Kalau
hidup ini untuk bersaing, maka seharusnya setiap manusia itu diciptakan dalam level
keadaan dan kemampuan yang sama. Karena tidak logis dan tidak adil jika
persaingan dilakukan dengan para peserta yang level kemampuan dan keadaannya
tidak sama/seimbang.
Nyatanya,
setiap manusia dilahirkan dalam keadaan dan level kemampuan yang berbeda-beda.
Tingkat IQ-nya berbeda (mulai dari yang jenius sampai kepada yang idiot). Rupa-tampannya
berbeda (ada yang good looking alias tampan/cantik, dan ada pula yang bad
looking alias jelek atau biasa-biasa saja). Bakatnya tidak sama. Tingkat kekuatan
fisiknya tidak sama (bahkan ada yang terlahir dalam keadaan sakit dan tidak
sempurna anggota tubuhnya). Dilahirkan dalam keluarga dan orangtua yang kondisinya
berbeda (ada yang dilahirkan dalam keluarga yang berada dan ada pula yang
dilahirkan dalam keluarga yang sangat miskin). Dan lain sebagainya.
Persaingan
macam apa yang harus dilakukan dalam kondisi yang seperti itu?
Maka
sebuah masyarakat atau komunitas yang hidup dengan mengusung konsep yang
bersifat persaingan, dapat dijamin bahwa hidupnya tidak akan bahagia. Akan
timbul banyak kekacauan, kedengkian, dendam, perselisihan, bahkan peperangan
dan pembunuhan. Karena banyak orang yang akan merasakan ketidak-adilan di dalam
hari-hari yang dilaluinya.
Orang-orang
yang masih percaya dengan teori evolusi Darwin, misalnya, adalah orang-orang
yang akan hidup dengan konsep persaingan.
Lalu
bagaimana dengan konsep Islam? Apakah Islam mengusung konsep persaingan?
Tidak!
Islam tidak mengusung konsep hidup persaingan. Islam mengusung konsep hidup
saling berbagi dan melengkapi.
Tapi
bukankah dalam Islam ada perintah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan (seperti,
misalnya, terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 148: “fastabiqul khoirot”—artinya,
“berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan)?
Betul,
di dalam Islam ada perintah untuk berlomba-lomba di dalam hal kebaikan. Tetapi
jangan lupa, di dalam Islam juga ada perintah untuk saling tolong-menolong
di dalam kebaikan dan ketaqwaan itu sendiri (silakan buka surat al-Maidah ayat
2: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan
kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan”)
Artinya,
dari satu sisi, dapatlah dikatakan bahwa Islam itu mengusung konsep perlombaan
(itupun perlombaan dalam berbuat kebaikan, bukan perlombaan untuk mencapai
suatu posisi teratas di bidang duniawi seperti jabatan, kemewahan, dan lain
sebagainya), tetapi tidak dapat dikatakan bahwa Islam mengusung konsep
persaingan. Perlombaan itu tidak sama dengan persaingan.
Kalau
Anda tidak mengerti dengan maksud saya bahwa perlombaan itu tidak sama dengan
persaingan, maka marilah Anda saya bantu dengan memberikan contoh berikut ini:
Katakanlah
ada sebuah perlombaan lari-cepat. Ada sebuah titik finish yang dituju. Si A dan
si B ikut dalam perlombaan lari-cepat tersebut.
Keduanya
sama-sama berpacu untuk sampai di titik finish yang ditentukan. Tapi malang, di
tengah jalan arena lomba lari itu, si B terjatuh. Kakinya terkilir dan membuat
ia tak sanggup lagi untuk berlari. Bahkan jangankan berlari, berjalan biasa
saja pun ia merasa sudah tak sanggup karena sakit sekali rasanya kakinya itu
ketika dipijakkan.
Si
A melihat dan mengetahui hal itu karena ia memang berada persis di belakang si
B pada saat si B masih berlari tadi. Lalu apa yang harus dilakukan si A?
Jika
si A mengusung konsep persaingan, maka hati si A pada saat itu akan merasa
senang. Ia akan tidak peduli dengan penderitaan si B, bahkan justru akan
berlari secepatnya demi memenangkan perlombaan. Tapi jika si A mengusung konsep
perlombaan Islam, maka bukan hal itu yang akan ia lakukan. Ia akan berhenti dan
berusaha menolong si B. Kalau memang tidak ada orang lain yang terlihat dapat
atau mau menolong si B, ia justru akan bersedia untuk menggagalkan perlombaan
larinya itu demi mengantarkan si B pulang atau berada di tempat yang aman.
Itulah konsep perlombaan di dalam Islam, dan bukan konsep persaingan.
Itulah
yang dikehendaki oleh Allah swt kepada para hamba-Nya sehingga mereka sengaja
diciptakan berbeda-beda. Dengan orang-orang yang level dan kemampuannya relatif
sama, silakan Anda berlomba untuk mencapai suatu finish tertentu yang bernilai
kebaikan. Silakan Anda berlomba siapa yang paling cepat sampai di masjid untuk
melaksanakan salat berjama’ah. Silakan Anda berlomba siapa yang paling mahir di
dalam membaca al-Quran. Silakan berlomba siapa yang paling besar sumbangannya
untuk pembangunan pesantren dan lain-lain.
Tetapi
terhadap orang yang terlihat levelnya di bawah Anda. Lebih miskin dari Anda,
misalnya. Kurang cerdas dibanding Anda. Kesehatannya lebih rendah daripada
Anda, atau lain sebagainya, maka bantu dia. Berikan zakat Anda kepadanya.
Bersedekahlah kepadanya. Ajari dia agar memahami ilmu pula seperti Anda dan
lain sebagainya.
Ada
orang yang berlebih di bidang ilmu, maka bantulah orang-orang yang kekurangan
di bidang ilmu tersebut. Ada orang yang berlebih di bidang harta, maka bantulah
orang-orang yang berkekurangan di bidang harta. Ada orang yang tenaganya kuat
dan sehat, maka bantulah orang-orang yang lemah dan sakit.
Itulah
konsep hidup yang saling memberi dan saling berbagi. Saling mengisi dan saling
melengkapi. Dan di dalam hal-hal seperti itulah kita diperintahkan untuk saling
berlomba.
Berlombalah
siapa yang paling sanggup di dalam menolong sesamanya. Berlombalah siapa yang
paling sanggup menyejahterakan saudaranya. Berlombalah siapa yang paling sanggup
mencerdaskan kehidupan bangsa. Berlombalah siapa yang paling sanggup membuat
masyarakatnya bertaqwa. Berlombalah dalam hal saling berbagi dan melengkapi. Itulah
perlombaan yang dikehendaki oleh Islam. Itulah sebagian dari perlombaan dalam
kebaikan. Wallohu a’lam. Walhamdulillahi Robbil ‘alamin. (Buya Amin/Media
Muslim)
No comments:
Post a Comment
Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...