Wednesday 5 April 2017

Pekerjaan Orang Munafik: Selalu Mencela Orang Yang Beramal



Dalam sebuah hadits diceritakan:

“Tatkala turun ayat tentang bersedekah, kami membawa (sedekah-sedekah kami) di atas punggung kami. Ada seseorang yang datang dengan membawa sedekah yang banyak. Maka orang-orang munafik berkata: “(Itu) orang yang riya’ ”.  Lalu datang lagi seorang yang lain dengan membawa sedekah hanya satu sha’ (satu gantang). Orang-orang munafik juga berkata: “Allah tidak butuh (kalau cuma) satu gantang ini”. Maka turunlah ayat: “ (orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya dst ... [QS. At-Taubah: 79]” (HR. Bukhari dan Muslim)


Jadi begitulah salah satu sifat orang-orang munafik. Mereka selalu mencela orang-orang yang beramal. Hal itu disebabkan karena kekafiran dan kedengkian yang bersarang di hati mereka. Mereka benci jika orang-orang percaya dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka benci jika agama Allah ini tegak, hidup, dan berjaya di muka bumi.

Pada sederet aksi-aksi bela Islam juga pasti terlihat sikap-sikap orang munafik. Mereka mencari celah untuk bahan celaan atau bahkan bahan pelaporan.

Jika terlihat oleh mereka para peserta aksi yang penampilannya tergolong sederhana atau miskin, mereka (orang-orang munafik) akan bilang: “Tuh lihat. Demo ini hanya kerjaan orang-orang gembel yang tidak punya pekerjaan. Mereka hanya orang-orang bayaran yang berdemo untuk mencari sesuap nasi”.

Tapi ketika terlihat oleh mereka para peserta aksi yang berpenampilan “kinclong” dan mewah-mewah. Bawa banyak duit dan mobil-mobil keren. Apa lantas mereka diam? Tidak. Mereka tetap berkoar dengan mencari-cari kalimat lain: “Waduh, itu duit dari mana? Jangan-jangan ini aksi pencucian uang. Periksa sumber dana para pendemo itu!”.
 
Di antara para peserta Aksi Bela Islam, ada yang terlihat "kinclong" dan mewah. Apakah mulut orang-orang munafiq menjadi diam? Tidak.
Jadi wahai saudaraku, sebaiknya gak usah dipikirin omongan mereka itu. Beramal saja sesuai dengan kemampuan dan keadaan diri Anda. Kalau Anda kaya, bawa harta kekayaan Anda itu untuk beramal. Pamerkan kepada Allah, jangan pamerkan kepada mereka, karena mereka tak akan pernah berhenti untuk “berbicara”.

Kalau keadaan diri Anda sederhana atau bahkan miskin papa, jangan malu dan minder untuk beramal sesuai kemampuan Anda. Uang yang cuma seribu perak yang sanggup Anda sumbangkan itu, insya Allah, bukan mustahil akan bernilai sangat besar di sisi Allah. Bahkan kalau tak mampu beramal dengan uang, ya jangan malu juga untuk beramal dengan yang lainnya. Mungkin dengan tenaga. Mungkin hanya dengan pendapat. Mungkin hanya dengan tulisan. Bahkan mungkin walaupun hanya dengan doa dan ucapan-ucapan zikir, engkau tetap bisa berbuat, dan jangan malu untuk berbuat!

Beramallah sesuai dengan kemampuan Anda dan jangan pikirkan omongan-omongan mereka. Yang penting, Anda yakin bahwa Anda tengah berada di dalam kebenaran. Yang penting, Anda yakin bahwa Anda telah beramal sesuai dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya (sesuai dengan ilmunya).

Maka “bismillah”. Dan lalu serahkanlah segalanya kepada Allah. Allah-lah yang akan melihat dan menilai amal kamu. Dan Dia juga yang akan memberikan balasan kepadamu. Lalu untuk apa kau pedulikan omongan-omongan mereka itu.

Bismillah. Walhamdu Lillah. Wala haula wala quwwata illa billah.  

No comments:

Post a Comment

Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...