan pandangan yang menekankan bagian-bagian itu dalam praktek belajar-mengajar.
b. Konsepsi Aliran Gestalt dan Neo-Gestalt
       Konsepsi yang dikemukakan aliran psikologi gestalt berlawanan dengan konsepsi yang dikemukakan oleh aliran asosiasi. Bagi para ahli yang mengikuti aliran gestalt, perkembangan adalah proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi itu yang primer adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian hanya punya arti sebagai bagian dari keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lain; keseluruhan ada terlebih dahulu, baru diikuti bagian-bagiannya.
       Sedangkan aliran neo-gestalt dalam proses diferensiasi masih menambahkan proses stratifikasi. Struktur kepribadian digambarkan terdiri dari lapisan-lapisan (strata); lapisan-lapisan itu makin lama makin bertambah. Pada anak kecil kehidupan psikisnya mula-mula hanya terdiri dari satu lapis; apa yang ditampakkan ke luar, itu pulalah adanya di dalam, tidak ada hal yang disembunyikan. Karena itulah anak kecil tidak akan berdusta secara sengaja; jika sekiranya dia berdusta, maka dusta itu adalah dusta khayal. Makin bertambah dewasa, lapisan-lapisan tersebut makin bertambah. Pada orang dewasa, isi batinnya dapat digambarkan berlapis-lapis. Lapisan paling dalam adalah hal yang paling bersifat pribadi atau top secret, yang hanya akan dinyatakan kepada orang-orang tertentu saja.
c. Konsepsi Aliran Sosiologis
       Para ahli yang mengikuti aliran sosiologis menganggap bahwa perkembangan itu adalah proses sosialisasi. Anak manusia mula-mula bersifat asosial (barangkali untuk tepatnya dapat disebut pra-sosial) yang kemudian dalam perkembangannya sedikit demi sedikit disosialisasikan. Salah seorang ahli yang mempunyai konsepsi itu dan cukup besar pengaruhnya adalah Baldwin. Baldwin adalah seorang ahli dalam lapangan biologi, sosiologi, psikologi, dan filsafat.
       Baldwin menerangkan perkembangan sebagai proses sosialisasi dalam bentuk imitasi yang berlangsung dengan adaptasi dan seleksi. Kebiasaan adalah imitasi terhadap diri sendiri, sedangkan adaptasi adalah peniruan terhadap orang lain. Dari meniru aku-nya orang dewasa, anak-anak lama-kelamaan timbul kesadaran aku-nya orang dewasa. Jadi aku si anak adalah pemancaran kembali aku yang lain yang menjadi objek peniruannya.

1 comment:

Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...