Aneka Makna
Pada Doa Pernikahan (Rahasia Makna “لَ” dan “عَــلَى ” Padanya)
Banyak doa pernikahan yang dikarang manusia. Untaian kata-katanya begitu
indah. Namun, bagaimanapun juga, sebaik-baik doa adalah doa yang telah
diajarkan oleh Rasulullah saw.
Doa pernikahan yang telah diajarkan Rasulullah untuk diucapkan kepada
seseorang yang baru saja menikah adalah:
باَرَكَ اللهُ
لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِيْ خَيْرٍ
“Semoga Allah memberi berkah padamu. Semoga Allah
memberi berkah atasmu. Dan semoga Ia mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan yang lainnya).
Terjemahan di atas adalah terjemahan secara harfiah
saja. Belum mengungkap
makna mendalam yang terkandung pada doa tersebut. Dan kalau kita mau menerjemahkan doa itu dengan menyertakan makna yang terkandung di dalamnya, sesungguhnya terjemahannya bisa menjadi bermacam-macam alias banyak pilihan karena ternyata doa tersebut menyimpan banyak makna, dan inilah salah satu kelebihan dari kalimat Rasulullah saw: satu kalimat terkadang bisa mengandung sekian makna yang semuanya benar dan berfaedah.
makna mendalam yang terkandung pada doa tersebut. Dan kalau kita mau menerjemahkan doa itu dengan menyertakan makna yang terkandung di dalamnya, sesungguhnya terjemahannya bisa menjadi bermacam-macam alias banyak pilihan karena ternyata doa tersebut menyimpan banyak makna, dan inilah salah satu kelebihan dari kalimat Rasulullah saw: satu kalimat terkadang bisa mengandung sekian makna yang semuanya benar dan berfaedah.
Selain itu, dari doa ini juga tergambar kelebihan bahasa
Arab dibandingkan dengan bahasa lainnya. Pemakaian kata “لَ” dan “عَــلَى ” saja pada
satu kalimat, dapat menimbulkan sekian makna yang beragam.
Penasaran ingin tahu penjelasannya? Yuk langsung saja kita simak uraian
berikut ini yang saya kutip dan saya edit sedikit saja dari sebuah situs, karena
saya menilai penjelasan yang dilakukan oleh penulisnya sudah cukup jelas dan
bagus. Uraian tersebut dimulai dengan tanda // dan di akhiri dengan tanda xxxxxxxxxx:
//
Bismillah, wash sholaatu was salaamu alaa
rosuulillaah, wa alaa aalihii wa shohbihii wa man waalaah…
Sudahkah anda hafal apa yang diajarkan Nabi
-shollallohu alaihi wasallam- untuk mendoakan kedua mempelai ketika
melangsungkan pernikahan? Jika belum, maka sekarang jangan lewatkan kesempatan
untuk menghafal salah satu doa tersebut, hingga kita bisa menghidupkan salah
satu sunnah Rosul -shollallohu alaihi wasallam- berikut ini:
باَرَكَ اللهُ
لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِيْ خَيْرٍ
Pertanyaannya selanjutnya, tahukah anda, apa arti dari
doa tersebut? Inilah terjemahan harfiyah-nya: “Semoga Allah memberi
berkah padamu, semoga Allah memberi berkah atasmu, dan semoga Ia mengumpulkan
kalian berdua dalam kebaikan” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan yang lainnya)
Lagi-lagi ada pertanyaan: Bisakah pembaca membedakan
makna لَكَ “padamu” dan عَــلَيْكَ “atasmu” dalam terjemah harfiyah
doa walimah di atas? Mungkin ada yang bilang bisa, tapi penulis yakin banyak
yang bilang tidak.
Marilah kita lihat beberapa terjemahan versi lainnya,
yang bisa lebih memperjelas makna doa di atas:
Terjemahan pertama:
“Semoga Allah memberikan berkah (yang bermanfaat)
untukmu, semoga Dia (juga) memberikan berkah (yang turun) atasmu, dan semoga
Dia mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan”.
Terjemahan kedua:
“Semoga Allah memberkahimu (dalam urusan duniamu),
semoga Dia (juga) memberkahimu (dalam urusan akhiratmu), dan semoga Dia
mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan”.
Terjemahan ketiga:
“Semoga Allah memberkahimu (di saat rumah tanggamu
harmonis), semoga Dia (tetap) memberkahimu (di saat rumah tanggamu lagi
renggang), dan semoga Dia mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan”.
Terjemahan keempat:
“Semoga Alloh memberkahi (istrimu) untukmu, semoga
Alloh menurunkan berkah atasmu (dalam menafkahinya dan memudahkan rizkinya),
dan semoga Alloh mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan”.
Terjemahan kelima:
“Semoga Alloh memberkahi dirimu (dalam pernikahan
ini), semoga Alloh juga memberikan berkah atas (anak dan keturunan)-mu, dan
semoga Alloh mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan”.
Terjemahan keenam
“Semoga Alloh memberikan berkah pada (hak)-mu (dari
pernikahan ini), semoga Alloh juga memberikan berkah atas (kewajiban)-mu
(karena pernikahan ini), dan semoga Alloh mengumpulkan kalian berdua
dalam kebaikan”.
Lho… yang bener aja! Kok bisa? Doanya satu, kok
maknanya beda-beda gitu? Dari mana datangnya kata-kata yang ada dalam
kurung-kurung itu?
Jawaban:
Untuk terjemahan pertama, yang berbunyi:
“Semoga Allah memberikan berkah (yang bermanfaat)
untukmu, semoga Dia (juga) memberikan berkah (yang turun) atasmu, dan semoga
Dia mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan”.
Kita bisa merujuknya ke perkataan As-Sindy ketika
men-syarah hadits diatas, ia mengatakan:
الْبَرَكَة
لِكَوْنِهَا نَافِعَة تَتَعَدَّى بِاللَّامِ وَلِكَوْنِهَا نَازِلَة مِنْ
السَّمَاء تَتَعَدَّى بِعَلَى فَجَاءَتْ فِي الْحَدِيث بِالْوَجْهَيْنِ
لِلتَّأْكِيدِ وَالتَّفَنُّن وَالدُّعَاء مَحَلّ لِلتَّأْكِيدِ وَاَللَّه تَعَالَى
اِعْلَمْ
“Berkah itu, karena bermanfaat (untuk hamba) maka
dipakailah preposisi “Lam” (لَ
), dan karena berkah (juga) turunnya dari langit, maka
dipakailah preposisi “Alaa” (عَــلَى).
Oleh karenanya dalam hadits ini dipakai dua-duanya untuk lebih memperkuat
makna, dan lebih memvariasikan kata. (Yang demikian itu), karena doa itu momen
(yang tepat) untuk memperkuat (makna), wallohu a’lam”. (lihat di syarah
As-Sindi untuk Sunan Ibnu Majah, hadits no: 1895, lihat juga di Mirqotul
Mafatih 8/377)
Untuk terjemahan kedua, yang berbunyi:
“Semoga Allah memberkahimu (dalam urusan duniamu),
semoga Dia (juga) memberkahimu (dalam urusan akhiratmu), dan semoga Dia
mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan”.
Mengapa kita mengkhususkan preposisi “Laam” (لَ )
untuk urusan dunia, sedang preposisi “Alaa” (عَــلَى) untuk urusan akhirat, adakah
penjelasan yang mendukungnya?
Terjemahan ini didasarkan pada adanya beberapa nash
yang menghubungkan manfaat duniawi dengan preposisi “Laam”, di sisi lain ada
beberapa nash yang menghubungkan urusan akherat dengan preposisi “Alaa”, dari
sinilah muncul pemaknaan kedua ini, dan diantara nash yang dijadikan sandaran
adalah:
Sabda Nabi -shollallohu
alaihi wasallam-:
الْبَيِّعَانِ
بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا
فِي بَيْعِهِمَا
Dua pelaku teransaksi itu masih dalam khiyar selama
belum pisah, lalu jika keduanya jujur dan terbuka, maka keduanya diberkahi
dalam transaksinya. (HR. Bukhori:1937 dan Muslim: 2825).
Begitu pula sabda beliau berikut
ini:
اللَّهُمَّ
بَارِكْ لَنَا فِي صَاعِنَا وَفِي مُدِّنَا
“Ya Alloh, berikanlah berkah pada (takaran) sho’
dan (takaran) mud kami” (HR. Bukhori: 1756, dan Muslim: 2339).
Jelas manfaat yang ada dalam dua hadits di atas,
adalah manfaat duniawi, dan di situ dipakai preposisi “Laam”.
Di lain sisi, untuk manfaat yang berhubungan dengan
akhirat, dipakai preposisi “Alaa”, misalnya berkah atas kenabian:
Firman Alloh ta’ala:
وَبارَكْناَ
عَلَيْهِ وَعَلَى إِسْحَاق
Dan kami berikan keberkahan atasnya (yakni Nabi
Ibrohim), juga atas Nabi Ishak. (as-Shoffat:
113)
Sabda Nabi -shollallohu
alaihi wasallam- dalam tahiyat akhir:
وَبَارِكْ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّد
Berikanlah keberkahan atas Muhammad dan keluarganya.
Untuk terjemahan ketiga, yang berbunyi:
“Semoga Allah memberkahimu (di saat rumah tanggamu
harmonis), semoga Dia (tetap) memberkahimu (di saat rumah tanggamu lagi
renggang), dan semoga Dia mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan”.
Alasannya: Karena
preposisi “Laam” dan “Alaa” disandingkan dalam doa ini, berarti keduanya
memiliki arti yang berbeda, dan sesuai kaidah bahasa arab, biasanya preposisi
“Laam” itu dipakai untuk menunjukkan makna yang baik, sedangkan preposisi
“Alaa” digunakan untuk menunjukkan makna yang buruk. Dan keadaan baik ketika
berkeluarga adalah ketika terwujud suasana yang harmonis antara keduanya,
sedang keadaan yang buruk dalam berkeluarga adalah ketika hubungan keduanya
sedang renggang dan banyak masalah. Dari sinilah muncul makna ketiga ini.
Untuk terjemahan keempat, yang berbunyi:
“Semoga Alloh memberkahi (istrimu) untukmu, semoga
Alloh menurunkan berkah atasmu (dalam menafkahi dan memudahkan rizkinya), dan
semoga Alloh mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan”.
Kita bisa merujuknya ke kitab Faidhul Qodir, karya
Al-Munawi (1/406). Terjemahan ini juga didasari perbedaan preposisi “Laam” dan
“Alaa”, tapi dari sudut pandang lain. Dasar pemaknaan ini -wallohu a’lam-,
karena makna “Alaa” itu identik untuk menerangkan sesuatu yang datang dari
atas, maka ditentukanlah makna rizki dan nafkah dalam doa itu. Alloh berfirman:
“Dan di langit itu, terdapat rizki dan apa yang dijanjikan untuk kalian” (Surat
Adz-Dzariyat: 22).
Dan karena preposisi “Alaa” dipakai untuk menerangkan
datangnya sesuatu dari atas yang berupa rizki dan nafkah, berarti preposisi
“Laa” bermakna sebaliknya, yakni untuk menerangkan sesuatu yang dari sesama
manusia, dan karena momen doa ini adalah ketika baru mendapat nikmat istri yang
halal, maka ditentukanlah kata istri dalam memaknainya, wallohu a’lam.
Untuk terjemahan kelima, yang berbunyi:
“Semoga Alloh memberkahi dirimu (dalam pernikahan
ini), semoga Alloh juga memberikan berkah atas (anak dan keturunan)-mu, dan
semoga Alloh mengumpulkan kalian berdua dalam kebaikan”.
Kita bisa merujuknya ke Kitab Mirqotul Mafatih (8/377)
dan Faidhul Qodir (1/176). Ini juga penjabaran makna yang didasari oleh
perbedaan penggunaan preposisi “Laam” dan “Alaa”. Penjelasannya:
Karena keberkahan dari pernikahan itu bergantung dari masing-masing mempelai,
maka dipakailah preposisi “Laam” yang menunjukkan makna kepemilikan.
Sedang alasan ditentukannya preposisi “Alaa” untuk
makna “anak dan keturunan” adalah, karena tujuan utama pernikahan itu
“berputar” pada anak dan keturunan. Dalam bahasa arabnya dikatakan:
لأنّ
مَقْصُوْدَ النّكَاحِ يَدُوْرُ عَلَى الذَّراَرِي والنَّسَل
Lihatlah redaksi yang kami beri garis bawah. Kata
“yaduru” (berputar/berkutat) dalam bahasa arab, cocoknya diberi preposisi
“Alaa”, dan tidak cocok bila diberi preposisi “Laam”. Dengan demikian, doa ini
juga mengingatkan kita pada maksud utama kita menikah, yakni untuk mendapatkan
anak dan keturunan. Rosul -shollallohu alaihi wasallam- bersabda:
تَزَوَّجُوا
الْوَدُودَ الْوَلُودَ فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمْ الْأُمَمَ
“Nikahilah wanita yang penyayang dan (berpotensi)
banyak anak, karena sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya jumlah kalian
di hadapan umat-umat lain!” (HR. Abu Dawud: 1754, dan yang lainnya).
Untuk terjemahan keenam, yang berbunyi:
“Semoga Alloh memberikan berkah pada (hak)-mu (dari
pernikahan ini), semoga Alloh juga memberikan berkah atas (kewajiban)-mu (karena
pernikahan ini), dan semoga Alloh mengumpulkan kalian berdua dalam
kebaikan”.
Artian ini juga karena adanya perbedaan preposisi
”laam” dan “alaa”. Karena biasanya dalam bahasa arab, preposisi “laam”
itu digunakan untuk menyebutkan sesuatu yang menjadi hak dan kepunyaannya,
sedang preposisi “alaa” digunakan untuk menyebutkan sesuatu yang menjadi
kewajiban seseorang. Seperti dalam sabda Nabi -shollallohu alaihi
wasallam-:
يا معاذ هل
تدري حق الله على عباده، وما حق العباد على الله؟
قلت: الله
ورسوله أعلم
. قال: فإن حق الله على العباد أن يعبدوه ولا يشركوا به
شيئا، وحق العباد على الله أن لا يعذب من لا يشرك به شيئا
“Wahai Mu’adz! Tahukah kamu hak Alloh atas para
hamba-Nya, dan hak para hamba atas-Nya?!”. “Alloh dan Rosul-Nya lebih tahu hal
itu” jawabku. Rasul berkata, “Hak Alloh atas para hamba-Nya adalah mereka
menyembah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, sedang hak para
hamba atas-Nya adalah Dia tidak akan menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun”.
ِِAsal dari redaksi “حق العباد” (haqqul ‘ibad) adalah “حق للعباد” (haqqul lil ‘ibad)
(artinya: hak para hamba), sebagaimana dikatakan “بيتي” (baiti) asalnya
adalah “بيت لي” (baitul li) (artinya:
rumahku)… Akan lebih jelas, bila dijabarkan seperti ini:
ذكر في هذا
الحديث أربعة حقوق: حقان لله وللعبد, وحقان على الله وعلى العبد
Artinya: “Dalam hadits ini, disebutkan empat hak,
yaitu: 2 hak (hak bagi Alloh dan hak bagi hamba), dan 2 hak lainnya (hak atas Alloh
[jaminan dari Allah] dan hak atas hamba [kewajiban hamba]). Lihatlah bagamana
dua preposisi itu mempengaruhi makna. Begitu pula doa di atas, juga bisa
diartikan seperti arti ini, wallohu a’lam.
Kesimpulan:
Itulah penjabaran mengapa ada dua preposisi yang
berbeda (“Laam” dan “Alaa”) dalam doa ini. Melihat semua penjabaran makna di
atas, kita tidak melihat adanya maknya yang bertentangan, oleh karenanya semua
makna tersebut bisa dibenarkan.
Namun menurut pengamatan penulis, di sana ada makna
yang paling bagus dan bisa mencakup semua makna yang dijabarkan, yaitu makna
pertama, yang disebutkan oleh As-Sindi dalam kitab syarahnya untuk Sunan Ibnu
Majah. Mengapa demikian?!
Karena makna tersebut bisa dijabarkan seperti ini:
(perhatikan dengan teliti!)
“Semoga Allah memberikan berkah (yang bermanfaat)
untukmu”, baik berkah itu dalam urusan dunia maupun akhirat,
baik berkah itu disaat rumah tanggamu sedang harmonis atau tidak, baik berkah
itu pada rizki dan nafkah yang kau berikan kepada istri atau pada yang lainnya,
baik berkah itu dari istrimu atau dari yang lain, baik berkah itu dalam hakmu
atau kewajibanmu.
“Semoga Dia (juga) memberikan berkah (yang turun)
atasmu”, baik berkah itu dalam urusan dunia maupun akhirat,
baik berkah itu disaat rumah tanggamu sedang harmonis atau tidak, baik berkah
itu pada rizki dan nafkah yang kau berikan kepada istri atau pada yang lainnya,
dan baik berkah itu dari istrimu atau dari keturunanmu, atau dari yang lain,
baik berkah itu dalam hakmu atau kewajibanmu.
“Dan semoga Dia mengumpulkan kalian berdua dalam
kebaikan”
Lihatlah, betapa luas makna doa ini. Dan makna yang
luas tersebut bisa diwakili oleh redaksi yang sangat singkat. Inilah diantara
mukjizat kenabian beliau -shollallohu alaihi wasallam-, yang biasa
disebut dengan mukjizat “Jawami’ul Kalim” (Kata yang singkat, tapi
maknanya padat).
Sekian postingan artikel kali ini. Semoga bermanfaat
dan menambah khazanah ilmiyah kita. Kurang lebihnya mohon maaf.
Walhamdulillahi bini’matihi tatimmus sholihat, Wa
Subhanakallohumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illaa anta, astaghfiruka wa
atuubu ilaiik…
Wassalam…
Xxxxxxxxxx
Tulisan
tersebut adalah hasil editan saya dari sebuah artikel.
Artikel asli
dan lengkapnya bisa dilihat di alamat berikut:
Demikianlah,
pengunjung blog Media Muslim. Semoga bermanfaat.
(Maltusiro/1
Nov 2016)
No comments:
Post a Comment
Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...