Tuesday 27 June 2017

Demi Membantah Fitnah, Allah Pernah Membuat 3 Bayi Ini Berbicara



Bismillahi wal hamdulillah. Wash-sholatu was-salamu ‘ala Rasulillah. Wa ‘ala alihi wa sohbihi wa man walah. ‘Amma ba’du.

Berhati-hatilah Anda terhadap dosa memfitnah, wahai manusia. Janganlah sesekali Anda mencoba-coba memfitnah seorang pun, apalagi terhadap hamba-hamba Allah yang dekat kepada-Nya.Bukan ringan dosa yang Anda lakukan itu. Bukan kecil perkara memfitnah itu di sisi Allah.

Rasulullah saw bersabda:
“Tidak masuk surga orang yang suka memfitnah” (HR. Bukhari dan Muslim)


Kalau kita perhatikan Alquran dan hadits, Allah tidak menganggap remeh dosa memfitnah.Terlebih lagi jika fitnah tersebut dilontarkan kepada hamba-hamba-Nya yang saleh. Allah bahkan pernah membuat 3 (tiga) orang bayi bisa berbicara. Dan semua itu ternyata tidak lepas dari tujuan membantah fitnah yang sedang menimpa hamba-hamba-Nya yang saleh.

Kisah adanya 3 orang bayi yang bisa berbicara berikut ini, disarikan dari kisah yang ada di dalam Alquran dan hadits (hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim). Tiga orang bayi tersebut adalah: Nabi Isa as, seorang bayi di masa Juraij, dan seorang bayi yang sedang menyusu kepada ibunya.

Dunia kini mengetahui bahwa Nabi Isa as dilahirkan tanpa seorang ayah. Sebuah kelahiran yang sangat ajaib tentunya. Hal ini sebenarnya menunjukkan kehebatan dan kekuasaan Allah swt. Akan tetapi, apakah manusia pada zaman itu mau menerima begitu saja berita seperti ini? Sebagai makhluk yang berakal, tentu saja ada di antara manusia kala itu yang berpikir bahwa jangan-jangan Nabi Isa kecil tersebut sebenarnya adalah anak hasil perzinaan. Siti Maryam, sebagai ibu dari anak yang tidak berayah ini, amat menyadari kemungkinan tersebut. Dan memang benar, ternyata bukan tidak ada orang di zaman itu yang mencurigai bahwa Siti Maryam sebenarnya telah berzina dengan seseorang. Alquran menceritakan kecurigaan atau kemungkinan fitnah seperti itu di dalam ayat berikut:

“(27)… Wahai Maryam! Sungguh engkau telah membawa sesuatu yang sangat mungkar. (28) Wahai saudara perempuan Harun (Maryam)! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang perempuan pezina” (QS. Maryam/19: 27-28)

Sebagai wanita yang selama ini dikenal suci, tuduhan atau kecurigaan perzinaan terhadap dirinya ini tentu bukan suatu hal yang ringan ditanggung oleh jiwa Maryam. Siti Maryam cukup tertekan dan sedih menghadapi fenomena kelahiran anaknya ini. Bahkan setelah melahirkan anaknya itu, ia sempat berangan-angan andaikan ia telah mati saja sebelumnya:

“ … dia (Maryam) berkata, ‘Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan” (QS. Maryam/19: 23)

Tapi Allah memberi petunjuk dan jalan keluar kepada Maryam. Melalui malaikat Jibril, Allah menunjukkan agar Maryam tidak usah berbicara apa pun kepada manusia. Kalau ada yang bertanya perihal anaknya, cukuplah dia arahkan saja jari telunjuknya kepada anaknya tersebut:

(26) Maka makan, minum, dan bersenang hatilah engkau. Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan berbicara kepada siapa pun pada hari ini” (QS. Maryam/19: 26)

(29) Maka dia (Maryam) menunjuk kepada (anak)nya. Mereka berkata, “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” (QS. Maryam/19: 29)

Mereka tentunya wajar menganggap bahwa tidak mungkin seorang bayi yang masih dalam ayunan dapat berbicara, sebab demikianlah yang lazimnya terjadi dalam kehidupan manusia selama ini. Tetapi jika Allah sudah berkehendak, tak ada yang mustahil di alam ini. Bayi yang biasanya tidak bisa berbicara, sekarang Allah izinkan berbicara. Allah lah yang telah membuat kelaziman-kelaziman di alam ini, dan Dia pulalah tentunya yang sanggup mengubah kelaziman tersebut untuk seorang hamba atau makhluk yang dikehendaki-Nya. Maka, dengan izin Allah, berbicaralah Nabi Isa yang masih bayi itu kepada manusia:

(30) Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi” (QS. Maryam/19: 30)

Dengan bisa berbicaranya Nabi Isa yang masih bayi itu, sadarlah manusia bahwa sesungguhnya yang sedang mereka hadapi adalah kekuasaan Allah. Siti Maryam sebenarnya adalah wanita yang tetap suci dan memelihara kehormatannya alias bukan seorang pezina.

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin. Allah telah menyelamatkan seorang hamba-Nya dari kecurigaan dan kemungkinan fitnah yang keji dengan cara yang dikehendaki-Nya.

Bayi ke-2 yang diizinkan Allah bisa berbicara adalah seorang bayi di zaman Juraij. Siapa itu Juraij?

Juraij adalah seorang lelaki ahli ibadah di zaman Bani Israil. Dia memiliki sebuah biara tempat peribadatan. Di biara itulah ia sering berdiam diri melakukan berbagai peribadatan kepada Allah menurut syariat yang ada di zaman itu.

Menurut syariat kala itu, seseorang boleh saja berbicara kepada manusia ketika salat kalau memang hal itu diperlukan (demikian menurut sebagian ulama). Berbeda dengan syariat kita (umat Islam) di zaman sekarang. Syariat kita sekarang, tidak membolehkan seseorang berbicara kepada manusia ketika sedang salat kecuali bagi makmum yang sedang mengingatkan imam yang terlupa. Itu pun hanya boleh dilakukan dengan mengucapkan “subhanallah” saja bagi jama’ah yang lelaki, dan dengan bertepuk-tangan bagi jama’ah yang perempuan.

Nah, Juraij ini -–entah karena kekurangan ilmunya atau bagaimana—pernah beberapa kali tidak menjawab panggilan ibunya ketika salat. Hal itu membuat ibunya kesal dan berdoa: “Ya Allah, janganlah engkau mematikan Juraij sebelum ia mempunyai masalah dengan pelacur”.

Astaghfirullohal ‘azim! Sebuah pelajaran bagi kita, para orangtua, agar jangan sembarangan mendoakan anak, apalagi mendoakan keburukan baginya. Sebab Allah telah berjanji akan mengabulkan doa orangtua untuk anaknya jika doa tersebut adalah doa keburukan atau kutukan (demikian menurut sebuah hadits).

Maka meskipun Juraij ini seorang ahli ibadah, hukum dan ketentuan Allah tetap berlaku kepadanya. Berkat doa sang ibu, suatu saat Juraij benar-benar terkena fitnah seorang pelacur.

Pelacur tersebut sangat cantik. Dia memikat hati para lelaki. Namun hati sang pelacur ini tidak puas kalau ia belum bisa memikat Juraij. Suatu saat pelacur tersebut berkata: “Kalau kalian menghendaki, wahai Bani Israil, aku akan menggoda Juraij”. Namun ternyata Juraij tak pernah tergoda sedikit pun walaupun pelacur itu seringkali mencobanya.

Akhirnya, suatu saat pelacur ini mengajak seorang pengembala ke biara Juraij. Keduanya melakukan perzinaan di sana dan ternyata hal itu mengakibatkan pelacur tersebut hamil.

Setelah melahirkan anaknya, pelacur itu kemudian melakukan fitnah kepada Juraij. Ia mengatakan kepada masyarakat bahwa anaknya itu adalah hasil perzinaannya dengan Juraij.

Mendengar itu, masyarakat Bani Israil marah kepada Juraij. Mereka memukuli Juraij dan merobohkan biaranya. Juraij bertanya, “Kenapa kalian melakukan semua ini kepadaku?” Mereka menjawab, “Engkau telah berzina dengan pelacur ini hingga ia melahirkan seorang bayi”.

Juraij bertanya, “Di mana bayi itu?” Orang Bani Israil kemudian membawakan bayi itu kepadanya. Juraij berkata, “Tunggu sebentar, aku akan mengerjakan salat dulu”.

Selesai salat, Juraij datang kembali kepada bayi tersebut. Ia memijit perut bayi itu dan bertanya, “Hai bayi, akuilah, siapakah bapakmu?”. Bayi itu menjawab, “Bapakku adalah seorang pengembala”.

Mendengar bayi itu bisa berbicara dan menjawab pertanyaan Juraij, kaum Bani Israil menjadi sadar bahwa mereka telah bersalah kepada Juraij. Mereka menciumi Juraij dan meminta maaf kepadanya. Mereka berjanji akan membangun kembali biara Juraij, bahkan dijanjikan bahwa biara tersebut akan terbuat dari emas. Tetapi Juraij menolak hal itu. Ia meminta agar biara tersebut dibangun kembali dari tanah saja sebagaimana semula. Mereka menyetujui permintaan Juraij dan membangun kembali biara tersebut. Alhamdulillah. Allah telah mengizinkan kembali seorang bayi berbicara demi membantah fitnah yang sedang menimpa seorang hamba-Nya.

Bayi yang ke-3 adalah bayi yang sedang menyusu kepada ibunya. Dikisahkan bahwa ketika sedang menyusu tersebut, tiba-tiba lewatlah seorang lelaki yang berkendaraan bagus dan berwajah tampan. Melihat itu, ibu sang bayi berdoa, “Ya Allah, jadikanlah anakku seperti lelaki ini”.

Tiba-tiba sang bayi langsung berhenti menyusu dan berpaling melihat lelaki itu. Selepas itu, sang bayi berdoa kepada Allah, “Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti lelaki tersebut”. Selesai berdoa, sang bayi kembali menyusu kepada ibunya.

Sang ibu tentu saja heran melihat bayinya bisa berbicara dan berdoa seperti itu. Namun ia diam saja dan kembali berjalan.

Tiba di suatu jalan, tiba-tiba sang ibu melihat seorang budak perempuan yang sedang dipukuli oleh orang banyak. Orang-orang itu memukuli sang budak sambil berkata, “Kamu telah berzina. Kamu telah mencuri”. Budak itu tak bisa mengelak dan hanya mampu berkata, “Hasbiyalloh wa ni’mal wakil”.

Melihat apa yang dialami oleh budak itu, ibu sang bayi berdoa, “Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anakku seperti budak perempuan itu”.

Keanehan kembali terjadi. Sang bayi tiba-tiba kembali menghentikan menyusunya dan melihat kepada budak itu. Selepas itu, ia juga kembali berdoa kepada Allah, namun dengan doa yang berbeda, “Ya Allah, jadikanlah aku seperti budak itu”.

Ibunya pun kembali heran dengan keanehan anaknya itu. Kini, ia mencoba berbicara kepada sang bayi. Ia bertanya kepada bayi tersebut, “Kenapa ketika ada seseorang yang sangat bagus dan aku berdoa agar Allah menjadikan engkau seperti orang itu, engkau malah berdoa sebaliknya? Dan kenapa pula ketika ada budak yang disiksa karena berzina dan mencuri sehingga aku berdoa agar Allah tidak menjadikan engkau sepertinya, engkau malah meminta agar dijadikan Allah seperti budak itu?”

Sang bayi, dengan izin Allah, kembali berbicara. Ia menjawab, “Sesungguhnya lelaki itu adalah orang yang sombong. Oleh karena itu aku berdoa kepada Allah agar tidak dijadikan seperti lelaki tersebut. Sedangkan budak yang disiksa itu, sebenarnya ia tidak berzina dan mencuri. Ia hanya terkena fitnah. Oleh karena itu aku berdoa kepada Allah agar dijadikan seperti budak tersebut”.

Itulah 3 (tiga) orang bayi yang pernah Allah izinkan berbicara kepada manusia. Padahal secara lazimnya, seorang bayi seperti itu semestinya belum mampu melakukan hal demikian. Semua terjadi dengan izin Allah. Dan semua terjadi ternyata berkaitan dengan fitnah yang sedang menimpa seorang hamba yang dekat kepada Allah.

Maka sekali lagi, berhati-hatilah dengan dosa memfitnah, wahai manusia. Allah bisa saja membantah fitnah yang Anda lontarkan itu dengan berbagai cara yang dikehendaki-Nya. Bahkan kalau perlu, Allah akan memberlakukan keajaiban demi membantah fitnah-fitnah keji yang dilontarkan seseorang kepada hamba-hamba-Nya yang saleh. Wallohu a’lam. Innahu ‘ala kulli syai-in qadir. Walhamdulillahi Robbil ‘alamin.

Special respect for:
Habib Muhammad Rizieq Shihab yang sedang mengalami ujian fitnah murahan dari sekelompok manusia kerdil dan durjana. Semoga Allah membantumu, wahai Habib, dan menistakan para musuhmu yang tidak juga mau sadar dan bertobat, aamiin YRA.

(Buya Amin/Media Muslim)

Keterangan:
1-Cerita ini mengalami improvisasi di dalam penguraiannya.Namun, insya Allah, dengan tanpa mengubah isi substansinya. Jika Anda ingin melihat redaksi asli dari cerita ini sesuai hadits Nabi saw, Anda dapat melihatnya di antaranya pada kitab Riyadush Sholihin, karya Imam An-Nawawi pada bab “Keutamaan Orang Islam Yang Lemah dan Fakir”.
2-Foto di atas hanya ilustrasi saja.

No comments:

Post a Comment

Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...