Tuesday 22 November 2016

Jangan Memandang Enteng Pendapat Ulama




Kalau seorang ulama besar yang bertaqwa, apalagi ulama besar yang masa hidupnya berada pada generasi salaf (seperti Imam Syafi’i dan lain-lain), telah mengeluarkan sebuah kesimpulan dalam suatu urusan agama, maka ketahuilah bahwa kesimpulan tersebut adalah kesimpulan yang tidak main-main. Kesimpulan tersebut adalah kesimpulan yang lahir dari penguasaan berbagai disiplin ilmu agama (ilmu-ilmu tentang Alquran seperti tafsir dll, tentang hadits [seperti tentang sanadnya, matannya,asbabul wurudnya dsb], tentang bahasa, sejarah, dan sebagainya). Kesimpulan tersebut lahir dari pemahaman mereka yang komprehensif tentang dinul Islam ini. Sehingga benar-benar tidak bisa diremehkan.  

Mereka mengerti secara mendalam makna apa yang terkandung dalam sebuah hadits yang kadangkala tak dapat diketahui oleh orang awam. Mereka mengerti
pula hubungan ayat yang satu dengan ayat yang lainnya. Hadits yang satu dengan hadits yang lainnya.

Seperti, contoh, tentang masalah bid’ah. Imam Syafi’i, Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, dan lain-lain telah mengeluarkan kesimpulan bahwa bid’ah itu terbagi dua: ada yang baik dan ada yang buruk. Bid’ah yang baik diperbolehkan, bahkan bisa berpahala. Bid’ah yang buruk, itulah bid’ah yang sesat atau dilarang.
Maka kita harus menyadari bahwa kesimpulan tersebut lahir dari pemahaman mereka yang mendalam dan komprehensif tentang urusan agama. Mereka mengerti hubungan hadits yang menyatakan “semua bid’ah itu sesat” dengan hadits-hadits lainnya yang membolehkan bid’ah yang baik. Dan kesimpulan seperti itu juga lahir dari jiwa mereka yang bertaqwa (karena sejarah hidup mereka terkenal dengan ketaqwaannya).

Kalau kita sudah dapat memahami seperti itu, maka masih pantaskah kita meragukan apalagi berburuk sangka dengan kesimpulan mereka?
Khusus tentang masalah bid’ah, masih pantaskah kita ragu apalagi menolak tentang dibolehkannya bid’ah hasanah (bid’ah yang baik)? Apalagi kalau kita sudah mengerti pula betapa kuatnya dalil-dalil atau dasar-dasar hujjah/argumentasi mereka dalam hal ini. (Buya Amin)

No comments:

Post a Comment

Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...