Monday 4 December 2017

Siapa Sebenarnya Al-Asya'iroh atau Asy-'Ariyyah Itu?

Siapa Sebenarnya Al-Asya'iroh atau Asy-‘Ariyyah Itu?

Berikut ini petikan-petikan dari terjemah Kitab “Mafahim Yajib An Tushohhah” karya Al-Habib Dr. Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani rahimahulloh:

1
Banyak kaum muslimin tidak mengenal madzhab al-Asya’irah (kelompok ulama penganut madzhab Imam Asy’ari) dan tidak mengetahui siapakah mereka, dan metode mereka dalam bidang aqidah. Sebagian kalangan, tanpa apriori, malah menilai mereka sesat atau telah keluar dari Islam dan menyimpang dalam memahami sifat-sifat Allah swt. Ketidaktahuan terhadap madzhab al-Asya’irah ini adalah faktor retaknya kesatuan kelompok Ahlussunnah dan terpecah-pecahnya persatuan mereka, sehingga sebagian kalangan yang bodoh memasukkan al-Asya’irah dalam daftar kelompok sesat. Saya tidak habis pikir, mengapa kelompok yang beriman dan kelompok sesat disatukan? Dan mengapa Ahlussunnah dan kelompok ekstrim Mu’tazilah (Jahmiyyah) disamakan?

أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ
"Maka apakah patut Kami menjadikan orng-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)." (QS. Al-Qalam:35)
******


2
Al-Asya’irah adalah para imam simbol hidayah dari kalangan ulama muslimin yang ilmu mereka memenuhi bagian timur dan barat dunia dan semua orang sepakat atas keutamaan, keilmuan dan keagamaan mereka. Mereka adalah tokoh-tokoh besar ulama Ahlussunnah yang menentang kesewenang-wenangan Mu’tazilah.
 
Dalam versi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, al-Asya’irah digambarkan dalam kitab al-Fataawaa, volume 4 sebagai berikut: "Para ulama adalah pembela ilmu agama. Dan al-Asya’irah adalah pembela dasar-dasar agama (ushuluddin)." 

*****
3
Al-Asya’irah (penganut madzhab al-Asy’ari) terdiri dari kelompok para imam ahli hadits, ahli fiqih dan ahli tafsir seperti : 

1-Syaikhul Islam Ahmad ibn Hajar al-‘Asqalani, yang tidak disangsikan lagi sebagai gurunya para ahli hadits, penyusun kitab Fathu al-Bari ‘ala Syarhi al-Bukhaari. 
2-Syaikhu Ulamai Ahlissunnah, al-Imam an-Nawaawi, penyusun Syarh Shahih Muslim, dan penyusun banyak kitab populer. 
3-Syaikhul Mufassirin al-Imam al-Qurthubi penyusun tafsir al-Jami’ li Ahkami al-Qur’an. 
4-Syaikhul Islam Ibnu Hajar al-Haitami, penyusun kitab az-Zawajir ‘an Iqtiraf al-Kaba’ir. 
5-Syaikhul Fiqh, al-Hujjah (argumentasi) dan ats-Tsabat (tokoh ulama yang dipercaya) Zakariya al-Anshari. 
6-Al-Imam Abu Bakar al-Baaqilani
7-Al-Imam al-Qashthalani.
8-Al-Imam an-Nasafi
9-Al-Imam asy-Syarbini
10-Abu Hayyan an-Nahwi, penyusun tafsir al-Bahru al-Muhith. 
11-Al-Imam Ibnu Juza, penyusun at-Tafshil fi ‘Uluumi at-Tanzil. 
12-Dan sebagainya.

Seandainya kita menghitung jumlah ulama besar dari ahli hadits, tafsir dan fiqh dari kalangan al-Asya’irah, maka keadaan tidak akan memungkinkan dan kita membutuhkan beberapa jilid buku untuk merangkai nama para ulama besar yang ilmu mereka memenuhi wilayah timur dan barat bumi ini.

Adalah salah satu kewajiban kita untuk berterimakasih kepada orang-orang yang telah berjasa, dan mengakui keutamaan orang-orang yang berilmu dan memiliki kelebihan yakni para tokoh ulama, yang telah mengabdi kepada syari’at junjungan para rasul, Muhammad saw.
 
Kebaikan apa yang bisa kita peroleh jika kita menuding para ulama besar dan generasi salaf shalih telah menyimpang dan sesat? Bagaimana Allah swt. akan membukakan mata hati kita untuk mengambil manfaat dari ilmu mereka bila kita meyakini mereka telah menyimpang dan tersesat dari jalan Islam? 
******
4
Saya ingin bertanya, “Adakah dari para ulama sekarang dari kalangan doktor dan orang-orang jenius, yang telah mengabdi kepada hadits Nabi saw sebagaimana dua imam besar: Ibnu Hajar al-‘Asqalani dan al-Imam an-Nawawi? semoga Allah swt melimpahkan rahmat dan keridhoan kepada mereka berdua.”
 
Lalu mengapa kita menuduh sesat mereka berdua dan ulama al-Asya’irah yang lain, padahal kita membutuhkan ilmu-ilmu mereka? Mengapa kita mengambil ilmu dari mereka jika mereka memang sesat? Padahal al-Imam Ibnu Sirin rahimahullah pernah berkata: "Ilmu hadits ini adalah agama, maka perhatikan dari siapa kalian mengambil agama kalian."
********
5
Bila al-Imam an-Nawawi, al-‘Asqalani, al-Qurthubi, al-Fakhrurrazi, al-Haitami dan Zakariya al-Anshari dan ulama besar lain tidak dikategorikan sebagai Ahlussunnah wal Jama’ah, lalu siapakah mereka yang termasuk Ahlussunnah wal Jama’ah?

Sungguh, dengan tulus kami mengajak semua pendakwah dan mereka yang beraktivitas di medan dakwah Islam untuk takut kepada Allah swt dalam menilai umat Muhammad, khususnya menyangkut tokoh-tokoh besar ulama dan fuqaha’. Karena, umat Muhammad tetap dalam kondisi baik hingga tiba hari kiamat. Dan tidak ada kebaikan bagi kita jika tidak mengakui kedudukan dan keutamaan para ulama kita sendiri.
*********

Tambahan Dari Dokumen PISS-KTB

1
Siapakah Asy'ariyyah sesungguhnya? Asy'ariyyah adalah kelompok ulama-ulama Islam yang terdiri dari ahli hadits, ahli fiqh dan ahli tafsir seperti: 
1. Al-Hafizh Abu Hasan ad-Daraquthni 
2. Al-Hafizh Abu Nu'aim al-Ashbahani, penulis Hilyah al-Auliya' 
3. Al-Hafizh al-Hakim an-Nasaiburi, penulis al-Mustadrak 
4. Al-Hafizh Ibni Hibban 
5. Al-Hafizh al-Baihaqi 
6. Al-Khathib al-Baghdadi 
7. Al-Hafizh as-Sakhawi 
8. Syaikh al-Islam Ibnu Shalah
9. Syaikh Ibnu Daqiq al-Id 
10. Al-Hafizh Ibnu Abi Jamrah al-Andalusi 
11. Al-Hafizh al-Mundziri, penulis at-Targhib wa at-Tarhib 
12. Syah Waliyullah ad-Dihlawi, penulis kitab Hujjah Allah al-Balighah 
13. Al-Hafizh al-Munawi, penulis kitab Faidh al-Qadir 
14. Qadhi Iyadh, penulis asy-Syifa' bi Ta'rifi Huquq al-Mushthafa 
15. Syaikh Ibni Khaldun, penulis al-Muqaddimah 
16. Abu Ishaq al-Isfirayini
17. Imam Abu Bakar al-Baqillani
18. Sa'duddin at-Taftazani, penulis kitab Syarah al-Maqashid 
19. Sulthan al-Ulama, Izziddin bin Abdissalam 
20. Imam Ibnu Asakir
21. Imam as-Sirazi
22. Al-Hafizh al-Kirmani, penulis Syarah Shahih al-Bukhari 
23. Ibnu Hajar al-Asqalani (seorang ahli hadits yang tanpa disangsikan lagi bahwa pengarang kitab Fath al-Bari syarah Shahih al-Bukhari tersebut adalah bermadzhab Asy'ari dan kitabnya tersebut adalah kitab yang tidak bisa di tinggalkan ulama). 
24. Imam an-Nawawi (guru besar Ahlussunnah dan pengarang kitab Syarah Shahih Muslim). 
25. Imam al-Qurthubi (guru besar tafsir dan pengarang kitab tafsir al-Jami' li Ahkam al-Qur'an). 
26. Imam al-Hafizh al-Mufassir Ibnu Katsir 
27. Imam Mufassir Fakhruddin ar-Razi 
28. Imam al-Hafizh al-Baghawi, penulis kitab Syarah as-Sunnah 
29. Imam az-Zarkasyi
30. Imam Mufassir Abu Laits as-Samarqandi 
31. Imam Mufassir Ibnu Athiyyah al-Andalusi 
32. Imam Mufassir Abul Hasan an-Naisaburi 
33. Ibnu Hajar al-Haitami (pengarang kitab az-Zawajir dan lain-lain) 
34. Zakariyya al-Anshari (guru besar fiqh dan hadits) 
35. Abu Bakar al-Baqillani 
36. Al-Qusthalani (penulis Irsyad as-Sari Syarah Shaih al-Bukhari) 
37. An-Nasafi (ahli tafsi dan penulis tafsir an-Nasafi) 
38. Imam asy-Syirbini 
39. Abu Hayyan an-Nahwi 
40. Imam al-Juwaini 
41. Imam al-Haramain 
42. Imam al-Ghazali
43. Imam al-Qarafi, murid Izziddin bin Abdissalam 
44. Imam az-Zabidi, pengarang kitab Ittihaf as-Sadah al-Muttaqin 
45. Imam as-Sathibi (ulama' qira'at) 
46. Imam Dhiya'uddin al-Maqdisi
47. Imam Ibnu Hajib
48. Imam Ibnu Abidin
49. Imam al-Qari' Ibnu Jazri
50. Imam al-Hafizh Ahmad Ash-Shiddiq al-Ghumari 
51. Imam al-Bajuri, penulis kitab al-Bajuri Ibni Qasim 
52. Al-Habib al-Quthb Abdullah bin Alawi al-Haddad. 
53. Imam ar-Rafi'I asy-Syafi'i
54. Syaikh Yasin bin Isa al-Fadani al-Makki 
55. Syaikh Yusuf an-Nabhani
56. Syaikh Mutawalli asy-Sya'rawi (Mesir) 
57. Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, Mufti Mekkah 
58. Sayyid Abbas al-Maliki 
59. Sulthan Shalahuddin al-Ayyubi (Dinasti Abbasiyyah) 
60. Sulthan Muhammad al-Fatih
61. Dan lain-lain.
*********

2
Izzuddin bin Abdissalam mengatakan bahwa sesungguhnya akidah madzhab Asy'ari telah disepakati oleh seluruh ulama Syafi'iyyah, Malikiyyah, Hanafiyyah dan para petinggi ulama Hanabilah. Di antaranya adalah guru besar madzhab Malik yang hidup sezaman dengan Imam Asy'ari, yaitu Syaikh Abu Amr bin Hajib dan guru besar madzhab Hanafi, Jamaluddin al-Hushairi. Imam al-Khayali mengatakan dalam Hasyiyah Syarah al-Aqaid bahwa madzhab Asy'ariyyah adalah Ahlussunnah wa al-Jama'ah. ( Ittihaf as-Sadah juz 2 hlm. 7 ).
***********

3
Bahkan Ibnu Taimiyyah dalam al-Fatawi (IV/16) mengatakan tentang madzhab Asy'ariyyah: "Adapun para ulama yang melaknat Imam-Imam Asy'ariyyah, maka sesungguhnya mereka harus di ta'zir (di beri hukuman) dan laknat tersebut kembali kepada pelaknatnya. Siapa yang melaknat seseorang yang tidak berhak di laknat, maka laknat akan mengenai dirinya sendiri. Ulama adalah penolong ilmu-ilmu agama dan Asy'ariyyah adalah penolong dasar-dasar agama (ushul ad-din)".
 
Fatwa Ibnu Taimiyyah tersebut di sebutkan dan di tulis Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki dalam makalah dialognya, namun mendapat sanggahan dari Dr. Yusuf al-Ghanifaish (tercatat dalam makalah hal. 57), dikatakan bahwa, "Yang disebutkan oleh Dr. Muhammad al-Maliki, sebenarnya bukan perkataan Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah, akan tetapi perkataan Abu Muhammad al-Juwaini sebagaimana di sebutkan oleh Syaikh Ibnu Taimiyyah di dua halaman sebelumnya" Kemudian Sayyid Muhammad mengucapkan terima kasih dan memberikan tanggapan bahwa Syaikh Ibnu Taimiyyah sependapat dengan fatwa Abu Muhammad al-Juwaini . (Lihat al-Ghuluw hlm 60.)
**********

Catatan:

Adapun cerita yang menyebutkan bahwa Imam Haramain merujuk kembali pendapatnya tentang ilmu kalam sebagaimana ditulis oleh Khalid Abdurrahman dkk dan ulama-ulama lain (madzhab Wahhabi) seperti Jamaluddin al-Qasimi dalam catatan kitabnya, Dalail at-Tauhid, adalah palsu dan bohong. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu as-Subki dalam Thabaqat asy-Syafi'iyyah tentang biografi Imam Haramain. Dan begitu juga dengan Imam al-Ghazali. Keduanya adalah ulama besar yang terus konsisten dengan aqidah Asy-‘ariyyah hingga akhir hayatnya. Wallohu a’lam.

No comments:

Post a Comment

Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...