Tuesday, 10 January 2017

Suriah Adalah Negeri Yang Diberkahi?, Indonesia Bagaimana?

Beberapa hari yang lalu, bacaan Alquran saya di antaranya tiba di surat al-Anbiya. Saat saya membaca terjemahan surat tersebut pada ayat ke-71-nya, saya agak tertegun. Terjemahan tersebut berbunyi:


“Dan Kami selamatkan dia (Ibrahim) dan Lut ke sebuah negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam” (Q.S. al-Anbiya: 71)

Ayat tersebut memiliki keterangan alias catatan kaki di terjemahan itu. Saya pun membaca catatan kaki tersebut. Ternyata isinya berbunyi:


“Negeri Syam, termasuk di dalamnya Palestina. Allah memberkahi negeri itu, artinya kebanyakan nabi berasal dari negeri ini dan tanahnya pun subur”.

Artinya, catatan kaki tersebut menerangkan bahwa “negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam” itu maksudnya adalah negeri Syam, termasuk Suriah pada hari ini. Alasan negeri Syam disebut sebagai “negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam” menurut catatan kaki tersebut ada dua, yaitu:
(1) kebanyakan nabi berasal dari negeri itu, dan
(2) tanahnya subur

Rasa penasaran mendorong saya untuk kemudian membuka tafsir Ibnu Katsir tentang surat al-Anbiya ayat 71 tersebut, ingin tahu lebih banyak apa saja keterangan yang ada dari para ulama tentang ayat itu.

Dari tafsir Ibnu Katsir yang saya baca (sebuah edisi ringkasan), saya mendapati beberapa informasi sebagai berikut:
(1)            Ternyata para ulama berbeda pendapat tentang negeri yang dimaksud pada ayat tersebut. Sebagian ada yang mengatakan Mekkah dan sebagian yang lain mengatakan Syam.
(2)            Di antara ulama yang berpendapat bahwa negeri yang dimaksud adalah negeri Syam, juga mengatakan bahwa di sanalah Nabi Isa akan turun dan di sana pula Dajjal akan dibinasakan.

Di antara ulama yang berpendapat bahwa negeri yang dimaksud pada ayat tersebut adalah negeri Syam adalah Ubay bin Ka’ab dan Qatadah. Qatadah dalam hal ini berkata: “Dia (Nabi Ibrahim) berada di negeri Irak, lalu Allah menyelamatkannya ke negeri Syam”.

Qatadah juga mengatakan, “Itulah tanah Mahsyar dan Mansyar, di sanalah turunnya Isa bin Maryam dan di sana pula dibinasakannya al-Masih ad-Dajjal”. Tanah Mahsyar dan Mansyar, maksudnya adalah tanah tempat dibangkitkan dan dikumpulkannya manusia. Dibangkitkan dan dikumpulkan untuk apa? Mungkin untuk perang besar akhir zaman yang telah disebut-disebut di beberapa hadits Rasulullah saw untuk melawan Dajjal dan bala tentaranya, yaitu kaum Yahudi dan kaum munafik.

Pada tafsir yang saya baca itu, tidak disebutkan alasan (dalil Quran atau hadits) dari para ulama yang berpendapat bahwa negeri yang dimaksud oleh ayat itu adalah negeri Syam. Tapi saya yakin, hal itu bukan berarti bahwa para ulama tersebut tidak punya dalil, hanya saja di tafsir edisi ringkasan yang saya baca itu, tidak disebutkan dalil-dalil tersebut.

Setelah saya cari-cari dari beberapa sumber di internet, saya dapat menduga bahwa hadits-hadits yang menjadi dasar dari para ulama tersebut antara lain adalah seperti berikut:

“Pergilah ke Syam karena ia adalah bumi pilhan Allah, Dia memilih hamba-hamba terbaik-Nya untuk kesana. Jika kalian tidak mau, maka pergilah ke Yaman kalian dan minumlah dari telaga-telaga kalian. Karena sesungguhnya Allah telah menjamin untukku Syam dan penduduknya.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim)

“Ya Allah, berkahilah untuk kami pada negeri Syam kami dan pada negeri Yaman kami.” (HR. Al-Bukhari).

“Beruntunglah negeri Syam. Sahabat bertanya: mengapa? Jawab Nabi saw: Malaikat rahmat membentangkan sayapnya di atas negeri Syam.” (HR. Imam Ahmad)

“Al-Masih Dajjal akan datang dari arah timur, ia menuju Madinah, hingga berada di balik Uhud, ia disambut oleh malaikat, maka malaikat membelokkan arahnya ke Syam, di sana ia dibinasakan, di sana dibinasakan.” (HR. Imam Ahmad).

Banyak pertanyaan di benak saya setelah membaca sedikit penjelasan tentang ayat itu, terutama jika seandainya pendapat yang benar tentang negeri yang dimaksud oleh ayat tersebut ternyata adalah negeri Syam di mana Suriah merupakan salah satu dari bagiannya [1].

Pasalnya, kita tahu, setidaknya dari berita-berita yang kita baca, bagaimana kondisi Suriah hari ini. Perang atau konflik berkepanjangan telah terjadi di sana selama bertahun-tahun. Isu yang saya baca ada yang mengatakan bahwa konflik di sana adalah konflik sektarian (konflik antara kaum Sunni dengan kaum Syi’ah). Tapi ada pula yang membantah bahwa isu sektarian tersebut tidak benar. Yang benar adalah bahwa konflik di sana adalah konflik atau perang “ciptaan”. Ciptaan/hasil konspirasi negara-negara luar yang berkepentingan untuk menguasai Suriah. Ada masalah jalur migas (minyak dan gas) di sana yang diperebutkan.

Dalam perbincangannya dengan wartawan Republika, Dubes RI untuk Suriah antara lain mengatakan,

“Di Suriah tidak ada benturan Sunni-Syiah, kalaupun ada itu adalah agenda perseteruan antara Arab Saudi dan Iran. Suriahnya sendiri tidak ada, saling menghormati. Kristen Ortodoks pun sendiri aman di sana. Orangnya ramah-ramah, sopan-sopan, tidak seperti negara lain, tentara sekalipun tidak ada yang berangasan” [2]

Dalam diskusi publik di Fakultas Hukum UGM pada Rabu, 11 Mei 2016, Ikatan Alumni Suriah (Syam) Indonesia, atau yang disebut dengan Al-Syami, mengungkapkan beberapa fakta tentang Suriah, yang menurut mereka, selama ini selalu ditutup-tutupi oleh media-media takfiri (media-media yang suka menuduh kafir terhadap sesama muslim, terutama terhadap tokoh-tokoh muslim tertentu).  Dalam pengungkapan tersebut, Al-Syami antara lain menyebutkan:

“Pada 2009, Qatar mengajukan proposal agar Assad melegalkan jalur pipa gas alamnya melintasi Suriah dan Turki untuk menuju Eropa. Bashar al Assad menolak proposal ini dan pada 2011 ia justru menjalin kerjasama dengan Iraq dan Iran untuk membangun jalur pipa ke Timur. Qatar, Saudi, dan Turki adalah pihak yang paling sakit hati dan dirugikan oleh keputusan ini. Khayalan mereka untuk mendapat pemasukan Milyaran dollar dari ekspor Migas buyar seketika. Apa kalian terkejut jika hari ini Saudi, Qatar dan Turki menjadi negara-negara yang paling getol mensponsori dan mempersenjatai para teroris yang hendak menggulingkan Assad?

Kenapa USA dan NATO juga sangat berambisi menggulingkan Assad? Karena mereka dan ketiga negara tersebut adalah sekutu dan mitra bisnis utama. Keputusan Assad akan menguatkan posisi Iran secara ekonomi maupun politis dalam pasar tambang Migas di Timur Tengah dan mengecilkan pengaruh USA dan sekutunya. Apa USA rela?” [3]

Atau ada juga yang berpendapat bahwa tidak sekedar itu. Konflik di suriah adalah suatu bagian penting dari usaha zionis Israel untuk menguasai Palestina. Artinya, dalam rangka benar-benar menguasai Palestina, zionis Israel sangat berkepentingan untuk menggulingkan pemerintahan Suriah. Alasannya di antaranya adalah bahwa selama ini pemerintah Suriah ternyata sangat peduli serta sangat solid dan konsisten terhadap penderitaan dan perjuangan rakyat Palestina. Selama pemerintahan Suriah masih ada dan bertahan, cukup sulit bagi Israel untuk dapat benar-benar menguasai Palestina.

Al-Syami mengungkapkan:

“Suriah hingga hari ini adalah penampung terbesar pengungsi Palestina di Timur Tengah. Jutaan pengungsi Palestina telah diterima dengan tangan terbuka oleh Pemerintah Suriah sejak 1948 di kamp-kamp pengungsi Yarmouk, Neirab, Handarat, Aleppo dll. Mereka diberi fasilitas Sekolah, Rumah Sakit dll layaknya warga sendiri. Bahkan Assad pun dijuluki sebagai Bapak Pengungsi Palestina. Mereka beranak pinak di Suriah hingga hari ini. Dan tidak mengejutkan jika para pejuang Palestina dari PFLP-GC di Yarmouk (cabang PFLP yang bermarkas di Gaza) dan Brigade al-Quds (sayap militer Jihad Islam Palestina di Gaza) sejak awal konflik mengabdi pada Suriah dan bergabung dengan Tentara Arab Suriah melawan para teroris”.[4]

Dr Joserizal Jurnalis dari MER-C, dalam sebuah status FB-nya menulis antara lain:

“Bashar jauh lebih lembut dari bapaknya karena dia orang sipil (dokter mata?). Kesalahan Bashar adalah track record keluarganya yang keras dan diktator, tidak transparan soal keuangan negara dan belum mengembangkan proses demokrasi di negaranya.

Tapi kelebihannya, dia komitmen terhadap perjuangan rakyat Palestina dengan menyediakan tempat buat Hamas di Suriah dan mendukung penuh Hizbullah. Hamas (Sunni) dan Hizbullah (Syiah) didukung penuh oleh Bashar karena mereka adalah kelompok perlawanan (muqowwamah) terhadap Israel”. [5]

Suriah harus dilumpuhkan. Pemerintahannya harus digulingkan, dan kemudian diganti dan diisi dengan pemerintahan boneka, kaki-tangan Israel dan Amerika. Barulah kemudian kedua negara asing tersebut akan senang dan diuntungkan. Amerika senang karena jalur migas ke negerinya menjadi terbuka, lancar, dan aman. Sementara Israel sangat gembira, karena usahanya untuk benar-benar menguasai Palestina akan menjadi jauh lebih mudah.

Jika berita versi non sektarian lah yang benar, sungguh kasihan kaum muslimin yang selama ini telah mendukung pemberontakan di Suriah. Mereka telah dikadali (dibodohi dan diperalat) setidaknya oleh dua negara asing tersebut: Amerika dan Israel. Harta/sumbangan mereka (kaum muslimin), dan bahkan tenaga, pikiran, dan nyawa mereka ternyata telah dimanfaatkan untuk menyerang saudara mereka sendiri sesama muslim di Suriah. Mereka telah berdosa terhadap Suriah (entah sengaja atau tidak).

Pelajaran berharganya adalah umat Islam harus segera belajar untuk kritis dan hati-hati terhadap sebuah berita atau pergerakan yang menyerang sebuah negeri Islam atau menyerang suatu kelompok kaum muslimin. Jangan terburu nafsu untuk mendukung sebuah tindakan penyerangan, pemberontakan, dan lain sebagainya yang disebut-sebut sebagai jihad di sebuah negeri muslim. Hati-hati dengan isu-isu sektarian (Sunni-Syi’ah atau lain sebagainya). Kalau tak yakin benar-benar, lebih-baik tidak usah ikut campur.

Jangan sampai kita merasa “berjihad” padahal sebenarnya kita hanyalah orang yang sedang di-kadali (diperalat) oleh kelicikan musuh-musuh Islam atau oleh kepentingan politik dan ekonomi negara-negara tertentu.

Kembali ke surat al-Anbiya ayat 71 di atas. Pertanyaan yang menggelayut di batin saya antara lain: Masihkah Syam termasuk Suriah itu berstatus sebagai “negeri yang telah Kami berkahi untuk seluruh alam” pada hari ini? Masihkah al-Anbiya 71 itu berlaku untuk Syam hari ini, ataukah ia hanya berlaku untuk Syam di masa lalu?

Atau mungkinkah: 
Syam itu sebenarnya masih merupakan “negeri yang diberkahi untuk seluruh alam”. Hanya saja perumpamaannya hari ini, ia adalah ibarat sebatang lilin. Orang/negara lain mendapatkan “berkah” (keuntungan) darinya, namun sayangnya berkah tersebut mereka dapatkan dengan cara beramai-ramai “membakar” lilin tersebut.

Ataukah:
Ini memang konsekuensi yang harus ditanggung oleh sebuah negeri yang telah diberi titel “diberkahi”. Ia akan menjadi rebutan. Ia akan menjadi incaran.

Namun, yang paling merisaukan bagi saya adalah pikiran tentang:
Bagaimana hubungannya dengan Indonesia? Bukankah Indonesia juga sering seolah mendapat julukan sebagai negeri yang diberkahi? Contohnya disebut-sebut sebagai “sekeping tanah dari surga”, “zamrud katulistiwa”, dan lain sebagainya.

Jika catatan kaki pada surat al-Anbiya 71 mengatakan bahwa salah satu faktor negeri Syam disebut sebagai “negeri yang diberkahi untuk seluruh alam” adalah karena tanahnya yang subur, maka bukankah tanah Indonesia juga terkenal amat subur?

Artinya:
Saya khawatir dengan Indonesia. Saya khawatir Indonesia juga akan jadi rebutan suatu hari nanti sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Bapak Gatot Nurmantyo, baik di acara ILC ataupun di hadapan para mahasiswa perwakilan BEM se-Indonesia.

Itu artinya, akan tercipta atau diciptakan konflik dan perang oleh kalangan-kalangan tertentu di Indonesia. Dan saya khawatir bahwa prosesnya sekarang sebenarnya telah dimulai. Tidakkah Anda merasakannya? Tidakkah isu Syi’ah sesat juga telah mulai banyak dan sering dihembuskan oleh pihak-pihak tertentu?

Apapun yang sebenarnya telah terjadi di Suriah, saya rasa penting untuk dianalisa dan dicari-tahu. Tapi yang tak juga kalah-penting adalah apa yang sesungguhnya sedang dan akan terjadi di Indonesia, negeri kita sendiri. Apa yang sesungguhnya sedang terjadi di sini? Tidakkah Anda telah merasakan keanehan dan kejanggalan? (pada kasus Ahok, reklamasi pantai, lambang palu-arit, ramainya “wisatawan” Cina, naiknya biaya pembuatan BPKB dan STNK, dan lain sebagainya).

Ya Allah, selamatkanlah Syam (termasuk Suriah), negeri di mana Isa as akan turun dan Dajjal terlaknat akan dibinasakan. Ya Allah, selamatkan pula Indonesia, negeri yang telah dimerdekakan dengan kalimat Takbir-Mu dan juga “negeri timur” yang mungkin akan menjadi tempat kebangkitan agama-Mu di masa datang. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin. [Maltusiro/Media Muslim]

Catatan Kaki:

[1] Untuk diketahui, negeri Syam yang disebut dalam literatur-literatur sejarah Islam, saat ini telah terbagi menjadi 4 buah negara akibat dampak imperialisme Barat di masa lalu. Empat negara tersebut adalah: Palestina, Suriah, Libanon, dan Yordania.
[5] akun FB Dr Joserizal Jurnalis. Saya lihat pada 3 Jan 2017.

No comments:

Post a Comment

Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...