Monday 19 June 2017

Pura-pura Miskin Saat Acara Bukber Reuni SMA, Bos Minimarket Ini Tahu Mana Temannya yang Palsu



Sebuah kisah nyata tentang persahabatan datang dari seorang pengusaha yang sudah mempunyai banyak cabang minimarket yang bergerak di bidang penjualan aneka buah segar. Saat itu, ia ingin menghadiri acara bukber (buka puasa bersama) plus reuni SMA.

Rasa kangen ingin berkumpul sudah kuat, karena selama puluhan tahun ia tak pernah bertemu dengan teman-teman SMA-nya dulu. Ia tak sabar ingin segera datang dalam acara reuni tersebut. Ia pun melontarkan keinginannya kepada sang istri yang juga satu almameter dengannya.  


Di luar dugaan, ternyata sang istri malah mencegahnya. Sang istri sangat tidak setuju bila sang suami hadir ke acara itu karena ia punya pengalaman pahit pada moment reuni yang pernah diikutinya, yakni reuni tersebut menjadi ajang pamer kekayaan antara teman yang satu dengan yang lainnya.

Tapi pria ini tidak langsung percaya. Ia berpikir, kalaupun memang demikian yang terjadi pada istrinya, pasti tidak demikian dengan teman-teman lamanya.

Tibalah tanggal dan hari undangan reuni itu. Sang suami berangkat ke acara bukber dan reuni tersebut. Tapi, karena rasa penasarannya akan kebenaran ucapan sang istri, ia pergi tidak dengan membawa mobilnya. Meskipun mobil mewah banyak terpajang di garasi rumahnya, namun ia lebih memilih untuk naik motor butut milik pembantunya dan memakai kaos bolong-bolong yang sudah pudar warnanya.

Sesampainya di tempat acara, awalnya terasa tak ada yang berbeda. Waktu yang berjalan telah mempertemukan teman-teman SMA nya. Mereka saling mengingat masa lalu, tertawa, dan bercanda. Hingga akhirnya tibalah momen di mana mereka saling bercerita tentang kehidupan yang sekarang. Cerita tentang anak, istri, dan usaha yang digeluti saat ini.
Ada yang menjadi manager di sebuah perusahaan ternama. Ada yang menjadi kepala cabang di sebuah bank swasta. Ada yang sukses dengan bisnis warisan orang tua ataupun mertua,. dan lain sebagainya.

Mendengar apa-apa yang diceritakan oleh para temannya, pria ini bahagia bahwa para temannya itu sudah sukses. Tibalah gilirannya sekarang. Ia ditanyai bagaimana kerja dan usaha yang ia jalani.

Ia menjawab bahwa ia hanya mempunyai tempat di pinggir jalan yang ia gunakan untuk berjualan buah. Meski demikian, ia mengatakan bahwa hasilnya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup anak dan istrinya. Mendengar jawaban itu, ternyata teman-teman yang berada di sampingnya agak menggeser duduknya agar bisa menjauh dari dirinya.

Beberapa detik kemudian teman-temannya pun menimpali:

“Tenang prend, ini nanti kami semua yang bayar. Kamu nambah lagi lah, biar pernah makan enak…”  kata si A dengan nada pongah.

“Wah, hidupmu melarat banget, ya…!” ucap si B.

Tak sampai disitu, si C pun berkata, “Kasihan sekali kamu, kebetulan aku jadi marketing bank, nanti kalau mau hutang buat modal usaha ke aku aja ya. Sama temen sendiri prosesnya gampang. Tapi bunganya memang lebih tinggi dari bank negara ya, maklum bank swasta coy…”

Mendengar ucapan dan tingkah teman-temannya yang pongah itu, pria ini sedih meskipun bibirnya  terpaksa memperlihatkan sebuah  senyum tipis.
Teman-temannya yang dulu sudah berubah. Iapun ingat akan perkataan istrinya.

Pria ini tetap mengikuti acara demi acara yang telah disusun oleh panitia. Hingga kemudian, ia menghabiskan perbukaannya duluan. Kemudian ia pamit untuk melakukan shalat di masjid yang terdekat. Namun sebelum itu, ia ke kasir untuk membayar semua makanan dan minuman yang telah dipesan oleh seluruh teman-temannya.

Teman-temanya yang pergi ke kasir heran saat akan membayar tagihan. Kasir bilang, semua tagihan telah dilunasi pria berkaos kumuh tadi. Mereka pun kaget mendengarnya.

Pamitlah pria ini. Ia menolak untuk diajak karaoke.
“Terimakasih atas pertemuannya kawan-kawan. Aku pulang dulu. Mungkin lain kali saja kita bertemu lagi” ucapnya.

“Lho, kok malah kamu yang bayar semua tagihan? Jangan begitulah, kita semua kan teman. Bagi-bagilah” ucap teman-temannya saling bersahutan.

“Ah, nggak apa-apa, uangku masih cukup kok,” jawab pria itu sambil berpamitan.

Akhirnya pria ini pergi dengan hati yang pedih. Bukan karena telah mengeluarkan uang banyak untuk mentraktir teman-temannya. Tapi karena semua temannya itu telah berubah disebabkan harta yang sementara.

Dikutip dan diedit dari:
20 Juni 2017

No comments:

Post a Comment

Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...