Wahabi begitu kukuh mempertahankan pendapat mereka tentang tidak adanya bid'ah hasanah. Padahal pemahaman bid'ah seperti itu jelas-jelas berbeda dengan pendapat para ulama terdahulu. Padahal dalil-dalil para ulama terdahulu sudah cukup jelas dan sahih di dalam membenarkan adanya bid'ah hasanah. Saya jadi bertanya-tanya, ada apa sesungguhnya di balik pemahaman bid'ah mereka itu?
Saya curiga,
jangan-jangan di balik pemahaman bid’ah kelompok Wahabi itu sesungguhnya ada
tangan-tangan musuh Islam yang bermain (mengingat sejarah berdirinya gerakan
Wahabi ini memang diwarnai oleh konspirasi penjajahan). Pemahaman bid’ah yang
dipelihara dan dihembuskan dengan gencar untuk dapat dengan mudah melemahkan
semangat juang kaum muslimin. Untuk dapat membuat kaum muslimin mati kutu dalam
inovasi-inovasi dakwah dan perjuangannya, sehingga dapat dengan mudah
dikalahkan tanpa perlu
perjuangan. Cukup lontarkan saja tuduhan bid’ah, maka semangat kaum muslimin pun menjadi lemah.
perjuangan. Cukup lontarkan saja tuduhan bid’ah, maka semangat kaum muslimin pun menjadi lemah.
Karena
mereka tahu, belajar dari sejarah, perjuangan Salahuddin Al-Ayyubi, salah satu
faktor kemenangannya adalah karena adanya momen peringatan maulid Nabi saw.
Maulid Nabi bisa diadakan karena dipandang sebagai bid’ah hasanah oleh kaum
muslimin. Di sinilah mereka (musuh-musuh Islam) memandang bahwa pengakuan
adanya bid’ah hasanah dari para ulama adalah hal yang berbahaya bagi pergerakan
mereka. Karena itulah mereka berusaha mengacaukannya dengan mengusung pemahaman
bid’ah yang baru, yang dihembuskan oleh ulama-ulama akhir zaman bahwa bid’ah
hasanah itu tidak ada, maulid Nabi itu sesat, demo itu sesat, dan lain
sebagainya. Mereka lemahkan semangat perjuangan dan semangat beramal kaum muslimin
lewat mulut-mulut para ustad kaum muslimin itu sendiri. Tidakkah hal ini patut
direnungkan?
Biasanya
para ustad Wahabi akan menolak kecurigaan ini dengan enteng saja mengatakan:
“Ah, itu fitnah. Itu tuduhan. Lagu lama. Sudah biasa”.
Open your
mind, wahai para
ustadz. Karena kami merasakan kejanggalan dalam pemahaman bid’ah Anda itu,
kenapa harus berbeda dengan para ulama terdahulu? Apakah para ulama terdahulu
adalah orang-orang bodoh, dan Anda lah orang yang alim di dunia ini? Apakah
para ulama terdahulu tidak tahu dengan hadits “kullu bid’atin dolalah” yang
Anda usung-usung itu? Ataukah para ulama terdahulu adalah orang-orang yang
fasiq, suka berdusta, suka menyelewengkan ajaran agama sehingga pemahaman
mereka tentang bid’ah adalah pemahaman yang telah diselewengkan? Jika Anda
menjawab tidak, lalu kenapa Anda harus berbeda dan mati-matian mempertahankan
pemahaman bid’ah Anda yang keliru itu? [Buya Amin/Media Muslim].
No comments:
Post a Comment
Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...