Wednesday 12 April 2017

Apakah Semua Ajaran Kaum Wahabi/Salafi Itu Salah?

Apakah semua ajaran kaum Wahabi/Salafi itu salah?

Sebenarnya tidak. Banyak juga di antara ajaran-ajaran kaum Wahabi/Salafi itu yang bernilai benar. Akan tetapi sayangnya, kebenaran yang terdapat di kalangan kaum Wahabi itu bercampur dengan pemahaman-pemahaman keliru yang cukup fatal. Kebenaran yang mereka bawa justru menjadi jalan pula bagi masuknya pemahaman-pemahaman keliru yang fatal itu kepada orang-orang awam.

Orang-orang awam mungkin akan sulit untuk mendeteksi di mana letak kekeliruan pemahaman kaum Wahabi karena mereka (kaum Wahabi) terkesan selalu memakai dalil Quran dan Hadits di dalam pendapat-pendapat mereka. Namun, bagi orang-orang yang telah mendalam ilmunya, yang telah mengkaji aneka disiplin ilmu agama seperti Tafsir, Ushul Fiqh, Nahwu-Sharaf, Balaghah, Tasawwuf, Aqidah, dan lain sebagainya secara mendalam dan benar dari khazanah ilmu para ulama terdahulu yang saleh-saleh, pasti akan setuju dengan ungkapan bahwa: “Kaum Wahabi itu adalah kaum yang tahu dalil tetapi sering salah di dalam memahami dan menggunakan dalil”.


Misalnya, mereka tahu dalil-dalil tentang bid’ah. Tetapi mereka tak pandai di dalam memahami hubungan antara dalil yang satu dengan dalil yang lainnya di dalam masalah bid’ah tersebut. Akhirnya terciptalah suatu pemahaman yang keliru tentang bid’ah. Pemahaman bid’ah yang berbeda dengan pemahaman bid’ah para ulama terdahulu yang telah mengkaji masalah bid’ah secara mendalam dan komprehensif.

Akhirnya, ya begitulah yang terjadi.
Karena pemahaman bid’ah yang keliru, akhirnya kaum Wahabi sering mencela dan membenci amalan-amalan dan kebiasaan-kebiasaan yang telah dirintis oleh para ulama terdahulu. Mereka menganggap semua amalan dan kebiasaan tersebut “bid’ah”. Maulid Nabi= “bid’ah!”. Bersalaman sehabis salat berjama’ah=“bid’ah!”, berzikir bersama=”bid’ah”. Bikin pengajian yasinan= “bid’ah”, Peringatan Isra Mi’raj= “bid’ah!”

Semua amal saleh tersebut mereka pandang sebagai bid’ah. Padahal pemahaman bid’ah merekalah yang keliru.

Mereka bagaikan orang yang sedang memakai kacamata hitam kemudian melihat kepada benda-benda yang ada di sekelilingnya. Apa yang tampak di dalam pandangan mereka? Mereka melihat semua benda menjadi kelam. Semua warna terlihat suram. Padahal bukan benda-benda itu yang kelam atau suram, tetapi mata mereka yang sedang terhalangi oleh sebuah kacamata hitam.

Coba mereka pakai kacamata yang jernih, maka akan jelaslah perbedaan tiap-tiap benda. Akan jelaslah benda-benda yang baik dengan benda-benda yang buruk. Akan jelaslah mana yang sesungguhnya kelam dan mana yang sesungguhnya cerah.

Artinya, kalau pemahaman agama mereka benar, maka akan jelaslah bagi mereka mana yang sesungguhnya bid’ah dan mana yang sesungguhnya sunnah.

Akan terkejutlah mereka bahwa kebiasaan-kebiasaan yang telah dirintis dan diamalkan oleh para ulama terdahulu ternyata sebenarnya merupakan amal-amal saleh yang berfaedah besar. Amal saleh yang lahir bukan dari kebodohan, melainkan justru dari kebagusan dan kesempurnaan pemahaman.

“Yufaqqihhu fid din”. Ingatlah penggalan dari hadits tersebut. Rasulullah saw menyatakan bahwa orang yang dikehendaki kebaikan oleh Allah adalah orang yang “dijadikan paham” tentang masalah agama. Jadi, bukan “tahu”, tetapi “paham”. Bukan “hafal”, tetapi “mengerti”.

Bukan “tahu” atau “hafal” banyak dalil, tetapi “paham” tentang maksud-maksud yang dikandung oleh dalil-dalil tersebut.

Maka di sinilah letak pentingnya kita memeriksa pemahaman agama kita. Sudah benarkah pemahaman agama kita selama ini? Ataukah kita justru hanya telah menjadi korban pemahaman-pemahaman keliru yang dibungkus dengan slogan-slogan manis tetapi palsu?

Pemahaman agama yang keliru akan membuat yang baik dianggap buruk, dan yang buruk dianggap baik. Yang sunnah dianggap bid’ah, dan yang bid’ah justru dianggap sunnah. Yang benar akan dianggap salah, dan yang salah justru dianggap benar. Tidakkah ini berbahaya?!

Tidakkah berbahaya jika yang semestinya dibela justru menjadi dihina? Tidakkah berbahaya jika yang semestinya dilindungi justru menjadi diperangi? Tidakkah berbahaya jika yang semestinya diasuh justru menjadi dibunuh?

Itu semua akan terjadi jika ada sebuah pemahaman keliru yang berkembang di masyarakat. Karena itu periksalah pemahaman agama Anda. Sudah benarkah pemahaman agama Anda?

Jangan sampai Anda merasa sebagai tentara Allah, tetapi sebenarnya Anda adalah tentara syaitan. Na’uzu billahi min zalik !

Kata kunci: kesalahan kaum wahabi/salafi.

No comments:

Post a Comment

Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...