Seruan Untuk
Berhati-hati dan Waspada
(penting,
mohon di-share/bagikan)
Saudara-saudaraku
seiman, sebangsa, dan setanah air, terutama
para tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat
Izinkan saya sebagai seorang muslim menjalankan tugas saya untuk saling mengingatkan di antara kita (tawasou bil-haq wa tawasou bis-sobr).
Berkenaan
dengan kasus Ahok yang telah sama-sama kita ketahui, jutaan umat Islam telah
melakukan aksi demo pada 4 Nov 2016. Demo tersebut merupakan demo ke-2 dari
demo sebelumnya. Saya selama ini termasuk orang yang setuju dan mendukung aksi
demo-demo tersebut sesuai dengan kemampuan saya, karena menyampaikan aspirasi
dan menegakkan kebenaran adalah hak dan sekaligus kewajiban umat Islam. Sambil
mendukung, saya juga berupaya
mengingatkan melalui tulisan-tulisan saya agar jangan sampai aksi tersebut ternoda oleh para provokator dan agar jangan sampai jatuh korban nyawa atau korban luka-luka baik di kalangan peserta demo atau pun di kalangan aparat (kepolisian dan TNI).
mengingatkan melalui tulisan-tulisan saya agar jangan sampai aksi tersebut ternoda oleh para provokator dan agar jangan sampai jatuh korban nyawa atau korban luka-luka baik di kalangan peserta demo atau pun di kalangan aparat (kepolisian dan TNI).
Namun telah
sama-sama kita lihat kenyataan yang terjadi. Bagaimanapun kerasnya upaya kita
untuk menjadikan demo tersebut sebagai aksi damai, pihak-pihak yang tidak senang
terhadap perjuangan suci umat Islam akhirnya tetap berhasil mencederai aksi
tersebut. Saya menduga para oknum provokator itu sesungguhnya ada di kedua
belah pihak (ada di dalam peserta demo dan ada pula di dalam pihak aparat). Dan
sekian ratus orang kaum muslimin telah menjadi korban gas air mata, luka-luka,
bahkan sampai ada yang kehilangan nyawa.
Sementara
Ahok sendiri? Beredar kabar, dia malah asyik berselfie-selfie sambil menonton
aksi demo tersebut di televisi.
Memang,
dalam setiap perjuangan selalu ada resiko yang harus siap untuk ditanggung.
Saya meyakini bahwa para peserta demo kemarin itu pasti telah menyadari hal
tersebut dan telah mengikhlaskan dirinya kepada Allah swt sejak awal
keberangkatannya di rumah atau bahkan sejak mulai memasang rencana di hatinya
untuk mengikuti demo tersebut. Oleh karena itu, dengan penuh takzim dan
ketulusan, saya mendoakan agar semua para peserta demo tersebut diterima amal
ibadahnya oleh Allah swt dan diampuni segala dosa-dosanya, baik mereka yang
pulang dengan kondisi selamat, lebih-lebih lagi untuk mereka yang akhirnya harus
menjadi korban di dalam demo tersebut.
Untuk
selanjutnya, apakah perjuangan harus diteruskan? Tentu. Tidak pernah ada kata
berhenti untuk sebuah perjuangan yang benar.
Namun bukan
berarti pula kita lantas menjadi mudah saja untuk mengorbankan darah apalagi
nyawa kaum muslimin.
Darah,
apalagi nyawa kaum muslimin, adalah sesuatu yang harus amat dihormati dan dijaga
sehebat-hebatnya. Tidak boleh ditumpahkan darah seorang muslim walaupun setetes
kecuali karena ketidak-sengajaan atau karena sebuah kewajiban (seperti qisos
dll).
Oleh karena
itu, saya mengimbau dan mengingatkan (dengan penuh rasa hormat dan memuliakan) kepada
para Alim ulama, para Habaib, para Ustaz, dan para tokoh-tokoh Muslim lainnya,
marilah kita berfikir jernih dengan langkah perjuangan selanjutnya yang harus
diambil. Pikirkan masak-masak, apakah memobilisasi massa seperti yang
sudah-sudah masih tetap efektif untuk dilakukan atau justru hanya akan menambah
kerugian dan korban di pihak kaum muslimin, sementara si Ahok sendiri tetap
akan bebas berkeliaran ke sana kemari.
Tidakkah
lebih baik bagi kita untuk mengajak segala pihak yang terkait (pakar hukum,
pakar bahasa, pakar agama, pihak kepolisian, dan lain-lain) untuk duduk
bersama, berdiskusi (kalau perlu berdebat) secara serius dan benar untuk
menyamakan persepsi tentang status Ahok dalam hal penistaan agama ini. Akan
percuma saja bagi kita untuk terus berteriak menuntut proses hukum bagi Ahok
sementara pihak kepolisian atau pakar bahasa, misalnya, menilai bahwa pada
kalimat Ahok tidak ada penistaan agama. Inilah yang harus didudukkan dulu
kepada mereka. Mari kita ajak mereka diskusi dan berdebat (wajadilhum billati
hiya ahsan) dengan kepala dingin dalam satu ruangan, yang mana hasilnya nanti
harus benar-benar dihormati dan berkekuatan hukum untuk ditindak-lanjuti.
Kalau dalam
diskusi tersebut kita menang, alhamdulillah. Kita lanjutkan perjuangan tersebut
ke tahap selanjutnya sesuai dengan jalur-jalur yang semestinya. Tapi kalau
dalam diskusi tersebut nyatanya kita kalah, mari kita terima pula kekalahan itu
dengan lapang dada dan menyerahkan urusan kita kepada Allah swt.
Ingatlah,
bukankah yang Allah tuntut dari kita hanyalah “perjuangan”, bukan “hasil” dari
perjuangan?! Artinya, kalau kita telah
berupaya dengan sungguh-sungguh, dengan segala jalan dan cara yang benar yang
kita bisa, namun nyatanya toh Ahok tetap tak bisa untuk dijerat hukum atau
dipenjarakan sebagaimana yang kita mau, saya rasa sudah saatnya kita serahkan
benar-benar masalah itu kepada Allah swt. Biarlah Allah yang akan membuktikan
kebenaran atau hukuman itu dengan cara-Nya sendiri. Biasanya, kalau Dia sudah
berbuat dengan cara-Nya sendiri (karena memang kita tak punya lagi jalan yang
dapat diupayakan), hasilnya akan lebih dahsyat daripada yang dapat kita capai
dengan upaya kita.
Ingatlah,
bagaimana Allah telah membuat tentara bergajah terkapar bergelimpangan dengan
cara-Nya sendiri. Allah buat mereka “ka asfim ma’kul” (bagaikan daun-daun yang
dimakan ulat). Allah lempari mereka dengan batu-batu neraka yang dibawa oleh
burung-burung Ababil. Apakah hal seperti itu akan mustahil terjadi pada Ahok
dan kroni-kroninya jika mereka memang telah zalim terhadap Islam dan Muslimin?
Tidak, saudaraku. Hal seperti itu akan mungkin terjadi, baik dalam bentuk yang
sama atau dalam bentuk-bentuk yang lain nantinya. Allah Maha Kuasa untuk
memberlakukan hukuman-Nya dengan berbagai bentuk.
xxxxx--Apakah
Kita Harus Melakukan Revolusi?—xxxxx
Jika jalur
diskusi mentok, atau katakanlah misalnya kita telah berdiskusi dan kemudian
kita menang, namun hukum tetap tidak ditegakkan terhadap Ahok, apakah itu
berarti kita harus mengambil langkah revolusi dalam arti “perang fisik”?
Saudaraku
semua, renungkanlah baik-baik. Menurut hemat saya, dalam kasus Ahok ini, kita
masih berada dalam tataran HISBAH (“amar ma’ruf” dan “nahi munkar”). Kita MENYURUH
pemerintah untuk menegakkan hukum dan MENCEGAH orang dari melakukan pelecehan
agama.
Kalaupun
sudah dianggap masuk dalam tataran JIHAD, namun menurut hemat saya bukanlah
jihad dalam arti “perang fisik”, melainkan “perang dalil”, “perang hujjah”, “perang
opini”, “perang pemikiran”. Itulah yang benar menurut hemat saya sesuai dengan
sabda Nabi saw:
“Jihad yang
paling utama adalah mengatakan keadilan di hadapan penguasa yang menyeleweng.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Mencetuskan
gerakan revolusi dalam hal ini adalah tindakan yang gegabah, amat berbahaya,
dan tidak benar. Ia hanya akan merugikan umat Islam dan rakyat Indonesia secara
umum. Ia dapat membuat negara Indonesia berada dalam kehancuran. Ia akan
dimanfaatkan oleh orang-orang luar yang memang ingin merebut atau menguasai
Indonesia. Akan banyak rakyat jelata dan orang-orang yang tidak berdosa menjadi
korban. Dan itu berarti adalah sebuah kezaliman yang besar.
xxxxx--Janganlah
Mudah-Mudah Saja Menyerukan Peperangan –xxxxx
Ingatlah Rasulullah
saw telah bersabda:
“Sesungguhnya
akan diangkat untuk kalian beberapa penguasa, dan kalian akan mengetahui kemungkarannya.
Maka siapa saja yang benci, bebaslah ia. Siapa saja yang mengingkarinya, maka
selamatlah ia. Tetapi orang yang senang dan mengikuti, maka tersesatlah ia.”
Para sahabat
bertanya, “Apakah tidak sebaiknya kita memerangi mereka?” Beliau menjawab, “Jangan,
selama mereka masih mengerjakan salat bersamamu” (HR. Muslim)
Lihatlah,
bagaimana Rasulullah saw tidak mudah saja mengobarkan kalimat perang. Beliaulah
teladan kita dan beliaulah yang harus ditiru dalam hal ini.
Sesungguhnya
perang itu pada mulanya bisa saja terlihat manis dan menggairahkan. Tapi
sungguh, belajarlah dari pengalaman. Kalau sebuah peperangan telah terjadi,
maka efek dan deritanya bisa amat berkepanjangan.
Belajarlah
dari sejarah para sahabat Nabi saw atas terjadinya perang Jamal dan perang
Shiffin. Banyak kalimat penyesalan dari para sahabat yang terlontar sesudah
itu. Puluhan ribu kaum muslimin menjadi korban karena termakan oleh kelicikan
orang-orang munafik dan musuh-musuh Islam. Siti Aisyah menangis hingga
kerudungnya basah oleh air mata setiap kali ia teringat pada keberangkatannya
ke Perang Jamal.
xxxxx--Jangan
Terjebak Pada Perang Antar Agama atau Antar Etnis—xxxxx
Kasus Ahok
ini jangan sampai menjebak kita pada terjadinya perang antar agama atau antar
etnis di Indonesia.
Ingatlah
bahwa Islam tidak pernah mengajarkan kita untuk memerangi orang lain karena alasan
perbedaan agama atau etnis. Biarpun mereka berbeda agama atau etnis, tapi kalau
mereka mau hidup berdampingan dengan kita, mau menghormati dan tidak mengganggu
kita, maka kita disuruh pula untuk menghargai mereka. Tidak boleh mengganggu
dan menyakiti mereka.
Karena itu,
marilah kita bersama-sama menjaga kerukunan ini, baik di pihak muslim maupun di
pihak non muslim. Tahan mulut dan tulisan kita dari mencela-cela agama lain. Demikian
pula di pihak agama lain, jangan kalian mudah saja mencela apa-apa yang
dimuliakan oleh umat Islam (seperti Alquran, ka’bah, ibadah kurban, dan
lain-lain).
xxxxx--Tetap
Waspada dan Siapkan Segala Kekuatan dari Kemungkinan Rencana Jahat Para Musuh
Islam atau Orang-orang Zalim—xxxxx
Saya sungguh
berharap bahwa Indonesia akan tetap relatif stabil dan aman. Namun isu-isu yang
bertebaran, agaknya juga tak bisa dianggap remeh. Karena itu bersiap-siagalah
wahai umat Islam. Siapkan segala sesuatunya demi keamanan Anda dan keluarga
dari kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan dilakukan oleh orang-orang zalim.
Semoga Allah
selalu membimbing dan menjaga kita semua agar tetap berada dalam kebenaran dan
keselamatan, aamiin ya Robbal ‘alamiin.
Allohumma
solli wasallim wabarik ‘ala Sayyidina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sohbihi ajma’in.
Walhamdulillahi Robbil ‘alamin.
No comments:
Post a Comment
Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...