Bahkan, kasus peredaran percakapan mesum yang diduga antara Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab, dengan Firza Husein lewat pesan whatsapp, bisa menjadi salah satu bukti kekacauan sedang terjadi.
Anggota Komisi III DPR RI, Muhammad Syafii, mengatakan, banyak orang yang terkecoh dengan pemberitaan kasus itu. Padahal, setelah diamati dengan hasil analisa beberapa pakar dan pemerhati, yang sedang terjadi hari ini adalah upaya untuk menciptakan kekisruhan, upaya memunculkan saling kecurigaan, upaya memantik rasa permusuhan.
Politisi Partai Gerindra ini menyebut keadaan negara saat ini tak jauh beda dengan situasi tahun 1965 saat Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan gerakan pengkhianatan.
"Ketika dia (PKI) akan bangkit, itu pertama dimulai dengan kesulitan ekonomi, sehingga rakyat mudah percaya karena dalam situasi orang kesulitan. Lapangan kerja sulit, harga barang mahal, pertumbuhan ekonomi mandek, itu membuat orang mudah dihasut," jelasnya.
Hal lain yang terjadi pada tahun 1965, lanjutnya, adalah stigmatisasi negatif terhadap para ulama. Akibatnya, rakyat yang mayoritas Islam kehilangan pedoman dan gampang percaya dengan rumor.
"Habib Rizieq distigma negatif bukan hari ini saja. Dulu dia dibilang punya istri enam, ternyata istrinya satu. Dulu dia dibilang kaya raya, ternyata orang tahu rumahnya di dalam gang, sangat sederhana," kata dia.
Yang berikutnya, tambah pria yang akrab disapa Romo Syafii ini, pada masa kebangkitan PKI ada upaya pembubaran ormas-ormas Islam seperti halnya sekarang. Romo juga mempersoalkan pidato Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, saat peringatan hari ulang tahun PDIP tanggal 10 Januari lalu.
"Waktu dulu, ada pengalihan ideologi, supaya orang tidak beriman. Sekarang sudah ada, pernyataan Megawati tentang tidak percaya akhirat karena itu dianggap ramalan, karena enggak ada juga orang yang baru pulang dari akhirat," lanjutnya.
Romo Syafii juga mengatakan, pada tahun 1964 ada pecahan uang Indonesia yang desainnya berlogo palu arit.
"Sekarang uang baru kita dari pecahan 2000 sampai 100 ribu, semua menggunakan lambang palu arit. Jadi ini sudah cukup," tegasnya.
Ia mengingatkan, tidak satu pun penganut agama yang akan diuntungkan jika komunis sudah mengambil alih kekuasaan di negeri ini.
"Dari dulu, PKI bergerak tanpa wujud. Tiba-tiba dia muncul dan dia ada di mana-mana. Dan itu sedang terjadi hari ini. Karena itu, jangan berharap ada pembelaan dari pemerintah, aparat, negara kepada ulama. Kita sedang dikendalikan oleh PKI," pungkasnya. (rmol)
diakses
pada 3 Feb 2017
No comments:
Post a Comment
Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...