Peran Keturunan Arab Dalam Sejarah Kemerdekaan Indonesia

Lihatlah foto di atas. Foto tersebut adalah foto Bung Karno saat berpidato di alun-alun kota Malang pada tahun 1953. Yang lebih harus menjadi perhatian saat ini adalah: lihatlah siapa orang-orang yang mengawal dan menjaga Bung Karno ketika itu di foto tersebut. Ternyata mereka adalah orang-orang Arab yang sudah melebur menjadi bagian dari bangsa Indonesia.

Saat ini terasa  ada pihak-pihak tertentu yang ingin menebarkan sikap rasisme kepada bangsa Indonesia. Mereka menghembuskan kebencian terhadap

etnis-etnis tertentu yang ada di Indonesia. Termasuk terhadap warga keturunan Arab. Padahal dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, warga keturunan Arab itu telah berjuang bersama-sama rakyat Indonesia. Namun sayang, selama ini dalam buku-buku sejarah (terutama buku-buku sejarah di sekolah) peranan-peranan warga keturunan itu jarang diungkap ke permukaan. Entah sengaja atau tidak, yang jelas hal ini membuat para generasi bangsa banyak yang tidak tahu akan hal tersebut sehingga berkemungkinan membuat mereka menjadi mudah termakan hasutan-hasutan yang sifatnya rasis atau fasis.

Berikut ini akan kita ungkap sedikit di antara andil dan peranan yang telah diberikan oleh warga keturunan Arab dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.

Ustadz Mohammad Fauzil Adhim melalui akun resmi fesbuknya menerangkan sebagai berikut:

1953. Indonesia masih miskin saat itu; masih menata sesudah ratusan tahun dijajah. Ketika Bung Karno berpidato di alun-alun kota Malang, lihatlah siapa yang mengawal dan menjaganya. Mereka adalah orang-orang Arab yang sudah melebur menjadi bagian dari bangsa Indonesia.

Adalah Ahmad Baagil, Abdul Aziz Mahri, AR Bahanan dan Ubud Bahanan. Salah satu pengawal tersebut adalah tetangga Ustadz 'Abdullah Hadrami yang beliau memanggilnya Ami Abdul Aziz Mahri, tetapi lebih populer di lingkungannya dengan panggilan Ajis Petek.

Ini hanya salah satu fragmen sejarah. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia juga dilakukan di rumah orang Arab yang banyak menyumbangkan hartanya bagi negeri ini. Rumah tersebut kemudian dihadiahkan oleh pemiliknya, yakni Faradj bin Said Awad Martak kepada negara.

Kalau kemudian banyak di antara kita yang tidak mengenalnya, karena sejarah tidak ditulis secara utuh. Seolah mengabaikan peran besar orang-orang yang sudah nyata-nyata berjasa.

Lambang Garuda Pancasila? Orang etnis Arab juga yang merancang desainnya hingga menjadi seperti sekarang. Dia adalah Syarif Abdul Hamid Alkadrie yang merupakan sultan Pontianak keenam.

Al-Qadri merupakan salah satu fam habaib di Indonesia. Ini hanyalah sekelumit cerita, semoga mengingatkan kita bahwa saudara-saudara kita etnis Arab sudah semenjak awal menjadi satu dalam gelegak perjuangan di negeri ini.

Demikianlah sedikit gambaran tentang peranan yang telah diberikan oleh warga keturunan Arab di Indonesia. Peranan dan andil yang sebenarnya tentu jauh lebih banyak dari itu. Namun, mungkin hanya Allah yang tahu seberapa banyak andil yang sesungguhnya tersebut.

Semoga sedikit gambaran ini dapat membantu generasi bangsa kita untuk tidak mudah terjebak ke dalam sikap rasis dan fasis yang dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu untuk merusak persatuan Indonesia yang sudah lama terbina dengan baik di bumi pertiwi ini. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin. [Maltusiro/Media Muslim. Dari berbagai sumber]