Thursday 18 June 2015

Seri Mendidik Anak (bag.3): Memahami dan Bersikap Terhadap Anak Masa Usia Pra Sekolah




لَأَنْ يُؤَدِّبَ الرَّجُلُ وَلَدَهُ خَيْرٌ مِنْ اَنْ يَّـتَصَدَّقَ بِصَاعٍ
"Sungguh mendidiknya seorang lelaki kepada anaknya itu lebih baik baginya  daripada mengeluarkan sedekah satu sha'." 
(H.R. Tirmidzi)

مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدًا مِنْ نَحْلٍ اَفْضَلَ مِنْ اَدَبٍ حَسَنٍ
"Tidak ada pemberian orang tua kepada anaknya yang lebih utama daripada
budi pekerti yang baik"
(H.R. Tirmidzi dan Hakim)

     Pengalaman belajar yang disajikan kepada individu-individu harus sesuai dengan sifat-sifat khasnya yang sesuai dengan masa perkembangannya. Pengalaman belajar yang disajikan kepada mahasiswa harus sesuai dan cocok untuk individu pada usia mahasiswa, yang tentu saja berlainan dengan pengalaman belajar yang cocok untuk individu pada usia sekolah dasar.
       Masalah periodisasi perkembangan biasanya juga merupakan masalah yang banyak dipersoalkan oleh para ahli. Pendapat mereka mengenai dasar-dasar periodisasi serta panjang masing-masing periode juga bermacam-macam, yang pada umumnya lebih bersifat teknis daripada konsepsional. Namun secara garis besar, pendapat-pendapat tersebut dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu:
  1. berdasarkan biologis; di antara yang berpendapat demikian misalnya Aristoteles, Kretschmer, dan Freud.
  2. berdasarkan didaktis/intruksional; yang berpendapat demikian di antaranya Comenius dan Rosseau.
  3. berdasarkan psikologis; pendapat ini dirintis oleh Kroh. Pendapat Piaget juga tergolong ke dalam kelompok ini.
       Perkembangan individu sejak lahir hingga dewasa bisa diurutkan seperti berikut:
  1. masa usia pra-sekolah, yaitu dari 0,0 tahun sampai kira-kira 6,0 tahun
  2. masa sekolah usia dasar, yaitu dari kira-kira 6,0 sampai kira-kira umur 12,0
  3. masa usia sekolah menengah, yaitu dari kira-kira umur 12,0 sampai kira-kira 18,0
  4. masa usia mahasiswa, yaitu dari kira-kira umur 18,0 sampai kira-kira 25,0
Masa Usia Pra-Sekolah
       Masa Usia pra-sekolah, yaitu dari lahir sampai kira-kira umur 6;0, dapat diperinci lagi menjadi:
1. Masa Vital
       Masa vital ini dimulai dengan kelahiran si anak. Beberapa hal yang sering dipersoalkan mengenai kelahiran anak adalah:
  1. apakah anak itu lahir atau dilahirkan
  2. mengapa anak yang baru lahir itu senantiasa menangis, dan
  3. mengapa anak yang baru lahir itu sangat tidak berdaya jika dibandingkan dengan anak-anak hewan
       Jawaban terhadap tiga pertanyaan di atas telah menimbulkan berbagai spekulasi yang berbeda satu sama lain.
       Banyak ahli telah melakukan penelitian mengenai masa vital ini. Hasil-hasil penelitian itu menunjukkan kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh anak-anak pada umumnya sampai umur 2;0. Yang penting ialah pada masa ini anak menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Freud menamakan tahun pertama dalam kehidupan anak sebagai sumber keenakan dan ketidakenakan. Pendapat itu beralasan pada kenyataan bahwa pada masa ini mulut memainkan peranan terpenting dalam kehidupan individu. Kenyataan ini menurut Ahmad Fauzi perlu diberi interpretasi lain, bahwa anak memasukkan apa saja yang dijumpainya ke dalam mulutnya bukan karena mulut merupakan sumber kenikmatan utama, tetapi karena pada saat ini mulut merupakan alat untuk melakukan eksplorasi dan belajar.
       Pada tahun kedua anak telah belajar berjalan. Dengan dapat berjalan anak mulai menguasai ruang. Mula-mula ruang tempat dia berada, lalu ruang dekat, dan selanjutnya ruang yang jauh. Juga pada tahun kedua pada umumnya anak mulai diperkenalkan pada kebersihan(toilet training). Melalui pelatihan tentang kebersihan itu, anak belajar mengendalikan impuls-impuls yang datang dari dalam dirinya.
2. Masa Estetik
       Biasanya masa estetik ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Anggapan itu timbul karena nama estetik. Sebenarnya kata estetik yang digunakan di sini tidak dalam arti tersebut, tetapi dalam arti bahwa pada masa ini perkembangan anak yang terutama adalah fungsi panca inderanya dan dalam eksplorasi dan belajarnya dia menggunakan panca indera juga. Pada masa ini panca inderanya masih dalam masa peka, karena itu pulalah Montesori menciptakan berbagai macam alat permainan yang dimaksudkan untuk melatih pancaindera.
       Pada masa ini muncul gejala kenakalan, yang umumnya terajadi pada umur 3;0 sampai 5;0. Anak sering menentang kehendak orang tua, kadang-kadang menggunakan kata-kata kasar, dengan sengaja melanggar apa yang dilarang dan tidak melakukan apa yang diharuskan untuk dilakukan, dan sebagainya.
       Gejala kenakalan seperti itu umumnya tampak pada anak-anak pada umur-umur tersebut, sehingga menarik perhatian, baik perhatian para ahli maupun bukan ahli. Nama yang diberikan pada masa ini, yaitu masa kenakalan, bermacam-macam, misalnya:
·         Trotzalter menurut Oswald Kroh;
·         Protestphase menurut Lang Eveld
·         Masa Individualisering I, menurut Carp,
·         Masa meraja-raja (kemratu-ratu), dalam masyarakat Jawa;
·         Sejumlah ahli menyebutnya masa pubertas I.
       Apakah sebabnya anak berbuat berbagai kenakalan tersebut? Jawabannya bermacam-macam. Di antaranya yang dirasa dapat diterima adalah sebagai berikut. Berkat perkembangan bahasanya, yang merupakan modal pokok bagi anak dalam menghadapi dunianya, sampailah anak pada penyanderaan aku-nya atau terhadap menemukan aku-nya, yaitu suatu tahap ketika anak menemukan dirinya sebagai subjek. Kalau pada masa-masa sebelumnya anak masih merasa bersatu dengan dunianya, belum mampu mengadakan pemisahan secara dasar antara dirinya sendiri sebagai subjek dan yang lain sebagai objek, maka kemampuan itu kini dia miliki. Kini dia menyadari (menemukan) bahwa dirinya juga subjek, seperti subjek-subjek yang lain (orang dewasa). Sebagai subjek yang mempunyai keterbatasan untuk menghendaki sesuatu, mempunyai pula kebebasan untuk menolak sesuatu. Dan karena jarang menemukan kenyataan tersebut, maka anak seakan-akan kaul ingin mendapatkan pengalaman, bagaimana kiranya sebagai subyek yang bebas menentukan keinginannya itu.
       Pada masa ini anak dapat dilukiskan sebagai demam menghendaki. Misalnya, pada suatu saat dia menghendaki sebuah bola, dan kehendaknya itu tidak dapat ditahan; tetapi kalau telah memperolehnya maka dia tidak lagi mempedulikan bola itu, dan menghendaki barang yang lain lagi; dan sebagainya. Kadang-kadang ia melanggar hal yang dilarang, dan memantangkan hal yang diharuskan. Hal yang demikian itu dilakukan bukan karena dia keras kepala, melainkan hanya karena ingin mengalami dan menyaksikan akibatnya.
       Dipandang dari segi pendidikan, masa ini merupakan masa yang sukar. Bagaimanakah sikap pendidik yang sebaik-baiknya? Dalam menghadapi anak yang sedang mengalami masa kegoncangan ini sikap yang paling bijaksana ialah jalan tengah, yaitu sikap yang tidak ekstrim, baik ekstrim menekan, maupun ekstrim memanjakan.
       Jika pendidik (orang dewasa) memaksakan pendiriannya sendiri dengan memakai kekerasan dan kekuasaan sebab dia lebih kuat, maka anak itu akan mengalah dan tunduk kepada pendapat orang dewasa, sedangkan kemauannya sendiri akan lenyap dan tidak berkembang. Anak yang demikian itu nantinya akan menjadi individu yang tidak mempunyai inisiatif dan tanpa kemauan; dia akan terbiasa bersikap menunggu perintah.
       Sebaliknya, jika anak dituruti saja apa kehendaknya, atau dibiarkan saja berbuat sesukanya, dengan maksud untuk menghindarkan persengketaan antara dia dengan orang dewasa, maka tindakan yang digambarkan itu hanya merupakan pengunduran sengketa itu saja, yang nantinya akan timbul lagi dengan lebih kuat.
Tugas Orang Tua Menurut Islam Berkaitan Dengan Kelahiran Anak
     Ketika seorang anak telah terlahir ke dunia maka ada beberapa hal yang diajarkan oleh Islam untuk dilakukan oleh orang tua berkaitan dengan kelahiran tersebut. Berikut kami sebutkan hal-hal itu secara ringkas saja:
1.)    Bagi si ibu dianjurkan untuk mandi setelah melahirkan apabila kondisinya telah dirasa kuat untuk mandi.
2.)    Setelah masa nifas si ibu selesai (pada umumnya darah nifas itu keluar selama 40 hari), maka si ibu wajib untuk mandi.
3.)    Hendaknya anak yang baru lahir tersebut langsung diazankan di telinga kanannya dan diiqomatkan di telinga kirinya.
4.)    Mentahnik bayi tersebut. Mentahnik adalah mengoleskan buah kurma yang sudah dilumatkan pada langit-langit mulut bayi.
5.)    Meng-aqiqahkannya. Untuk anak lelaki, dengan dua ekor kambing dan bagi anak perempuan seekor saja.
6.)    Memberikan nama untuknya dengan nama yang bagus yang tidak diharamkan.
7.)    Mencukur rambutnya dan bersedekah emas atau perak kepada fakir miskin seukuran berat rambut tersebut.
8.)    Mengkhitan bayi tersebut.
Kedelapan hal ini ada pembahasannya secara khusus pada tulisan kami selanjutnya, Insya Allah. (Jakarta, Senin, 15 Juni 2015).


No comments:

Post a Comment

Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...