Pemalsuan Kitab-Kitab Ulama Klasik
Oleh Tangan-Tangan Salafy Wahabi
Adagium yang
mengatakan bahwa, buku adalah pengikat ilmu, tidak ada yang mengingkarinya.
Lebih dari itu, buku merupakan salah satu media utama dalam mencari kebenaran.
Telah berabad-abad lamanya, para ulama terdahulu mewarisi ilmu mereka kepada
generasi setelahnya melalui buku yang mereka tulis. Buku menjadi sangat
berharga dan penting. la menjadi sandaran utama umat
dalam mencari kebenaran dan petunjuk Tuhan. Lalu, apa jadinya
jika buku-buku para ulama yang mewarisi ilmu dan petunjuk itu dikotori,
diselewengkan, bahkan dipalsukan? Ke mana lagi umat ini hendak mencari
kebenaran?
Barangkali
Anda terperanjat, kasus-kasus penyelewengan Salafi Wahabi dalam
hal amanah ilmiah ini sangat banyak dan beragam, seperti: pemusnahan dan pembakaran buku; sengaja meringkas, mentahkik, dan mentakhrij
kitab-kitab hadis yang jumlah halamannya besar untuk menyembunyi-kan hadis-hadis yang tidak mereka sukai; menghilangkan hadis-hadis tertentu yang tidak sesuai dengan faham
mereka; memotong-motong dan
mencuplik pendapat ulama untuk kemudian diselewengkan maksud dan
tujuannya; mengarang-ngarang hadis dan pendapat ulama; memerintahkan ulama mereka untuk menulis suatu
buku, lalu
mengatasnamakan buku itu dengan nama orang lain; tindakan intimidasi dan
provokasi; membeli manuskrip; menyogok penerbit; sampai kepada pencurian
buku-buku induk dan manuskrip untuk dihilangkan sebagian isinya, atau
dimusnahkan semuanya.
Sering terjadinya
kasus-kasus penyelewengan seperti ini dibenarkan oleh ulama-ulama kawakan di
Timur Tengah, semisal: Mufti Mesir, Syaikh Prof. Dr. Ali Jum’ah; tokoh
ulama Syria, al-Muhaddits asy-Syaikh Abdullah al-Harari al-Habasyi; tokoh ulama
Maroko, al-Muhaddits as-Sayyid Ahmad al-Ghimari; tokoh ulama Syria, Prof. Dr.
Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi; tokoh ulama tasawuf di Makah, al-Muhaddits
asy-Syaikh Muhammad ibnu Alawi al-Maliki, dan ulama-ulama lainnya.
Diambil dan diedit seperlunya dari:
Diakses pada 22 Nov 2016. Untuk selengkapnya, lihat pada situs
link tersebut.
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
“Tradisi tahrif (pengubahan) ala Wahhabi terhadap kitab-kitab
Ahlussunnah Wal-Jama’ah yang mereka warisi dari pendahulunya, kaum Mujassimah
itu, juga berlangsung hingga dewasa ini dalam skala yang cukup signifikan.
Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 300 kitab yang isinya telah mengalami
tahrif dari tangan-tangan jahil orang-orang Wahabi. Di antaranya adalah:
Kitab al-Ibanah ‘an Ushul al-Diyanah karya
al-Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari. Kitab al-Ibanah yang diterbitkan di
Saudi Arabia, Beirut dan India disepakati telah mengalami tahrif dari kaum
Wahhabi. Hal ini bisa dilihat dengan membandingkan isi kitab al-Ibanah
tersebut dengan al-Ibanah edisi terbitan Mesir yang di-tahqiq oleh
Fauqiyah Husain Nashr.
Tafsir Ruh al-Ma’ani karya al-Imam Mahmud
al-Alusi juga mengalami nasib yang sama dengan al-Ibanah. Kitab tafsir
setebal tiga puluh dua jilid ini telah di-tahrif oleh putra pengarangnya,
Syaikh Nu’man al-Alusi yang terpengaruh ajaran Wahabi. Menurut Syaikh Muhammad
Nuri al-Daitsuri, seandainya tafsir Ruh al-Ma’ani ini tidak mengalami
tahrif, tentu akan menjadi tafsir terbaik di zaman ini.
Tafsir al-Kasysyaf, karya al-Imam
al-Zamakhsyari juga mengalami nasib yang sama. Dalam edisi terbitan Maktabah
al-Ubaikan, Riyadh, Wahabi melakukan banyak tahrif terhadap kitab tersebut,
antara lain ayat 22 dan 23 Surat al-Qiyamah, yang di-tahrif dan disesuaikan
dengan ideologi Wahabi. Sehingga tafsir ini bukan lagi Tafsir al-Zamakhsyari,
namun telah berubah menjadi tafsir Wahabi.
Hasyiyah al-Shawi ‘ala Tafsir al-Jalalain yang populer dengan Tafsir al-Shawi, mengalami
nasib serupa. Tafsir al-Shawi yang beredar dewasa ini baik edisi
terbitan Dar al-Fikr maupun Dar al-Kutub al-’Ilmiyah juga mengalami tahrif dari
tangan-tangan jahil Wahabi, yakni penafsiran al-Shawi terhadap surat al-Baqarah
ayat 230 dan surat Fathir ayat 7.
Kitab al-Mughni karya Ibn Qudamah al-Maqdisi
al-Hanbali, kitab fiqih terbaik dalam madzhab Hanbali, juga tidak lepas dari
tahrif mereka. Wahabi telah membuang bahasan tentang istighatsah dalam kitab
tersebut, karena tidak sejalan dengan ideologi mereka.
Kitab al-Adzkar al-Nawawiyyah karya al-Imam
al-Nawawi pernah mengalami nasib yang sama. Kitab al-Adzkar dalam edisi
terbitan Darul Huda, 1409 H, Riyadh, Saudi Arabia, yang di-tahqiq oleh Abdul
Qadir al-Arna’uth dan di bawah bimbingan Direktorat Kajian Ilmiah dan Fatwa Saudi
Arabia, telah di-tahrif sebagian judul babnya dan sebagian isinya dibuang. yaitu
Bab “Ziyarat Qabr Rasulillah SAW” diganti dengan Bab “Ziyarat Masjid Rasulillah
SAW” dan isinya yang berkaitan dengan kisah al-’Utbi ketika ber-tawasul dan
ber-istighatsah dengan Rasulullah saw juga dibuang.”
Diambil dan diedit seperlunya dari:
Diakses pada 19 Nov 2016. Untuk selengkapnya, lihat pada
situs link tersebut.
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Distorsi Kitab Oleh Wahabi
Oleh: KH. Idrus Ramli *)
Sejak abad dua belas Hijriah yang lalu, dunia Islam
dibuat heboh oleh lahirnya gerakan baru yang lahir di Najd. Gerakan ini
dirintis oleh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Najdi dan populer dengan gerakan
Wahabi. Dalam bahasa para ulama gerakan ini juga dikenal dengan nama fitnah
al-wahhabiyah, karena dimana ada orang-orang yang menjadi pengikut gerakan
ini, maka di situ akan terjadi fitnah. Di sini kita akan membicarakan fitnah
Wahabi terhadap kitab-kitab para ulama dahulu.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa aliran Wahabi
berupaya keras untuk menyebarkan ideologi mereka ke seluruh dunia dengan
menggunakan segala macam cara. Di antaranya dengan men-tahrif (mengubah)
kitab-kitab ulama terdahulu yang tidak menguntungkan bagi ajaran Wahhabi. Hal
ini mereka lakukan juga tidak lepas dari tradisi pendahulu mereka, kaum
Mujassimah yang memang lihai dalam men-tahrif kitab.
Pada masa dahulu ada seorang ulama Mujassimah, yaitu
Ibn Baththah al-’Ukbari, penulis kitab al-Ibanah, sebuah kitab hadits yang
menjadi salah satu rujukan utama akidah Wahabi. Menurut al-Hafizh al-Khathib
al-Baghdadi, Ibn Baththah pernah ketahuan menggosok nama pemilik dan perawi
salinan kitab Mu’jam al-Baghawi, dan diganti dengan namanya sendiri, sehingga
terkesan bahwa Ibn Baththah telah meriwayatkan kitab tersebut. Bahkan al-Hafizh
Ibn Asakir juga bercerita, bahwa ia pernah diperlihatkan oleh gurunya, Abu
al-Qasim al-Samarqandi, sebagian salinan Mu’jam al-Baghawi yang digosok oleh
Ibn Baththah dan diperbaiki dengan diganti namanya sendiri.
Belakangan Ibn Taimiyah al-Harrani, ideolog pertama
aliran Wahabi, seringkali memalsu pendapat para ulama dalam kitab-kitabnya.
Misalnya ia pernah menyatakan dalam kitabnya al-Furqan Bayna al-Haqq wa
al-Bathil, bahwa al-Imam Fakhruddin al-Razi ragu-ragu terhadap madzhab
al-Asy’ari di akhir hayatnya dan lebih condong ke madzhab Mujassimah, yang
diikuti Ibn Taimiyah. Ternyata setelah dilihat dalam kitab Ijtima’ al-Juyusy
al-Islamiyyah, karya Ibn al-Qayyim, murid Ibn Taimiyah, ia telah men-tahrif
pernyataan al-Razi dalam kitabnya Aqsam al-Ladzdzat.
Tradisi tahrif ala Wahhabi terhadap kitab-kitab
Ahlussunnah Wal-Jama’ah yang mereka warisi dari pendahulunya, kaum Mujassimah
itu, juga berlangsung hingga dewasa ini dalam skala yang cukup signifikan.
Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 300 kitab yang isinya telah mengalami
tahrif dari tangan-tangan jahil orang-orang Wahabi. Di antaranya adalah:
- Kitab al-Ibanah ‘an Ushul al-Diyanah karya al-Imam Abu al-Hasan al-Asy’ari. Kitab al-Ibanah yang diterbitkan di Saudi Arabia, Beirut dan India disepakati telah mengalami tahrif dari kaum Wahhabi. Hal ini bisa dilihat dengan membandingkan isi kitab al-Ibanah tersebut dengan al-Ibanah edisi terbitan Mesir yang di-tahqiq oleh Fauqiyah Husain Nashr.
- Tafsir Ruh al-Ma’ani karya al-Imam Mahmud al-Alusi juga mengalami nasib yang sama dengan al-Ibanah. Kitab tafsir setebal tiga puluh dua jilid ini telah di-tahrif oleh putra pengarangnya, Syaikh Nu’man al-Alusi yang terpengaruh ajaran Wahabi. Menurut Syaikh Muhammad Nuri al-Daitsuri, seandainya tafsir Ruh al-Ma’ani ini tidak mengalami tahrif, tentu akan menjadi tafsir terbaik di zaman ini.
- Tafsir al-Kasysyaf, karya al-Imam al-Zamakhsyari juga mengalami nasib yang sama. Dalam edisi terbitan Maktabah al-Ubaikan, Riyadh, Wahabi melakukan banyak tahrif terhadap kitab tersebut, antara lain ayat 22 dan 23 Surat al-Qiyamah, yang di-tahrif dan disesuaikan dengan ideologi Wahabi. Sehingga tafsir ini bukan lagi Tafsir al-Zamakhsyari, namun telah berubah menjadi tafsir Wahabi.
- Hasyiyah al-Shawi ‘ala Tafsir al-Jalalain yang populer dengan Tafsir al-Shawi, mengalami nasib serupa. Tafsir al-Shawi yang beredar dewasa ini baik edisi terbitan Dar al-Fikr maupun Dar al-Kutub al-’Ilmiyah juga mengalami tahrif dari tangan-tangan jahil Wahabi, yakni penafsiran al-Shawi terhadap surat al-Baqarah ayat 230 dan surat Fathir ayat 7.
- Kitab al-Mughni karya Ibn Qudamah al-Maqdisi al-Hanbali, kitab fiqih terbaik dalam madzhab Hanbali, juga tidak lepas dari tahrif mereka. Wahabi telah membuang bahasan tentang istighatsah dalam kitab tersebut, karena tidak sejalan dengan ideologi mereka.
- Kitab al-Adzkar al-Nawawiyyah karya al-Imam al-Nawawi pernah mengalami nasib yang sama. Kitab al-Adzkar dalam edisi terbitan Darul Huda, 1409 H, Riyadh Saudi Arabia, yang di-tahqiq oleh Abdul Qadir al-Arna’uth dan di bawah bimbingan Direktorat Kajian Ilmiah dan Fatwa Saudi Arabia, telah di-tahrif sebagian judul babnya dan sebagian isinya dibuang. Yaitu Bab Ziyarat Qabr Rasulillah SAW diganti dengan Bab Ziyarat Masjid Rasulillah SAW dan isinya yang berkaitan dengan kisah al-’Utbi ketika ber-tawasul dan ber-istighatsah dengan Rasulullah saw, juga dibuang.
Demikianlah beberapa kitab yang telah ditahrif oleh
orang-orang Wahabi. Tentu saja tulisan ini tidak mengupas berbagai cara tahrif
dan perusakan Wahhabi terhadap kitab-kitab Ahlussunnah Wal Jama’ah peninggalan
para ulama kita. Namun setidaknya, yang sedikit ini menjadi pelajaran bagi kita
agar selalu berhati-hati dalam membaca atau membeli kitab-kitab terbitan baru.
Wallahu a’lam.
*) Pengurus Ikatan Alumni Santri Sidogiri (IASS)
Jember.
Diambil penuh dan diedit seperlunya dari: http://jombang.nu.or.id/distorsi-kitab-oleh-wahabi/
Diakses pada 19 Nov 2016.
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Khianat Ilmiah: Wahabi – Salafy Menghilangkan
‘Amaliyah Tawasul, Dll Dalam Terjemah Fathul Bari
Posted: Juli 3, 2015
Ini (gambar di atas) adalah
terjemah dari Kitab Fathul-Bâry , penjelasan Shohih al-Bukhary.
Buku ini diterjemahkan menjadi 11 jilid dari 16 jilid atau 18 jilid versi
bahasa Arabnya. Buku ini diterjemahkan dengan mengikuti hasil editing Syaikh
Abdul Aziz bin Baz, Mufti Saudi Arabia terdahulu.
Dari
perbandingan jumlah jilid antara versi Indonesia dan Arab saja bisa diduga
bahwa cukup banyak bagian yang tidak diterjemahkan atau dihilangkan dari
terjemahan. Asumsinya adalah jika 1 jilid versi Arab bisa menghasilkan 2 jilid versi Indonesia, semestinya
terjemahan Fathul Bâry ini bisa mencapai 32 atau 34 jilid. Saya menduga
mungkin terjemahan ini tidak bisa diselesaikan seluruhnya.
Namun yang
menjadi pertanyaan kenapa terjemahan ini tidak menyertakan “al-Hadyu-s-Sâry”
yang merupakan pengantar dari Fathul Bary dan di dalamnya terdapat
informasi penting seputar penyusunan al-Jâmi’ al-Shahih karya Imam
al-Bukhâry.
Hal lain
yang perlu dicermati dari versi terjemahan ini adalah penghilangan
beberapa riwayat yang menjelaskan amaliyah Ahlussunnah wal jama’ah. Di jilid 4
buku ini kitab al-Istisqa, tidak ditemukan riwayat tentang tawassulnya Umar
kepada Abbas bin Abdul Muthallib radhiyallahu anhu. Padahal penerjemahan
riwayat itu penting untuk menjelaskan kepada umat bahwa amalan tawassul telah
ada contohnya pada masa sahabat Radhiyallahu anhum.
Sangat
disayangkan jika tidak ada yang menerbitkan terjemahan pembanding. Sehingga umat
bisa mengetahui siapa yang jujur atau tidak dalam menyampaikan informasi.
Janganlah politik menyedot energi terlalu banyak hingga umat terbengkalai.
Source: Ust. Abdi Kurnia J
Diambil penuh dan diedit seperlunya dari:
Diakses pada 2 Des 2016.
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Siapa pun
pelakunya, khianat ilmiah terhadap sebuah buku atau kitab adalah hal yang tidak
dapat dibenarkan. Ia adalah sebuah kejahatan yang tidak bisa dipandang kecil
atau diremehkan, karena dapat menyebabkan umat manusia menjadi salah dalam menerima
kebenaran. Yang salah bisa menjadi
dianggap benar, dan yang benar bisa menjadi dianggap salah. Ini adalah hal yang
amat fatal dan berbahaya, apalagi dalam hal yang menyangkut agama dan
keyakinan.
Kesalahan dalam beragama atau berkeyakinan akan dapat menyebabkan tindakan terorisme dan kebiadaban justru menjadi dianggap jihad dan kepahlawanan. Dan demikian pula sebaliknya, tindakan yang sesungguhnya adalah jihad dan perjuangan justru akan dianggap teror dan kejahatan. Dunia sudah amat tua dan sudah amat sering dalam membuktikan semua itu, kawan. Karena itu, berjuanglah. Mari kita selamatkan kitab-kitab para ulama terdahulu dari pemalsuan atau pengubahan. [Maltusiro/Media Muslim]
Kesalahan dalam beragama atau berkeyakinan akan dapat menyebabkan tindakan terorisme dan kebiadaban justru menjadi dianggap jihad dan kepahlawanan. Dan demikian pula sebaliknya, tindakan yang sesungguhnya adalah jihad dan perjuangan justru akan dianggap teror dan kejahatan. Dunia sudah amat tua dan sudah amat sering dalam membuktikan semua itu, kawan. Karena itu, berjuanglah. Mari kita selamatkan kitab-kitab para ulama terdahulu dari pemalsuan atau pengubahan. [Maltusiro/Media Muslim]
Sampai segitunya mau nipu Sunni
ReplyDeleteMMG TERLA'NAT KAUM SALAFI WAHABI. SYUKON KYAI SDH KASIH INFO PENTING BGT INI. TRS BGMN KL SY MAU BELI KITAB2 YG AMAN DR KEJAHILAN MRK. KITAB PENERBIT MN YG BS SY KOLEKSI. MOHN JWBNNYA. SYUKRO KYAI...SALAM TAKDIM KAMI
ReplyDelete