لَأَنْ
يُؤَدِّبَ الرَّجُلُ وَلَدَهُ خَيْرٌ مِنْ اَنْ يَّـتَصَدَّقَ بِصَاعٍ
"Sungguh
mendidiknya seorang lelaki kepada anaknya itu lebih baik baginya daripada
mengeluarkan sedekah satu sha'."
(H.R.
Tirmidzi)
مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدًا مِنْ
نَحْلٍ اَفْضَلَ مِنْ اَدَبٍ حَسَنٍ
"Tidak
ada pemberian orang tua kepada anaknya yang lebih utama daripada
budi
pekerti yang baik"
(H.R.
Tirmidzi dan Hakim)
Pengalaman belajar yang disajikan kepada
individu-individu harus sesuai dengan sifat-sifat khasnya yang sesuai dengan
masa perkembangannya. Pengalaman belajar yang disajikan kepada mahasiswa harus
sesuai dan cocok untuk individu pada usia mahasiswa, yang tentu saja berlainan
dengan pengalaman belajar yang cocok untuk individu pada usia sekolah dasar.
Masalah periodisasi perkembangan
biasanya juga merupakan masalah yang banyak dipersoalkan oleh para ahli.
Pendapat mereka mengenai dasar-dasar periodisasi serta panjang masing-masing
periode juga bermacam-macam, yang pada umumnya lebih bersifat teknis daripada
konsepsional. Namun secara garis besar, pendapat-pendapat tersebut dapat
digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu:
- berdasarkan biologis; di antara yang berpendapat demikian misalnya Aristoteles, Kretschmer, dan Freud.
- berdasarkan didaktis/intruksional; yang berpendapat demikian di antaranya Comenius dan Rosseau.
- berdasarkan psikologis; pendapat ini dirintis oleh Kroh. Pendapat Piaget juga tergolong ke dalam kelompok ini.
Perkembangan individu sejak lahir hingga dewasa bisa diurutkan
seperti berikut:
- masa usia pra-sekolah, yaitu dari 0,0 tahun sampai kira-kira 6,0 tahun
- masa sekolah usia dasar, yaitu dari kira-kira 6,0 sampai kira-kira umur 12,0
- masa usia sekolah menengah, yaitu dari kira-kira umur 12,0 sampai kira-kira 18,0
- masa usia mahasiswa, yaitu dari kira-kira umur 18,0 sampai kira-kira 25,0
Masa Usia Pra-Sekolah
Masa Usia pra-sekolah, yaitu dari lahir sampai kira-kira umur 6;0,
dapat diperinci lagi menjadi:
1.
Masa Vital
Masa vital ini dimulai dengan kelahiran
si anak. Beberapa hal yang sering dipersoalkan mengenai kelahiran anak adalah:
- apakah anak itu lahir atau dilahirkan
- mengapa anak yang baru lahir itu senantiasa menangis, dan
- mengapa anak yang baru lahir itu sangat tidak berdaya jika dibandingkan dengan anak-anak hewan
Jawaban terhadap tiga pertanyaan di atas
telah menimbulkan berbagai spekulasi yang berbeda satu sama lain.
Banyak ahli telah melakukan penelitian
mengenai masa vital ini. Hasil-hasil penelitian itu menunjukkan
kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh anak-anak pada umumnya sampai umur 2;0.
Yang penting ialah pada masa ini anak menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk
menemukan berbagai hal dalam dunianya. Freud menamakan tahun pertama dalam
kehidupan anak sebagai sumber keenakan dan ketidakenakan. Pendapat itu
beralasan pada kenyataan bahwa pada masa ini mulut memainkan peranan terpenting
dalam kehidupan individu. Kenyataan ini menurut Ahmad Fauzi perlu diberi
interpretasi lain, bahwa anak memasukkan apa saja yang dijumpainya ke dalam
mulutnya bukan karena mulut merupakan sumber kenikmatan utama, tetapi karena
pada saat ini mulut merupakan alat untuk melakukan eksplorasi dan belajar.
Pada tahun kedua anak telah belajar
berjalan. Dengan dapat berjalan anak mulai menguasai ruang. Mula-mula ruang
tempat dia berada, lalu ruang dekat, dan selanjutnya ruang yang jauh. Juga pada
tahun kedua pada umumnya anak mulai diperkenalkan pada kebersihan(toilet training). Melalui pelatihan
tentang kebersihan itu, anak belajar mengendalikan impuls-impuls yang datang
dari dalam dirinya.
2.
Masa Estetik
Biasanya masa estetik ini dianggap
sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Anggapan itu timbul karena nama
estetik. Sebenarnya kata estetik yang digunakan di sini tidak dalam arti
tersebut, tetapi dalam arti bahwa pada masa ini perkembangan anak yang terutama
adalah fungsi panca inderanya dan dalam eksplorasi dan belajarnya dia
menggunakan panca indera juga. Pada masa ini panca inderanya masih dalam masa
peka, karena itu pulalah Montesori menciptakan berbagai macam alat permainan
yang dimaksudkan untuk melatih pancaindera.
Pada masa ini muncul gejala kenakalan,
yang umumnya terajadi pada umur 3;0 sampai 5;0. Anak sering menentang kehendak
orang tua, kadang-kadang menggunakan kata-kata kasar, dengan sengaja melanggar
apa yang dilarang dan tidak melakukan apa yang diharuskan untuk dilakukan, dan
sebagainya.
Gejala kenakalan seperti itu umumnya tampak pada anak-anak
pada umur-umur tersebut, sehingga menarik perhatian, baik perhatian para ahli
maupun bukan ahli. Nama yang diberikan pada masa ini, yaitu masa kenakalan,
bermacam-macam, misalnya:
·
Trotzalter menurut Oswald Kroh;
·
Protestphase menurut Lang Eveld
·
Masa Individualisering I, menurut Carp,
·
Masa meraja-raja (kemratu-ratu), dalam masyarakat Jawa;
·
Sejumlah ahli menyebutnya masa pubertas I.
Apakah sebabnya anak berbuat berbagai
kenakalan tersebut? Jawabannya bermacam-macam. Di antaranya yang dirasa dapat diterima adalah sebagai berikut. Berkat perkembangan
bahasanya, yang merupakan modal pokok bagi anak dalam menghadapi dunianya,
sampailah anak pada penyanderaan aku-nya
atau terhadap menemukan aku-nya, yaitu
suatu tahap ketika anak menemukan dirinya sebagai subjek. Kalau pada masa-masa
sebelumnya anak masih merasa bersatu dengan dunianya, belum mampu mengadakan
pemisahan secara dasar antara dirinya sendiri sebagai subjek dan yang lain
sebagai objek, maka kemampuan itu kini dia miliki. Kini dia menyadari
(menemukan) bahwa dirinya juga subjek, seperti subjek-subjek yang lain (orang
dewasa). Sebagai subjek yang mempunyai keterbatasan untuk menghendaki sesuatu,
mempunyai pula kebebasan untuk menolak sesuatu. Dan karena jarang menemukan
kenyataan tersebut, maka anak seakan-akan kaul
ingin mendapatkan pengalaman, bagaimana kiranya sebagai subyek yang bebas
menentukan keinginannya itu.
Pada masa ini anak dapat dilukiskan
sebagai demam menghendaki. Misalnya,
pada suatu saat dia menghendaki sebuah bola, dan kehendaknya itu tidak dapat
ditahan; tetapi kalau telah memperolehnya maka dia tidak lagi mempedulikan bola
itu, dan menghendaki barang yang lain lagi; dan sebagainya. Kadang-kadang ia
melanggar hal yang dilarang, dan memantangkan hal yang diharuskan. Hal yang
demikian itu dilakukan bukan karena dia keras kepala, melainkan hanya karena
ingin mengalami dan menyaksikan akibatnya.
Dipandang dari segi pendidikan, masa ini
merupakan masa yang sukar. Bagaimanakah sikap pendidik yang sebaik-baiknya?
Dalam menghadapi anak yang sedang mengalami masa kegoncangan ini sikap yang
paling bijaksana ialah jalan tengah, yaitu sikap yang tidak ekstrim, baik
ekstrim menekan, maupun ekstrim memanjakan.
Jika pendidik (orang dewasa) memaksakan
pendiriannya sendiri dengan memakai kekerasan dan kekuasaan sebab dia lebih
kuat, maka anak itu akan mengalah dan tunduk kepada pendapat orang dewasa,
sedangkan kemauannya sendiri akan lenyap dan tidak berkembang. Anak yang
demikian itu nantinya akan menjadi individu yang tidak mempunyai inisiatif dan
tanpa kemauan; dia akan terbiasa bersikap menunggu perintah.
Sebaliknya, jika anak dituruti saja apa
kehendaknya, atau dibiarkan saja berbuat sesukanya, dengan maksud untuk
menghindarkan persengketaan antara dia dengan orang dewasa, maka tindakan yang
digambarkan itu hanya merupakan pengunduran sengketa itu saja, yang nantinya
akan timbul lagi dengan lebih kuat.
Tugas
Orang Tua Menurut Islam Berkaitan Dengan Kelahiran Anak
Ketika seorang anak telah terlahir ke
dunia maka ada beberapa hal yang diajarkan oleh Islam untuk dilakukan oleh
orang tua berkaitan dengan kelahiran tersebut. Berikut kami sebutkan hal-hal
itu secara ringkas saja:
1.)
Bagi si ibu dianjurkan untuk mandi
setelah melahirkan apabila kondisinya telah dirasa kuat untuk mandi.
2.)
Setelah masa nifas si ibu selesai
(pada umumnya darah nifas itu keluar selama 40 hari), maka si ibu wajib untuk
mandi.
3.)
Hendaknya anak yang baru lahir
tersebut langsung diazankan di telinga kanannya dan diiqomatkan di telinga
kirinya.
4.)
Mentahnik bayi tersebut.
Mentahnik adalah mengoleskan buah kurma yang sudah dilumatkan pada langit-langit
mulut bayi.
5.)
Meng-aqiqahkannya. Untuk anak
lelaki, dengan dua ekor kambing dan bagi anak perempuan seekor saja.
6.)
Memberikan nama untuknya dengan
nama yang bagus yang tidak diharamkan.
7.)
Mencukur rambutnya dan bersedekah
emas atau perak kepada fakir miskin seukuran berat rambut tersebut.
8.)
Mengkhitan bayi tersebut.
Kedelapan hal ini ada pembahasannya
secara khusus pada tulisan kami selanjutnya, Insya Allah. (Jakarta,
Senin, 15 Juni 2015).
No comments:
Post a Comment
Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...