Monday 6 July 2015

Seri Mendidik Anak (bag.6): Sifat-Sifat Anak Masa Usia Sekolah Dasar



Masa usia sekolah dasar sering pula disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian sekolah. Sifat-sifat anak pada masa ini akan disajikan secara ringkas di sini.
Setelah anak melewati masa kegoncangan yang pertama, maka proses sosialisasinya telah  berlangsung dengan lebih efektif, sehingga menjadi matang untuk masuk Sekolah Dasar. Pada umur berapa tepatnya anak matang untuk masuk Sekolah Dasar, sebenarnya sukar dikatakan, karena kematangan itu tidak ditentukan oleh umur semata-mata, namun pada umur 6;0 atau 7;0 biasanya anak memang telah matang untuk masuk Sekolah Dasar.


Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik daripada masa sebelum dan sesudahnya. Masa ini dapat diperinci lagi menjadi dua fase, yaitu: (1) masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar, kira-kira umur 6;0 atau 7;0 sampai umur 9;0 atau 10;0, dan (2) masa kelas-kelas tinggi Sekolah Dasar, yaitu dari kira-kira umur 9;0 atau 10;0  sampai kira-kira umur 12;0 atau 13;0.
1. Masa Kelas-Kelas Rendah Sekolah Dasar
       Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain adalah seperti yang disebutkan di bawah ini:
  1. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi sekolah.
  2. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang tradisional.
  3. Ada kecendrungan memuji diri sendiri.
  4. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal itu dirasanya menguntungkan; dalam hal ini ada kecendrungan untuk meremehkan anak lain.
  5. Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.
  6. Pada masa ini (terutama pada umur 6;0 – 8;0) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
Pada masa inilah, ada tugas yang tak boleh diabaikan oleh orang tua terhadap anaknya, yaitu menyuruh si anak untuk mengerjakan shalat. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW berikut ini:
مُرُوْا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ وَاضْرِبُوْاهُمْ عَـلَيْهَا وَهُمْ أَبْـنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ وَفَرِّقُوْا بَـيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
“Perintahkanlah anak-anakmu untuk mengerjakan shalat apabila mereka telah berusia tujuh tahun. Dan pukullah mereka jika tidak mengerjakan shalat apabila telah berusia sepuluh tahun. Dan pisahkanlah tempat tidur mereka”. (HR. Abu Dawud)
     Jadi, ketika anak Anda berusia 7-10 tahun, Anda bertugas untuk menyuruh anak tersebut untuk mengerjakan shalat. Ingat, hanya baru menyuruhnya. Jika sang anak malas atau tidak mengindahkan suruhan tersebut, Anda boleh memarahinya, tapi belum boleh untuk memukulnya. Sangat dianjurkan pada tahap usia ini adalah suruhan dengan pendekatan-pendekatan yang lemah-lembut dan menyentuh jiwanya sebelum Anda memilih untuk memarahinya.
     Hal yang perlu diingat pula adalah bahwa perintah untuk menyuruh anak Anda mengerjakan shalat pada usia 7 tahun itu berarti juga perintah kepada Anda untuk telah mengajari sang anak tentang bacaan-bacaan shalat dan gerakan-gerakannya sebelum ia berusia tujuh tahun. Karena kita tentu tidak akan bisa menyuruhnya untuk mengerjakan shalat di usia 7 tahun tersebut kalau ia belum diajari sebelumnya.
     Ketika sang anak telah berusia 10 tahun, maka barulah Anda dibenarkan untuk memukulnya jika ia tidak mau mengerjakan shalat. Tetapi pukulan tersebut tidak boleh sembarangan. Ada aturan yang harus diikuti, di antaranya: 1.) tidak boleh memukul di bagian wajahnya, dan 2.) tidak boleh memberikan pukulan yang bisa menimbulkan cacat pada dirinya. Pada intinya, pukulan yang dilakukan adalah pukulan yang tetap didasari oleh rasa kasih-sayang dan hanya karena tujuan mendidiknya. Jika satu pukulan saja sudah membuat ia bergerak untuk mengerjakan shalat, maka Anda tidak dibenarkan untuk memberikan pukulan kedua kepadanya. Bahkan, jika tanpa memukul, Anda bisa membuatnya bergerak untuk mengerjakan shalat, maka hendaknya Anda tidak perlu memukulnya. Upayakanlah agar memukul ini menjadi alternatif terakhir bagi Anda setelah upaya-upaya yang lain (seperti menegur, menasehati, dan memarahi) memang tidak mempan baginya.
     Selain perkara shalat, hal lain yang harus Anda perhatikan ketika anak-anak Anda telah mencapai usia 10 tahun adalah tentang tempat tidur mereka. Anda harus memisahkan tempat tidur mereka. Jangan Anda biarkan anak perempuan dan anak lelaki Anda tidur bercampur baur dalam satu tempat tidur. 
2. Masa Kelas-Kelas Tinggi Sekolah Dasar
       Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini adalah sebagai berikut:
  1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkret; hal ini menimbulkan adanya kecendrungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.
  2. Amat realistis, ingin tahu, ingin belajar
  3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran-mata pelajaran khusus, yang oleh ahli-ahli yang mengikuti teori faktor, ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor.
  4. Sampai kira-kira umur 11;0 anak membutuhkan seorang guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan untuk memenuhi keinginannya. Setelah kira-kira umur 11;0 pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri.
  5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.
  6. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat kepada aturan permainan yang tradisional; mereka membuat peraturan sendiri.
       Masa keserasian bersekolah ini diakhiri dengan suatu masa yang biasanya disebut dengan masa pueral. Masa ini demikian khasnya, sehingga menarik perhatian banyak ahli, dan karenanya juga banyak dilakukan penelitian mengenainya.
       Sementara dari hasil-hasil penelitian itu disajikan di bawah ini.
       Sifat-sifat khas anak-anak dalam masa pueral itu dapat diringkaskan dalam dua hal, yaitu: (a) ditujukan untuk berkuasa, dan (b) ekstravers (berorientasi ke luar dirinya). Sifat-sifat ini mendorong mereka untuk menyaksikan keadaan-keadaan dunia di luar dirinya dan mencari teman-teman sebaya atau membentuk kelompok-kelompok sebaya untuk memenuhi kebutuhan psikisnya itu, yaitu untuk mencari kemenangan, memperlihatkan kekuasaan, dan sebagainya. Seringkali masa ini diberi ciri sebagai masa competitive socialization. Pada mereka dorongan bersaing besar sekali dan hal ini disalurkan dalam hubungan dengan teman-teman sebayanya.
       Suatu hal penting pada masa ini adalah sikap anak terhadap otoritas, khususnya otoritas orang tua dan guru. Anak-anak puer menerima otoritas orang tua dan guru sebagai suatu hal yang wajar. Justru karena hal ini anak-anak mengharapkan adanya sikap yang objektif dan adil pada pihak orang tua dan guru serta pemegang otoritas orang dewasa yang lain. Sikap pilih kasih akan mudah dikenal dan menimbulkan problem di kalangan mereka. Demikianlah, semoga bermanfaat. (Jakarta, Senin, 06 Juli 2015).

No comments:

Post a Comment

Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...