Saturday 25 March 2017

Pemimpin Adalah Gambaran Rakyatnya



Kita mungkin sudah sering kesal dengan perilaku pemimpin yah. Bahkan saking kesalnya, sampai ada yang mengeluarkan kata-kata caci-maki, mengumpat, sumpah-serapah, dan kata-kata kotor lainnya.

Tapi yuk, mari kita merenung sebentar. Ada apa di balik fenomena pemimpin yang zalim ini? Kenapa Allah izinkan seorang pemimpin yang zalim menjadi penguasa pada suatu kaum? Ternyata jawabannya adalah karena kesalahan dan dosa-dosa dari kaum itu sendiri.


Pemimpin adalah gambaran dari rakyatnya.
Ini adalah ungkapan yang telah teruji kebenarannya, sesuai dengan firman-firman Allah di Al-Quran, dan memang telah Allah buktikan pada setiap masa dari generasi-generasi manusia.

Fir’aun adalah pemimpin yang zalim. Tapi tahukan Anda apa kata Allah tentang Fir’aun di Al-Quran? Perhatikan surat Az-Zukhruf ayat 54=

“Maka (Fir’aun) dengan perkataan itu telah mempengaruhi kaumnya, sehingga mereka patuh kepadanya. Sungguh, mereka adalah kaum yang fasik” (QS. Az-Zukhruf/43: 54)

Perhatikanlah. Ternyata Fir’aun naik menjadi pemimpin adalah di tengah-tengah kaum yang fasik. Pemimpin adalah gambaran dari rakyatnya.

Terbukti ketika Allah utus Nabi Musa kepada mereka, mereka banyak sekali membantah dan menyusahkan Nabi Musa. Disuruh ini, malah melakukan itu. Dikasi ini, malah meminta yang itu. Begitulah keadaan Bani Israil, rakyat di mana Allah izinkan Fir’aun naik untuk berkuasa memimpin dan menindas mereka.

Seorang lelaki menulis sepucuk surat kepada Muhammad bin Yûsuf. Ia mengadukan perihal kekejaman para pemimpinnya. Muhammad bin Yusuf membalas surat itu dengan mengatakan, “Suratmu telah saya terima, dimana kau menceritakan tentang keadaan kalian saat ini, padahal tidak sepantasnya pelaku maksiat mengingkari akibat perbuatannya. Menurut hemat saya, keadaan kalian seperti ini tidak lain karena disebabkan oleh dosa-dosa kalian, wassalam.’

Hajjaj bin Yusuf adalah seorang pemimpin yang terkenal zalim. Bahkan ia haus darah dan tidak segan-segan membunuh rakyatnya. Imam Hasan al-Bashri berkata: “Coba kalian hitung jumlah mayat yang dibunuh oleh al-Hajjaj secara zalim. Jumlahnya mencapai 120.000 mayat” (Kitab As-Siyar 4/434).

Tetapi jangan lupa. Ketika ada orang yang marah dan mengajak rakyat memberontak kepada Hajjaj, Hasan al-Bashri malah melarang dan berkata:
“Al-Hajjaj adalah hukuman dari Allah atas kalian yang belum pernah ada sebelumnya. Janganlah kalian merespon hukuman Allah ini dengan pedang! Namun sambutlah hukuman ini dengan bertaubat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya! Bertaubatlah kalian, niscaya kalian akan terpelihara darinya!” (kitab Thabaqat Ibnu Sa’ad 7/164).

Kenapa Imam Hasan al-Bashri bisa berkata seperti itu? Ini tidak lepas tentunya dari pemahaman beliau yang mendalam tentang maksud firman-firman Allah di Al-Quran. Salah-satunya adalah pemahaman tentang makna ayat:

“Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri ...” (QS. Asy-Syura/42: 30)

Tak dapat dipungkiri bahwa keberadaan pemimpin yang zalim adalah suatu bentuk musibah bagi rakyatnya. Banyak rakyat yang menderita karena pemimpin yang zalim. Tetapi jangan lupa, musibah itu terjadi adalah karena perbuatan tangan rakyatnya sendiri. Kenapa mereka mau memilih pemimpin yang zalim? Kenapa mereka tidak mau mendengarkan perkataan dan nasehat-nasehat dari para ulama dalam segala hal? Kenapa mereka berani menentang ayat-ayat Allah selama ini? Maka terimalah musibah sebagai hukuman Allah atas perbuatan-perbuatan mereka yang salah itu.

“Dan demikianlah kami jadikan sebagian orang-orang zalim itu “wali” bagi sesamanya karena apa yang telah mereka kerjakan” (QS. Al-An’am/6: 129)

Kata “wali” bisa berarti teman setia, pelindung, atau pemimpin.

Jadi, dengan adanya pemimpin yang zalim di tengah-tengah kita, maka hendaknya masing-masing kita mengkoreksi perbuatan-perbuatan kita selama ini. Sudahkah kita patuh kepada hukum-hukum Allah di dalam segala hal? Kezaliman atau dosa apakah yang selama ini telah kita buat? Mari kita temukan dan lalu memperbaikinya.

“Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada suatu kaum selama kaum itu belum mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’du/13: 11)

Artinya, pemimpin yang zalim akan tetap ada jika rakyatnya tidak mau mengubah perilaku zalim yang ada pada diri-diri mereka. Pemimpin adalah gambaran dari rakyatnya.

Jika mau pemimpin yang amanah, maka rakyat yang bersangkutan harus berusaha untuk selalu bersikap amanah. Jika mau pemimpin yang jujur, maka rakyat juga harus berusaha untuk selalu bersikap jujur. Jika mau mendapat pemimpin yang patuh kepada hukum-hukum Allah, maka rakyat juga harus berusaha untuk selalu patuh kepada hukum-hukum Allah di dalam segala hal. Di dalam urusan pribadi, urusan ekonomi,  urusan rumah-tangga. Di rumah, di tempat kerja, di pasar, dan lain sebagainya.

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar dan meyakini ayat-ayat Kami” (QS. As-Sajdah/32: 24)

Ya, itulah syaratnya untuk bisa mendapatkan pemimpin yang baik, yaitu: sabar dan meyakini ayat-ayat Kami (ayat-ayat Allah).

SABAR dalam berpegang teguh kepada hukum-hukum Allah. Sabar di dalam menegakkan kebenaran. Sabar di dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.

Ditambah lagi dengan YAKIN. Yakin terhadap kebenaran firman-firman Allah. Yakin terhadap janji-janji-Nya. Yakin terhadap segala ucapan Rasul-Nya saw.

Maka, jika dua hal itu terpenuhi (sabar dan yakin), akan naiklah kemudian pemimpin-pemimpin yang baik. Pemimpin-pemimpin yang amanah. Yang sayang terhadap rakyatnya. Berjuang dan berbuat untuk kepentingan rakyat. Untuk kesejahteraan rakyat. Insya Allah.

Tapi jika rakyatnya tak mau peduli dengan segala perbuatannya selama ini. Tak mau mengkoreksi dan memperbaiki diri. Tak peduli dengan aturan-aturan Allah. Halal atau haram tetap saja dihantam. Lalu mengharapkan naiknya pemimpin-pemimpin yang baik? Saya rasa Anda semua harus bersiap untuk kecewa. Harapan Anda mungkin hanya akan menjadi mimpi dan angan-angan belaka.

Karena itu, mari dipikirkan dan dilaksanakan benar-benar. Mari bangkit dan sadar demi keamanan dan kesejahteraan kita bersama. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin. (Buya Amin/Media Muslim)

No comments:

Post a Comment

Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...