Beberapa
hari yang lalu, bacaan Alquran saya di antaranya tiba di surat al-Anbiya. Saat
saya membaca terjemahan surat tersebut pada ayat ke-71-nya, saya agak tertegun.
Terjemahan tersebut berbunyi:
“Dan Kami
selamatkan dia (Ibrahim) dan Lut ke sebuah negeri yang telah Kami berkahi untuk
seluruh alam” (Q.S. al-Anbiya: 71)
Ayat
tersebut memiliki keterangan alias catatan kaki di terjemahan itu. Saya pun
membaca catatan kaki tersebut. Ternyata isinya berbunyi:
“Negeri
Syam, termasuk di dalamnya Palestina. Allah memberkahi negeri itu, artinya
kebanyakan nabi berasal dari negeri ini dan tanahnya pun subur”.
Artinya,
catatan kaki tersebut menerangkan bahwa “negeri yang telah Kami berkahi
untuk seluruh alam” itu maksudnya adalah negeri Syam, termasuk Suriah pada
hari ini. Alasan negeri Syam disebut sebagai “negeri yang telah Kami berkahi
untuk seluruh alam” menurut catatan kaki tersebut ada dua, yaitu:
(1)
kebanyakan nabi berasal dari negeri itu, dan
(2) tanahnya
subur
Rasa
penasaran mendorong saya untuk kemudian membuka tafsir Ibnu Katsir tentang
surat al-Anbiya ayat 71 tersebut, ingin tahu lebih banyak apa saja keterangan
yang ada dari para ulama tentang ayat itu.
Dari tafsir
Ibnu Katsir yang saya baca (sebuah edisi ringkasan), saya mendapati beberapa
informasi sebagai berikut:
(1)
Ternyata para ulama berbeda
pendapat tentang negeri yang dimaksud pada ayat tersebut. Sebagian ada yang
mengatakan Mekkah dan sebagian yang lain mengatakan Syam.
(2)
Di antara ulama yang berpendapat
bahwa negeri yang dimaksud adalah negeri Syam, juga mengatakan bahwa di sanalah
Nabi Isa akan turun dan di sana pula Dajjal akan dibinasakan.
Di antara
ulama yang berpendapat bahwa negeri yang dimaksud pada ayat tersebut adalah
negeri Syam adalah Ubay bin Ka’ab dan Qatadah. Qatadah dalam hal ini berkata: “Dia
(Nabi Ibrahim) berada di negeri Irak, lalu Allah menyelamatkannya ke negeri
Syam”.
Qatadah juga
mengatakan, “Itulah tanah Mahsyar dan Mansyar, di sanalah
turunnya Isa bin Maryam dan di sana pula dibinasakannya al-Masih ad-Dajjal”.
Tanah Mahsyar dan Mansyar, maksudnya adalah tanah tempat
dibangkitkan dan dikumpulkannya manusia. Dibangkitkan dan dikumpulkan untuk
apa? Mungkin untuk perang besar akhir zaman yang telah disebut-disebut di
beberapa hadits Rasulullah saw untuk melawan Dajjal dan bala tentaranya, yaitu
kaum Yahudi dan kaum munafik.
Pada tafsir
yang saya baca itu, tidak disebutkan alasan (dalil Quran atau hadits) dari para
ulama yang berpendapat bahwa negeri yang dimaksud oleh ayat itu adalah negeri
Syam. Tapi saya yakin, hal itu bukan berarti bahwa para ulama tersebut tidak
punya dalil, hanya saja di tafsir edisi ringkasan yang saya baca itu, tidak
disebutkan dalil-dalil tersebut.
Setelah saya
cari-cari dari beberapa sumber di internet, saya dapat menduga bahwa
hadits-hadits yang menjadi dasar dari para ulama tersebut antara lain adalah
seperti berikut:
“Pergilah ke Syam karena ia adalah
bumi pilhan Allah, Dia memilih hamba-hamba terbaik-Nya untuk kesana. Jika
kalian tidak mau, maka pergilah ke Yaman kalian dan minumlah dari telaga-telaga
kalian. Karena sesungguhnya Allah telah menjamin untukku Syam dan penduduknya.”
(HR. Abu Dawud, Ibnu
Hibban, dan Al-Hakim)
“Ya Allah, berkahilah untuk kami pada
negeri Syam kami dan pada negeri Yaman kami.” (HR. Al-Bukhari).
“Beruntunglah negeri Syam. Sahabat
bertanya: mengapa? Jawab Nabi saw: Malaikat rahmat membentangkan sayapnya di
atas negeri Syam.” (HR.
Imam Ahmad)
“Al-Masih Dajjal akan datang dari
arah timur, ia menuju Madinah, hingga berada di balik Uhud, ia disambut oleh
malaikat, maka malaikat membelokkan arahnya ke Syam, di sana ia dibinasakan, di
sana dibinasakan.” (HR.
Imam Ahmad).
Banyak
pertanyaan di benak saya setelah membaca sedikit penjelasan tentang ayat itu,
terutama jika seandainya pendapat yang benar tentang negeri yang dimaksud oleh
ayat tersebut ternyata adalah negeri Syam di mana Suriah merupakan salah satu
dari bagiannya [1].
Pasalnya, kita
tahu, setidaknya dari berita-berita yang kita baca, bagaimana kondisi Suriah
hari ini. Perang atau konflik berkepanjangan telah terjadi di sana selama
bertahun-tahun. Isu yang saya baca ada yang mengatakan bahwa konflik di sana
adalah konflik sektarian (konflik antara kaum Sunni dengan kaum Syi’ah). Tapi
ada pula yang membantah bahwa isu sektarian tersebut tidak benar. Yang benar
adalah bahwa konflik di sana adalah konflik atau perang “ciptaan”. Ciptaan/hasil
konspirasi negara-negara luar yang berkepentingan untuk menguasai Suriah. Ada
masalah jalur migas (minyak dan gas) di sana yang diperebutkan.
Dalam
perbincangannya dengan wartawan Republika, Dubes RI untuk Suriah antara
lain mengatakan,
“Di Suriah tidak ada benturan
Sunni-Syiah, kalaupun ada itu adalah agenda perseteruan antara Arab Saudi dan
Iran. Suriahnya sendiri tidak ada, saling menghormati. Kristen Ortodoks pun
sendiri aman di sana. Orangnya ramah-ramah, sopan-sopan, tidak seperti negara
lain, tentara sekalipun tidak ada yang berangasan” [2]
Dalam diskusi publik di Fakultas Hukum UGM pada Rabu,
11 Mei 2016, Ikatan Alumni Suriah (Syam) Indonesia, atau yang disebut dengan
Al-Syami, mengungkapkan beberapa fakta tentang Suriah, yang menurut mereka,
selama ini selalu ditutup-tutupi oleh media-media takfiri (media-media
yang suka menuduh kafir terhadap sesama muslim, terutama terhadap tokoh-tokoh
muslim tertentu). Dalam pengungkapan
tersebut, Al-Syami antara lain menyebutkan:
“Pada 2009,
Qatar mengajukan proposal agar Assad melegalkan jalur pipa gas alamnya
melintasi Suriah dan Turki untuk menuju Eropa. Bashar al Assad menolak proposal
ini dan pada 2011 ia justru menjalin kerjasama dengan Iraq dan Iran untuk
membangun jalur pipa ke Timur. Qatar, Saudi, dan Turki adalah pihak yang paling
sakit hati dan dirugikan oleh keputusan ini. Khayalan mereka untuk mendapat
pemasukan Milyaran dollar dari ekspor Migas buyar seketika. Apa kalian terkejut
jika hari ini Saudi, Qatar dan Turki menjadi negara-negara yang paling getol
mensponsori dan mempersenjatai para teroris yang hendak menggulingkan Assad?
Kenapa USA
dan NATO juga sangat berambisi menggulingkan Assad? Karena mereka dan ketiga
negara tersebut adalah sekutu dan mitra bisnis utama. Keputusan Assad akan
menguatkan posisi Iran secara ekonomi maupun politis dalam pasar tambang Migas
di Timur Tengah dan mengecilkan pengaruh USA dan sekutunya. Apa USA rela?” [3]
Atau ada
juga yang berpendapat bahwa tidak sekedar itu. Konflik di suriah adalah suatu
bagian penting dari usaha zionis Israel untuk menguasai Palestina. Artinya,
dalam rangka benar-benar menguasai Palestina, zionis Israel sangat
berkepentingan untuk menggulingkan pemerintahan Suriah. Alasannya di antaranya
adalah bahwa selama ini pemerintah Suriah ternyata sangat peduli serta sangat
solid dan konsisten terhadap penderitaan dan perjuangan rakyat Palestina.
Selama pemerintahan Suriah masih ada dan bertahan, cukup sulit bagi Israel
untuk dapat benar-benar menguasai Palestina.
Al-Syami
mengungkapkan:
“Suriah
hingga hari ini adalah penampung terbesar pengungsi Palestina di Timur Tengah.
Jutaan pengungsi Palestina telah diterima dengan tangan terbuka oleh Pemerintah
Suriah sejak 1948 di kamp-kamp pengungsi Yarmouk, Neirab, Handarat, Aleppo dll.
Mereka diberi fasilitas Sekolah, Rumah Sakit dll layaknya warga sendiri. Bahkan
Assad pun dijuluki sebagai Bapak Pengungsi Palestina. Mereka beranak pinak di
Suriah hingga hari ini. Dan tidak mengejutkan jika para pejuang Palestina dari
PFLP-GC di Yarmouk (cabang PFLP yang bermarkas di Gaza) dan Brigade al-Quds
(sayap militer Jihad Islam Palestina di Gaza) sejak awal konflik mengabdi pada
Suriah dan bergabung dengan Tentara Arab Suriah melawan para teroris”.[4]
Dr Joserizal
Jurnalis dari MER-C, dalam sebuah status FB-nya menulis antara lain:
“Bashar jauh lebih lembut dari
bapaknya karena dia orang sipil (dokter mata?). Kesalahan Bashar adalah track
record keluarganya yang keras dan diktator, tidak transparan soal keuangan
negara dan belum mengembangkan proses demokrasi di negaranya.
Tapi kelebihannya, dia komitmen
terhadap perjuangan rakyat Palestina dengan menyediakan tempat buat Hamas di
Suriah dan mendukung penuh Hizbullah. Hamas (Sunni) dan Hizbullah (Syiah)
didukung penuh oleh Bashar karena mereka adalah kelompok perlawanan
(muqowwamah) terhadap Israel”. [5]
Suriah harus
dilumpuhkan. Pemerintahannya harus digulingkan, dan kemudian diganti dan diisi
dengan pemerintahan boneka, kaki-tangan Israel dan Amerika. Barulah kemudian
kedua negara asing tersebut akan senang dan diuntungkan. Amerika senang karena
jalur migas ke negerinya menjadi terbuka, lancar, dan aman. Sementara Israel
sangat gembira, karena usahanya untuk benar-benar menguasai Palestina akan
menjadi jauh lebih mudah.
Jika berita
versi non sektarian lah yang benar, sungguh kasihan kaum muslimin yang selama
ini telah mendukung pemberontakan di Suriah. Mereka telah dikadali (dibodohi
dan diperalat) setidaknya oleh dua negara asing tersebut: Amerika dan Israel.
Harta/sumbangan mereka (kaum muslimin), dan bahkan tenaga, pikiran, dan nyawa
mereka ternyata telah dimanfaatkan untuk menyerang saudara mereka sendiri
sesama muslim di Suriah. Mereka telah berdosa terhadap Suriah (entah sengaja
atau tidak).
Pelajaran
berharganya adalah umat Islam harus segera belajar untuk kritis dan hati-hati
terhadap sebuah berita atau pergerakan yang menyerang sebuah negeri Islam atau
menyerang suatu kelompok kaum muslimin. Jangan terburu nafsu untuk mendukung
sebuah tindakan penyerangan, pemberontakan, dan lain sebagainya yang
disebut-sebut sebagai jihad di sebuah negeri muslim. Hati-hati dengan isu-isu
sektarian (Sunni-Syi’ah atau lain sebagainya). Kalau tak yakin benar-benar,
lebih-baik tidak usah ikut campur.
Jangan
sampai kita merasa “berjihad” padahal sebenarnya kita hanyalah orang yang
sedang di-kadali (diperalat) oleh kelicikan musuh-musuh Islam atau oleh
kepentingan politik dan ekonomi negara-negara tertentu.
Kembali ke
surat al-Anbiya ayat 71 di atas. Pertanyaan yang menggelayut di batin saya
antara lain: Masihkah Syam termasuk Suriah itu berstatus sebagai “negeri
yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam” pada hari ini? Masihkah
al-Anbiya 71 itu berlaku untuk Syam hari ini, ataukah ia hanya berlaku untuk
Syam di masa lalu?
Atau
mungkinkah:
Syam itu
sebenarnya masih merupakan “negeri yang diberkahi untuk seluruh alam”.
Hanya saja perumpamaannya hari ini, ia adalah ibarat sebatang lilin.
Orang/negara lain mendapatkan “berkah” (keuntungan) darinya, namun sayangnya
berkah tersebut mereka dapatkan dengan cara beramai-ramai “membakar” lilin
tersebut.
Ataukah:
Ini memang konsekuensi
yang harus ditanggung oleh sebuah negeri yang telah diberi titel “diberkahi”.
Ia akan menjadi rebutan. Ia akan menjadi incaran.
Namun, yang
paling merisaukan bagi saya adalah pikiran tentang:
Bagaimana
hubungannya dengan Indonesia? Bukankah Indonesia juga sering seolah
mendapat julukan sebagai negeri yang diberkahi? Contohnya disebut-sebut sebagai
“sekeping tanah dari surga”, “zamrud katulistiwa”, dan lain sebagainya.
Jika catatan
kaki pada surat al-Anbiya 71 mengatakan bahwa salah satu faktor negeri Syam
disebut sebagai “negeri yang diberkahi untuk seluruh alam” adalah karena
tanahnya yang subur, maka bukankah tanah Indonesia juga terkenal amat subur?
Artinya:
Saya
khawatir dengan Indonesia. Saya khawatir Indonesia juga akan jadi rebutan suatu
hari nanti sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Bapak Gatot Nurmantyo, baik
di acara ILC ataupun di hadapan para mahasiswa perwakilan BEM se-Indonesia.
Itu artinya,
akan tercipta atau diciptakan konflik dan perang oleh kalangan-kalangan
tertentu di Indonesia. Dan saya khawatir bahwa prosesnya sekarang sebenarnya
telah dimulai. Tidakkah Anda merasakannya? Tidakkah isu Syi’ah sesat juga telah
mulai banyak dan sering dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu?
Apapun yang
sebenarnya telah terjadi di Suriah, saya rasa penting untuk dianalisa dan
dicari-tahu. Tapi yang tak juga kalah-penting adalah apa yang sesungguhnya
sedang dan akan terjadi di Indonesia, negeri kita sendiri. Apa yang
sesungguhnya sedang terjadi di sini? Tidakkah Anda telah merasakan keanehan dan
kejanggalan? (pada kasus Ahok, reklamasi pantai, lambang palu-arit, ramainya
“wisatawan” Cina, naiknya biaya pembuatan BPKB dan STNK, dan lain sebagainya).
Ya Allah,
selamatkanlah Syam (termasuk Suriah), negeri di mana Isa as akan turun dan
Dajjal terlaknat akan dibinasakan. Ya Allah, selamatkan pula Indonesia, negeri
yang telah dimerdekakan dengan kalimat Takbir-Mu dan juga “negeri timur” yang
mungkin akan menjadi tempat kebangkitan agama-Mu di masa datang.
Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin. [Maltusiro/Media Muslim]
Catatan
Kaki:
[1] Untuk
diketahui, negeri Syam yang disebut dalam literatur-literatur
sejarah Islam, saat ini telah terbagi menjadi 4 buah negara akibat dampak
imperialisme Barat di masa lalu. Empat negara tersebut adalah: Palestina,
Suriah, Libanon, dan Yordania.
[3] poin nomer 5 pada http://www.nu.or.id/post/read/68187/al-syami-ungkap-10-fakta-suriah-yang-ditutup-tutupi-media-takfiri
[4] poin nomer 7 pada http://www.nu.or.id/post/read/68187/al-syami-ungkap-10-fakta-suriah-yang-ditutup-tutupi-media-takfiri
[5] akun FB
Dr Joserizal Jurnalis. Saya lihat pada 3 Jan 2017.
No comments:
Post a Comment
Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...