Ada
sebuah hadits Rasulullah saw yang disampaikan oleh sahabat Jabir ra:
“Rasulullah s.a.w. menyuruh menjilat jari-jari tangan dan piring;
beliau juga bersabda: "Sesungguhnya engkau semua tidak tahu di bagian
manakah yang ada berkahnya." (HR. Muslim)[1]
Hadits ini menganjurkan kita untuk benar-benar menghabiskan
makanan yang telah kita ambil ketika makan. Saking pentingnya, sampai-sampai
makanan yang masih tersisa di jari-jari tangan dan piring pun dianjurkan untuk
dihabiskan (dengan cara menjilat jari-jari tangan dan piring tersebut). Bahkan saya
pernah mendapat kabar bahwa demi mengamalkan hadits ini, ada seorang ulama yang
menuangkan air di piringnya sehabis makan, mengaduk-aduk air tersebut di atas piring itu, lalu meminumnya demi menghabiskan
jejak makanan yang tersisa di piringnya itu sehingga piring itu menjadi bersih
seolah-olah sudah dicuci.
Mungkin hadits ini adalah salah-satu hadits yang harus kita
populerkan. Sebab amat banyak sekarang ini orang yang menganggap remeh saja
menghabiskan makanan yang telah diambilnya. Lihatlah sewaktu baralek
atau pesta pernikahan. Bukan sedikit orang yang meninggalkan piringnya dalam
keadaan masih banyak/dipenuhi dengan sisa-sisa nasi atau lauk-pauk yang telah
diambilnya. Ini adalah kemubaziran, saudaraku. Dan orang-orang yang melakukan
kemubaziran itu disebut di Alquran sebagai saudara-saudara syetan. Ingat: saudara
syetan, bukan hanya sekedar teman.
Bahkan-- mungkin karena ketidak tahuannya tentang adanya hadits
ini – ada orang yang memang sengaja melakukan kemubaziran seperti itu. Dia
malah merasa malu menghabiskan makanannya karena takut dianggap rakus atau
kelaparan. Perbaikilah kekeliruan-kekeliruan ini, saudaraku, dan janganlah malu
di dalam mengamalkan ajaran-ajaran Islam/sunnah-sunnah Nabi saw.
Hadits lain yang menggambarkan betapa pentingnya menghabiskan atau
tidak menyia-nyiakan makanan yang telah kita ambil adalah:
"Jikalau suapan seseorang dari kalian itu jatuh, maka
hendaklah ia ambil kembali makanan tersebut, kemudian singkirkanlah kotoran
yang melekat padanya. Lalu hendaklah ia makan makanan itu dan jangan dibiarkan
dimakan oleh setan. Jangan pula seseorang itu mengusap tangannya dengan
saputangan - sehabis makan- sebelum ia jilat terlebih dulu jari-jarinya. Sebab
seseorang itu tidak mengetahui di bagian manakah dari makananannya itu yang mengandung
keberkahan" (HR. Muslim)
"Sesungguhnya syaitan itu mendatangi seseorang di antara
kalian dalam segala hal, sampai-sampai ia pun mendatanginya di waktu ia (orang
itu) makan. Oleh karena itu, apabila suapan salah-seorang kamu itu jatuh, maka
hendaklah ia singkirkan kotoran yang melekat padanya, kemudian makanlah makanan
tersebut dan jangan dibiarkan untuk dimakan oleh syaitan" (HR. Muslim)
Hal ini tentunya apabila masih mungkin untuk dipisahkan antara kotoran
dengan makanan. Apabila sudah tidak mungkin lagi, atau diduga kuat akan
mendatangkan suatu mudarat (bahaya) apabila tetap dimakan, maka tentunya tak
apa-apa jika makanan tersebut ditinggalkan. Wallohu a’lam.
Ket: foto hanya ilustrasi saja
(Buya Amin/Media Muslim)
=====
[1] Demi mengamalkan hadits ini, Anda tidak perlu benar-benar menjilat piring Anda seperti seekor kucing yang menjilati piring. Sebab, yang dituju oleh hadits ini bukanlah perkara menjilatnya tetapi menghabiskan makanan sampai ke jejak-jejaknya. Anda bisa meniru cara ulama di atas, atau cukup dengan mengusap-usap piring Anda dengan salah-satu jari lalu mengecap atau menjilat jari tersebut. Lakukan berulang-ulang hingga jejak-jejak makanan yang ada di piring Anda habis.
=====
[1] Demi mengamalkan hadits ini, Anda tidak perlu benar-benar menjilat piring Anda seperti seekor kucing yang menjilati piring. Sebab, yang dituju oleh hadits ini bukanlah perkara menjilatnya tetapi menghabiskan makanan sampai ke jejak-jejaknya. Anda bisa meniru cara ulama di atas, atau cukup dengan mengusap-usap piring Anda dengan salah-satu jari lalu mengecap atau menjilat jari tersebut. Lakukan berulang-ulang hingga jejak-jejak makanan yang ada di piring Anda habis.
No comments:
Post a Comment
Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...