Thursday, 13 October 2016

Jangan Bebankan Tugas Kebersihan Masjid Kepada Guru Surau




     Para pengurus masjid hendaknya tidak menyamakan antara guru surau dengan petugas kebersihan. Orangnya harus dibedakan. Sebagaimana di sekolah-sekolah, guru dan petugas kebersihannya dibedakan kan? Bukan karena membersihkan masjid itu suatu pekerjaan yang buruk, tetapi karena Nabi saw menyuruh kita untuk menempatkan manusia pada tempatnya (HR. Abu Dawud). Juga karena Islam menyuruh kita untuk menyerahkan suatu pekerjaan itu kepada ahlinya (berdasarkan hadits riwayat Bukhari). “Kepada ahlinya” dapat berarti “kepada orang yang semestinya”. Membebankan tugas kebersihan masjid pada seorang guru, ulama, atau ustadz, adalah tindakan yang tidak
menempatkan manusia pada tempatnya atau menyerahkan sesuatu kepada yang bukan semestinya, sebab tugas-tugas kebersihan itu bisa dan lebih layak untuk dilakukan oleh orang-orang awam.
     Setiap masjid biasanya memiliki dana untuk menggaji orang lain sebagai petugas kebersihan. Selama ini, dibebankannya tugas membersihkan masjid kepada guru-guru surau, adalah bukan karena masjid tidak punya dana untuk menggaji orang lain. Tetapi lebih karena kebiasaan dan pola pikir yang salah dari masyarakat atau pengurus masjid.
     Guru-guru surau selama ini memang banyak yang membuktikan keikhlasannya di jalan Allah. Tapi bukan berarti pengurus masjid lantas jadi boleh terlena sehingga membebankan kepada guru surau tugas yang semestinya dipikul oleh orang lain.
     Membebankan tugas kebersihan masjid kepada guru surau sebenarnya adalah cermin dari sikap yang kurang menghargai ilmu agama. Guru surau boleh, bahkan bagus, jika dia bertindak membersihkan masjid. Tapi hendaknya itu dilakukan karena semata-mata kemauannya sendiri. Bukan karena pengurus masjid membebankan tugas kebersihan itu kepadanya.
     Mari ubah paradigma ini. Jangan lagi pengurus masjid membebankan tugas kebersihan masjid kepada ulama atau ustaz yang telah dimintanya dengan hormat untuk bertugas sehari-hari di masjid atau yang biasa disebut dengan guru surau. (Maltusiro)

No comments:

Post a Comment

Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...