"Sungguh mendidiknya seorang lelaki kepada anaknya itu lebih baik baginya daripada mengeluarkan sedekah satu sha'."
(H.R. Tirmidzi)
"Tidak ada pemberian orang tua kepada anaknya yang lebih utama daripada budi pekerti yang baik"
(H.R. Tirmidzi dan Hakim)
SUATU PENDAPAT TENTANG PROSES PERKEMBANGAN
Dalam bukunya Human Development and Learning, 1956, Laster D. Crow mengemukakan
tiga proses dalam perkembangan, yaitu childhood,
maturity, dan adulthood. Yang
dimaksud dengan childhood adalah
masa-masa yang mencakup masa kandungan, masa kelahiran, masa bayi, masa
kanak-kanak, dan
masa sekolah. Maturity adalah suatu proses perkembangan ketika seseorang mengalami kematangan sebelum ia memasuki masa kedewasaannya. Sedangkan adulthood mencakup masa mencari lapangan pekerjaan, masa berpacaran (Awas! Dalam Islam, berpacaran itu hanya boleh dilakukan setelah menikah, yaitu terhadap suami atau istri Anda saja--pen), kemudian berumah tangga dan menjadi orang tua.
masa sekolah. Maturity adalah suatu proses perkembangan ketika seseorang mengalami kematangan sebelum ia memasuki masa kedewasaannya. Sedangkan adulthood mencakup masa mencari lapangan pekerjaan, masa berpacaran (Awas! Dalam Islam, berpacaran itu hanya boleh dilakukan setelah menikah, yaitu terhadap suami atau istri Anda saja--pen), kemudian berumah tangga dan menjadi orang tua.
KONSEPSI PARA AHLI TENTANG PERKEMBANGAN
a. Konsepsi Aliran Asosiasi
Para ahli yang mengikuti aliran asosiasi
berpendapat bahwa pada hakikatnya perkembangan adalah proses asosiasi. Bagi
para ahli yang mengikuti aliran ini, yang primer adalah bagian-bagian.
Bagian-bagian ini ada lebih dahulu, baru diikuti oleh keseluruhan.
Bagian-bagian itu terikat satu sama lain menjadi keseluruhan oleh asosiasi.
Salah seorang tokoh aliran asosiasi yang
sangat terkenal adalah John Locke. Locke berpendapat bahwa pada permulaannya
jiwa anak itu adalah bersih seperti kertas putih, yang kemudian sedikit demi
sedikit terisi oleh pengalaman atau empiri. Dalam hal ini Locke membedakan
adanya dua macam pengalaman, yaitu:
- Pengalaman luar, yaitu pengalaman yang diperoleh dengan melalui panca indera, yang menimbulkan sensation.
- Pengalaman dalam, yaitu pengalaman mengenai kegiatan dan keadaan batin sendiri yang menimbulkan reflexions.
Kedua macam kesan itu, yaitu sensation dan reflexions merupakan pengertian yang sederhana (simple ideas), yang kemudian dengan
proses asosiasi membentuk pengertian yang lebih kompleks.
Aliran tersebut setidak-tidaknya dalam
bentuknya seperti yang dikemukakan di atas, kini hanya ada dalam sejarah,
tetapi pengaruhnya dalam lapangan pendidikan dan pengajaran belum lama
ditinggalkan orang. Munculnya cara pendekatan behavioristik menghidupkan
pandangan yang menekankan bagian-bagian itu dalam praktek belajar-mengajar.
b. Konsepsi Aliran Gestalt dan Neo-Gestalt
Konsepsi yang dikemukakan aliran
psikologi gestalt berlawanan dengan konsepsi yang dikemukakan oleh aliran
asosiasi. Bagi para ahli yang mengikuti aliran gestalt, perkembangan adalah
proses diferensiasi. Dalam proses diferensiasi itu yang primer adalah
keseluruhan, sedangkan bagian-bagian hanya punya arti sebagai bagian dari
keseluruhan dalam hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lain; keseluruhan
ada terlebih dahulu, baru diikuti bagian-bagiannya.
Sedangkan aliran neo-gestalt dalam
proses diferensiasi masih menambahkan proses stratifikasi. Struktur kepribadian
digambarkan terdiri dari lapisan-lapisan (strata); lapisan-lapisan itu makin
lama makin bertambah. Pada anak kecil kehidupan psikisnya mula-mula hanya terdiri
dari satu lapis; apa yang ditampakkan ke luar, itu pulalah adanya di dalam,
tidak ada hal yang disembunyikan. Karena itulah anak kecil tidak akan berdusta
secara sengaja; jika sekiranya dia berdusta, maka dusta itu adalah dusta
khayal. Makin bertambah dewasa, lapisan-lapisan tersebut makin bertambah. Pada
orang dewasa, isi batinnya dapat digambarkan berlapis-lapis. Lapisan paling
dalam adalah hal yang paling bersifat pribadi atau top secret, yang hanya akan dinyatakan kepada orang-orang tertentu
saja.
c. Konsepsi Aliran Sosiologis
Para ahli yang mengikuti aliran
sosiologis menganggap bahwa perkembangan itu adalah proses sosialisasi. Anak
manusia mula-mula bersifat asosial (barangkali
untuk tepatnya dapat disebut pra-sosial) yang kemudian dalam perkembangannya
sedikit demi sedikit disosialisasikan. Salah seorang ahli yang mempunyai
konsepsi itu dan cukup besar pengaruhnya adalah Baldwin. Baldwin adalah seorang
ahli dalam lapangan biologi, sosiologi, psikologi, dan filsafat.
Baldwin menerangkan perkembangan sebagai
proses sosialisasi dalam bentuk imitasi yang berlangsung dengan adaptasi dan
seleksi. Kebiasaan adalah imitasi terhadap diri sendiri, sedangkan adaptasi
adalah peniruan terhadap orang lain. Dari meniru aku-nya orang dewasa, anak-anak lama-kelamaan timbul kesadaran aku-nya orang dewasa. Jadi aku si anak adalah pemancaran kembali aku yang lain yang menjadi objek
peniruannya.
Artikelnya bermanfaat
ReplyDelete