Thursday 20 April 2017

Islam Mementingkan Kontinuitas Amal




Kontinuitas (kerutinan/kelanggengan) amal itu ternyata sangat dipentingkan di dalam Islam. Seakan-akan ia adalah suatu hal yang wajib. Sehingga, demi mementingkan kontinuitas, Islam sangat menganjurkan agar seseorang memilih suatu amal sunnah yang sedikit atau ringan saja tetapi ia sanggup untuk kontinu (rutin/terus-menerus), daripada suatu amal sunnah yang banyak atau berat tetapi tidak sanggup untuk kontinu.

Rasulullah saw pernah mendengar bahwa salah seorang sahabatnya, Abdullah bin Amru bin ‘Ash, bertekad akan berpuasa setiap hari dan akan mengkhatamkan (menamatkan) Alquran setiap malam. Maka Rasulullah menegur Abdullah tersebut. Perhatikan dialog mereka berdua—insya Allah bermanfaat buat Anda—berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari atau Muslim berikut ini:


RASULULLAH: “Benarkah kabar yang sampai kepadaku bahwa engkau akan berpuasa sepanjang masa (setiap hari) dan akan megkhatamkan Alquran setiap malam?”

ABDULLAH: “Benar ya Rasulallah. Dan saya berbuat demikian tidak lain kecuali karena mengharapkan kebaikan”

RASULULLAH: “(kalau begitu) berpuasalah seperti puasanya Nabi Dawud as (sehari puasa, sehari tidak) karena sesungguhnya Nabi Dawud adalah orang yang paling banyak ibadahnya. Dan khatamkanlah Alquran sekali sebulan saja”

ABDULLAH: “Wahai Nabi Allah, sesungguhnya aku sanggup lebih dari itu”

RASULULLAH: “Kalau begitu, khatamkanlah setiap dua puluh hari sekali”

ABDULLAH: “Wahai Nabi Allah, aku sanggup lebih dari itu”

RASULULLAH: “Kalau begitu, khatamkanlah setiap 10 (sepuluh) hari sekali”

ABDULLAH: “Wahai Nabi Allah, aku masih sanggup lebih dari itu”

RASULULLAH: “Khatamkanlah sekali seminggu, dan jangan lebih cepat dari itu”

Abdullah berkata: “Aku memperberat diriku sehingga aku diberi dengan yang lebih berat. Dan berkatalah Nabi saw kepadaku: “Kamu tidak tahu, bisa jadi umurmu akan dipanjangkan oleh Allah”. Lalu terjadilah apa yang diucapkan oleh Nabi itu. Maka tatkala aku sudah tua, aku sangat menginginkan agar seandainya dulu aku terima saja keringanan dari Nabi saw tersebut”. –SELESAI—

Kenapa sampai terjadi penyesalan seperti itu di hati Abdullah bin Amru bin Ash diwaktu ia telah berusia tua itu? Karena ia merasa sudah tidak sanggup lagi untuk merutinkan amal-amalnya yang berat itu. Sementara, menghentikan amal yang sudah biasa dirutinkan adalah hal yang tidak disenangi oleh Allah swt.

Karena itu, berpikirlah sebelum memilih suatu amal sunnah yang ingin dirutinkan. Lebih baik sedikit atau ringan, tetapi kita sanggup untuk merutinkannya sampai usia tua kita daripada banyak atau berat tetapi kita tidak sanggup untuk merutinkannya hingga ke masa tua.

Contoh: Lebih baik salat Duha dua rakaat saja tetapi bisa rutin setiap hari, daripada salat Duha lebih dari dua rakaat tetapi tidak bisa merutinkannya. Lebih baik salat witir 3 rakaat saja setiap malam daripada salat witir lebih dari itu tetapi tidak bisa merutinkannya. Kiaskanlah kepada contoh-contoh yang lainnya.

No comments:

Post a Comment

Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...