Perhatikan dan Simak Baik-baik, 6 Ancaman Nasional Menurut Panglima TNI Gatot Di ILC 8 November
POS-METRO.COM - Di acara yang dipandu oleh Karni Ilyas itu,
Panglima TNI berbicara tentang dampak peak oil theory (teori puncak minyak)
terhadap geopolitik dunia dan Indonesia.
Menipisnya produksi minyak, kata Gatot, membawa dampak
berantai, seperti perubahan gaya hidup dan model bisnis, krisis/depresi
ekonomi, hingga meningkatnya kejahatan dan konflik.
“Depresi ekonomi pasti sebanding dengan meningkatanya
kejahatan dan konflik. Dan bermuara pada persaingan global,” kata Gatot.
Di sisi lain, populasi dunia terus bertambah, yang di
tahun 2017 akan berjumlah
8 milyar orang. Normalnya, daya tampung bumi hanya 3-4 milyar orang.
8 milyar orang. Normalnya, daya tampung bumi hanya 3-4 milyar orang.
“Setiap hari ada 41.095 anak-anak di dunia meninggal
karena kemiskinan, kelaparan dan kesehatan buruk,” ungkapnya.
Di satu sisi, ketersediaan energi fosil, khususnya
minyak, makin menipis. Di sisi lain, kebutuhan konsumsi energi terus meningkat
40 persen akibat penambahan populasi dunia.
Tetapi saat ini, kata Gatot, terjadi pergeseran dari
energi fosil ke enegeri nabati. Bicara energi nabati, adanya di negara-negara
di dekat ekuator: Asia Tenggara, Afrika Tengah dan Amerika Latin.
“Di Asia tenggara, yang terbesar adalah di kepulauan
Indonesia. Indonesia kaya semuanya,” jelasnya.
Pada titik itulah, ungkap Gatot, Indonesia dengan
kekayaan alamnya akan menjadi rebutan. Dia kemudian mengutip Sukarno: “kekayaan
alam Indonesia suatu saat nanti akan membuat iri negara-negara di dunia.”
Dalam konteks itulah, Indonesia akan terus menjadi
incaran untuk dilemahkan dan direbut kekayaan alamnya.
Berikut 6 ancaman menurut Panglima TNI:
Pertama, pangkalan militer Amerika Serikat yang berada
di Darwin
Menurut Gatot, di Darwin ada 1250 sampai 2500 personil
marinir Amerika Serikat.
“Darwin jaraknya hanya 479 km dengan Serwaru. Di situ
ada Pulau Marsela dan Blok Masela. Boleh dong saya khawatir sebagai Panglima
TNI,” paparnya.
Kedua, masalah laut Tingkok selatan
Menurut Gatot, hampir semua kapal-kapal yang ditangkap
oleh Angkatan Laut (TNI AL), terutama tiga kejadian terakhir, dikawal oleh
Coast Guard (penjaga pantai) Tiongkok.
“Mereka mengklaim itu pantainya, padahal berada di
wilayah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia,” jelasnya.
Belakangan, ungkap Gatot, Filipina mengklaim Laut
Tiongkok Selatan melalui pengadilan intenasional. Dan tanggal 12 Juli lalu,
Pengadilan Arbitrase memenangkan klaim Filipina.
Tetapi Tiongkok menolak klaim itu. Presiden Tiongkok
Xi Jinping menegaskan bahwa kedaulatan wilayah dan hak maritim Tiongkok di di
latut tidak akan dipengaruhi oleh keputusan dengan cara apapun.
“Ini potensi konflik di sekitar kita,” tegas Gatot.
Ketiga, manuver Five Power Defence Arrangements (FPDA)
Tanggal 14-21 Oktober, FPDA menggelar latihan
besar-besaran dengan melibat 3000 personil, 71 pesawat tempur, 11 kapal tempur
dan kapal selam.
FPDA adalah hubungan pertahanan negara-negara
Persemakmuran Inggris, yang meliputi Inggris, Australia, Selandia Baru,
Malaysia dan Singapura. Kesepakatan yang dibuat tahun 1971 itu menegaskan bahwa
kelima negara akan saling bantu jika ada serangan dari luar terhadap Malaysia,
Singapura, Australia dan Selandia Baru.
Keempat, ancaman Narkoba
Menurut Gatot, sebanyak 2 persen atau 5 juta penduduk
Indonesia terkena narkoba. Setiap tahunnya ada 15.000 orang meninggal karena
obat terlarang itu.
“Dan itu fenomena gunung es. Pasti angkanya lebih
besar. Bosan kita mendengar laporan dari Kepolisian dan BNN menangkap sekian
kilo sabu tiap hari. Dan itu transaksinya di Malaysia,” ungkap Gatot.
Gatot menceritakan dampak narkoba pada sebuah bangsa
dengan merujuk pada perang candu antara Tiongkok dengan Inggris dan Perancis.
Dalam perang tersebut, Tiongkok kalah.
“Rakyat dan tentaranya kena candu, akhirnya kalah.
Harus menggadaikan Hongkon dan Taiwan,” jelasnya.
Kelima, ancaman terorisme
Gatot mengutip pernyataan Bahrum Naim, teroris yang dituding
mendalangi serangan Sarinah awal Januari lalu: “apabila di Suriah sudah tidak
aman, maka kembali ke daerah masing-masing melakukan khilafah. Dengan apapun
kamu melakukan.”
“Tidak lama kemudian, di Perancis menggunakan bus
menabrak. Pendeta ditusuk pisau,” ujarnya.
Masalahnya, kata Gatot, UU terorisme di Indonesia
lemah dalam menangkap terorisme. Berbuat dulu baru ditangkap.
“Indonesia tempat paling enjoy bagi terorisme, kita
tinggal tunggu saja,” tandasnya.
Namun, menurut Gatot, terorisme juga terkait dengan
perebutan ladang energi. Dia merujuk pada kasus Irak, Libya dan Suriah.
“Hanya permasalahan di dalam negeri, baru dicap
teroris, kemudian pasukan koalisi masuk, lalu bagi-bagi. Karena punya energi,”
paparnya.
Keenam, persaingan ekonomi
Gatot merujuk pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
pesat, PDB Indonesia yang urutan ke-8 dunia, kepercayaan konsumen yang tinggi,
dan dampak dari program amnesti pajak.
Dan sebagai kekuatan ekonomi besar, Indonesia
berpotensi untuk digoyang. (bk)
Diambil dari:
No comments:
Post a Comment
Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...