Wednesday, 30 November 2016

Ada Apa di Balik Pemahaman Bid’ah Wahabi?

Wahabi begitu kukuh mempertahankan pendapat mereka tentang tidak adanya bid'ah hasanah. Padahal pemahaman bid'ah seperti itu jelas-jelas berbeda dengan pendapat para ulama terdahulu. Padahal dalil-dalil para ulama terdahulu sudah cukup jelas dan sahih di dalam membenarkan adanya bid'ah hasanah. Saya jadi bertanya-tanya, ada apa sesungguhnya di balik pemahaman bid'ah mereka itu?

Saya curiga, jangan-jangan di balik pemahaman bid’ah kelompok Wahabi itu sesungguhnya ada tangan-tangan musuh Islam yang bermain (mengingat sejarah berdirinya gerakan Wahabi ini memang diwarnai oleh konspirasi penjajahan). Pemahaman bid’ah yang dipelihara dan dihembuskan dengan gencar untuk dapat dengan mudah melemahkan semangat juang kaum muslimin. Untuk dapat membuat kaum muslimin mati kutu dalam inovasi-inovasi dakwah dan perjuangannya, sehingga dapat dengan mudah dikalahkan tanpa perlu
perjuangan. Cukup lontarkan saja tuduhan bid’ah, maka semangat kaum muslimin pun menjadi lemah.

Karena mereka tahu, belajar dari sejarah, perjuangan Salahuddin Al-Ayyubi, salah satu faktor kemenangannya adalah karena adanya momen peringatan maulid Nabi saw. Maulid Nabi bisa diadakan karena dipandang sebagai bid’ah hasanah oleh kaum muslimin. Di sinilah mereka (musuh-musuh Islam) memandang bahwa pengakuan adanya bid’ah hasanah dari para ulama adalah hal yang berbahaya bagi pergerakan mereka. Karena itulah mereka berusaha mengacaukannya dengan mengusung pemahaman bid’ah yang baru, yang dihembuskan oleh ulama-ulama akhir zaman bahwa bid’ah hasanah itu tidak ada, maulid Nabi itu sesat, demo itu sesat, dan lain sebagainya. Mereka lemahkan semangat perjuangan dan semangat beramal kaum muslimin lewat mulut-mulut para ustad kaum muslimin itu sendiri. Tidakkah hal ini patut direnungkan?

Biasanya para ustad Wahabi akan menolak kecurigaan ini dengan enteng saja mengatakan: “Ah, itu fitnah. Itu tuduhan. Lagu lama. Sudah biasa”.

Open your mind, wahai para ustadz. Karena kami merasakan kejanggalan dalam pemahaman bid’ah Anda itu, kenapa harus berbeda dengan para ulama terdahulu? Apakah para ulama terdahulu adalah orang-orang bodoh, dan Anda lah orang yang alim di dunia ini? Apakah para ulama terdahulu tidak tahu dengan hadits “kullu bid’atin dolalah” yang Anda usung-usung itu? Ataukah para ulama terdahulu adalah orang-orang yang fasiq, suka berdusta, suka menyelewengkan ajaran agama sehingga pemahaman mereka tentang bid’ah adalah pemahaman yang telah diselewengkan? Jika Anda menjawab tidak, lalu kenapa Anda harus berbeda dan mati-matian mempertahankan pemahaman bid’ah Anda yang keliru itu? [Buya Amin/Media Muslim].

No comments:

Post a Comment

Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...