Wednesday, 9 November 2016

Sang Presiden Telah Telah Memperlakukan Ulama Seperti Ayam




Kondisi akhir-akhir ini membuat saya teringat dengan penjelasan salah satu kiyai saya di masa kecil. Kiyai panutan saya itu, dahulu, menjelaskan adanya orang yang memperlakukan ulama layaknya ayam.

Ketika kami kebingungan mencerna penjelasan Pak Kiyai, beliau memberikan analogi yang sangat gamblang sehingga saya benar-benar memahami maksud Pak Kiyai dan masih ingat sampai sekarang, saat masa belajar di madrasah telah berlalu sekian puluh tahun.

Pak Kiyai pun menyampaikan pertanyaan kepada kami.


"Saat ibu kamu selametan sebelum kelahiranmu, apa yang dia sembelih sebagai berkat untuk para hadirin?"

"Ayam" jawab kami.

"Saat kalian lahir, ada selametan lagi, bapak dan ibumu menyembelih apa untuk dihidangkan?"

"Ayam" tutur kami, serentak.

"Ketika kalian sunat, ketika kakak-kakak kalian nikah, dan upacara sakral lain, apa yang disembelih sebagai salah satu hidangan selamatan?" 

"Ayam" ujar kami.

"Ketika keluargamu membuat rumah dan ada syukurannya, apa yang disembelih sebagai hidangan dalam acara makan dan berkat yang dibagikan kepada santri dan hadirin yang mendoakan?"

"Ayam" jawab kami, makin kencang.

"Tetapi," lanjut Pak Kiyai, "saat rumahmu sudah jadi, dan dipasangi keramik atau tidak, saat ada ayam masuk ke dalam rumah, apa yang dilakukan oleh keluargamu?"

"Usir"

*** 

Pak Kiyai kemudian menjelaskan, ulama, kiyai, atau ustadz hanya dibutuhkan saat ada keperluan. Membaca doa. Saat ada yang butuh bantuan. Saat terkena musibah. Dan lain sebagainya. Tetapi, ketika seseorang sudah kaya bahkan berada pada tahta yang tinggi, ulama, kiyai, ustadz, dan ajengan serta-merta dilupakan. Seperti tidak dibutuhkan bahkan diperlakukan dengan sangat tidak baik.

Pikiran saya benar-benar melayang dan mundur ke zaman itu, terutama beberapa hari terakhir. Teringat sesosok yang rajin datangi ulama, kiyai, ustadz, dan para habib saat pencalonan, tapi pergi dengan sengaja saat para ustadz, kiyai, dan para habib itu bertamu ke kediamannya. Bukan hanya dibiarkan di luar sampai malam sebelum diusir, sosok tersebut pun enggan menemui. Padahal perwakilan ulama, kiyai, ustadz, dan habib ingin bertemu dalam diskusi di rumahnya yang sudah pasti terjamin keamanannya.

Wallahu a'lam. [Om Pir/Tarbawia]

No comments:

Post a Comment

Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...