Nasrul
sedang duduk membaca berita di laptopnya. Tiba-tiba istrinya datang dan
berkata, “Bang, saya izin pergi ke rumah si Nunik ya. Difa mengajakku ke sana”
Nunik
adalah saudari sepupu Nasrul, sedangkan Difa adalah adik kandung Nasrul.
“Lho,
ngapain kamu ke sana? Memangnya Nunik mengadakan apa?” tanya Nasrul, heran.
“Nunik
sudah dapat (beli) rumah di daerah Jawa Barat. Sekarang dia mau menghuni rumah
itu. Jadi dia mengadakan selametan sekarang. Berdoa bersama. Mengundang
tetangga dan karib-kerabat” jawab Ijah, istri Nasrul.
“Lalu,
memangnya kita diundang?” tanya Nasrul lagi.
“Tidak
sih. Dia cuma menelpon Mama (ibu Nasrul). Mungkin karena Nunik tidak tahu nomer
HP kita kali ya ...” jawab istri Nasrul.
“Tapi
dia tahu nomer HP Difa kan? Dia juga tahu nomer HP Mama kan? Dia juga punya
akun facebook kan, dan berteman di facebook dengan kamu kan?” cecar Nasrul
kepada istrinya.
“Artinya,
tidak ada alasan bagi dia untuk tidak bisa mengundang,” lanjut Nasrul. “Kalau
memang dia ingin kita datang, mestinya dia mengundang salah-satu dari kita.
Mengundangnya kan tidak perlu repot. Kita juga tidak pernah mempersulit. Bisa
lewat telpon, atau sms, atau whatsapp, atau lewat pesan di facebook. Kan banyak
jalannya. Kenapa tak ada berbunyi sama sekali.”ucap Nasrul.
“Kalau
tidak tahu nomer HP kita, dia kan bisa nanya ke Difa. Atau nanya ke Mama berapa
nomer HP kita. Tidak ada alasan rasanya bagi dia untuk tidak bisa menghubungi
kita. Kalau tidak mau lewat telpon, ya kan bisa lewat whatsapp aja atau
facebook. Komunikasi sekarang sudah banyak alat dan jalannya kok.” Sambung
Nasrul lagi.
“Ya
..., tapi kan dia sudah menelpon ibumu, Bang. Apa itu tidak cukup? Lagi pula,
dia kan sepupumu...” jawab Ijah, si istri.
“Nah
inilah yang mungkin tidak dipahami oleh generasi sekarang, apalagi yang
baru-baru menikah. Kita ini kan sekarang sudah menikah, sudah berkeluarga,
sudah berumah-tangga. Gak bisa lagi disamakan dengan dulu waktu kita masih
bujang atau gadis. Kalau masih bujang atau gadis, mungkin ketika orang tua kita
diundang, maka otomatis kita bisa pula datang ke sana. Kitanya tidak perlu
diundang, tapi bisa dan dianggap pantas untuk datang.
Tapi
kalau kita sudah berkeluarga, tidak bisa seperti itu lagi. Kalau dia mau kita
datang dan memang menghargai kita, dia harus mengundang kita. Harus berbunyi.
Dan
kita tidak mempersulit. Karena dia karib-kerabat kita, cukuplah mengundang itu
lewat sms aja, misalnya. Tidak kita persulit. Atau lewat facebook. Tidak
masalah. Yang penting ada bunyinya. Ada tanda dia mengingat dan menghargai
kita. Begitulah semestinya terhadap orang yang sudah berumah-tangga. Kalau
tidak ada undangan sama-sekali, ya menurutku sih, tidak usah datang. Untuk apa.
Orang zaman sekarang ini harus diajar tatakrama. Kalau dibiar-biarkan saja,
akhirnya segala sesuatunya jadi sembarangan saja. Asal jadi. Asal jalan. Tak
ada sopan-santun. Tak ada etika.” Terang Nasrul panjang-lebar.
“Jadi,
berarti, aku tidak boleh datang?” tanya sang istri.
“Ya
ngapain. Biar menjadi pelajaran. Agar generasi sekarang ini tahu tatakrama,
sopan santun. Kita kan tidak mempersulit. Bisa lewat sms aja kalau dia mau
mengundang. Kenapa tidak berbunyi sama sekali?!” jawab Nasrul.
Senja
berlalu. Istri Nasrul kembali meneruskan aktivitas rumahnya yang tadi akan ia
tinggalkan.
Ya,
memang. Banyak generasi sekarang yang sudah tidak tahu lagi tatakrama. Dan itu
bisa jadi adalah juga karena kesalahan para pendahulunya yang malas mengajarkan
atau menurunkan tatakrama yang baik itu kepada generasi penerusnya. Akhirnya
generasi penerus ini menjadi belang-bentong. Tak tahu bagaimana yang
semestinya.
Mari,
jangan kita ulangi lagi kesalahan yang sama. Kita terapkan dan kita ajarkan
tatakrama itu kepada generasi kita dan generasi di bawah kita.
Kadangkala,
tatakrama bagi pergaulan itu ibarat
sebuah pentil bagi sebuah mobil. Ia kecil, sederhana, gampang, tetapi penting
dan tak boleh diremehkan. Ini yang terkadang tidak disadari oleh banyak generasi
zaman sekarang. Walhamdulillahi Rabbil ‘Alamiin. [Media Muslim]
No comments:
Post a Comment
Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...