Su’u
zhon
adalah sebuah dosa (lihat Quran surat Al-Hujurat ayat 12). Sebagai sebuah dosa,
tentu ia harus dihindari. Tetapi bagaimana kita akan menghindari sebuah dosa
jika kita tidak kenal dengan hakikat dari dosa tersebut? Maka di sinilah
pentingnya bagi kita untuk menyingkap apa sesungguhnya yang dimaksud dengan su’u
zhon itu.
Su’u
zhon memang biasa diartikan dengan ber-buruk sangka. Padahal
tidak semua persangkaan buruk itu dapat dinilai sebagai su’u zhon. Ada
persangkaan buruk yang terjadi secara spontan di hati manusia ketika melihat
sesuatu yang ganjil atau mencurigakan. Apakah itu dapat dinamakan su’u zhon?
Tidakkah itu sebuah kewajaran karena manusia adalah makhluk yang bisa berpikir
dan selalu menginginkan keamanan untuk dirinya? Terlebih lagi, persangkaan
buruk itu terjadi secara spontan saja, terasa begitu saja di hati tanpa
diupaya-upayakan. Apakah yang seperti itu dapat dikatakan sebuah dosa?
Nah,
mungkin persepsi kita selama ini agak keliru tentang su’u zhon.
Ternyata,
su’u zhon itu adalah:
apabila
kita menyangka buruk lalu meyakininya, padahal ia belum tentu benar. Atau
menyangka buruk lalu bersikap seolah-olah persangkaan buruk itu sudah pasti
benar padahal masih berkemungkinan salah.
Sedangkan
persangkaan buruk yang terlintas di hati atau timbul di hati secara spontan namun
tidak langsung diyakini, atau tidak diperturutkan dengan sebuah perbuatan yang
seolah sudah memastikan, maka ia belum dapat dinamakan su’u zhon. Ia
masih dianggap sebagai kewajaran-manusiawi karena manusia itu adalah makhluk yang
bisa berpikir dan selalu menginginkan keamanan bagi dirinya.
Jadikanlah
sangka buruk yang terasa secara spontan di hati Anda sebagai sinyal untuk
kewaspadaan semata, agar Anda berpikir dan bersikap secara lebih jeli dan
objektif, sehingga akan tidak ada pihak-pihak yang akan terzalimi atau
dirugikan, baik diri Anda sendiri ataupun orang lain.
Contoh:
Suatu
hari, dari dalam rumahnya, Ibu Ani melihat ada seorang lelaki tak dikenal yang
sedang celingak-celinguk di depan pagar rumah. Di hati Ibu Ani timbul
persangkaan: “Jangan-jangan, itu maling”. Dengan persangkaan seperti itu,
Ibu Ani kemudian mengambil sikap: Membangunkan suaminya sambil berkata, “Pak,
bangun, Pak. Ada maling di depan rumah kita, Pak. Dia mau masuk ke dalam!”
Karena
ucapan Ibu Ani itu, sang suami segera bangun dan mengambil pentungan (alat
pemukul). Ia keluar dan segera mengejar lelaki tak dikenal itu sambil
berteriak: “MALIIIIIING”.
Para
tetangga terkejut dan segera berdatangan. Mereka kemudian menangkap dan
memukuli lelaki tak dikenal itu. Padahal setelah ditelusuri, ternyata lelaki
itu hanyalah seseorang yang sedang mencari ayamnya yang hilang.
Nah,
dengan sikap yang seperti itu, berarti Ibu Ani telah ber-su’u zhon
kepada lelaki tersebut.
Tetapi
seandainya sikap Ibu Ani adalah seperti berikut ini:
Ia
membangunkan suaminya sambil berkata, “Pak, bangun, Pak. Tolong dilihat di
luar. Ada orang celingak-celinguk. Aku takut kalau-kalau dia maling”.
Suami
Ibu Ani pun bangun lalu mencari pentungan untuk kewaspadaan. Sebelum keluar
rumah, sang suami mencoba untuk berdehem-dehem terlebih dulu dengan suara keras
untuk melihat apa reaksi dari lelaki tak dikenal itu atas suara dehem-dehemnya.
Karena
si lelaki ternyata terlihat tetap celingak-celinguk di depan pagar rumah itu,
barulah sang suami keluar sambil
menyembunyikan pentungan di balik badannya. Dengan tetap sopan, sang suami bertanya
kepada lelaki tersebut: “Maaf, Mas, ada keperluan apa di sini? Mau mencari
siapa?”
Lelaki
itu menjawab, “Anu, Pak. Sudah dua hari ayam jago saya tidak pulang. Ada yang
bilang, dia kemarin main di sekitar sini”
Nah,
kalau sikap seperti itu yang diambil oleh Ibu Ani dan suaminya, maka Ibu Ani
dan suaminya itu tidak dapat disebut melakukan su’u zhon. Mereka hanya
bersikap waspada.
Sikap
su’u zhon itu dilarang di dalam Islam, tetapi sikap berhati-hati atau
berwaspada itu malah dianjurkan:
“Hai
orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu” (QS. Al-Hujurat: 6)
Nah,
demikianlah penjelasan ringkas kita tentang su’u zhon ini. Semoga penjelasan
ini dapat membuat Anda bisa membedakan antara mana yang su’u zhon dan
mana yang bukan. Semoga bermanfaat. Walhamdulillahi rabbil ‘alamiiin (Buya
Amin/Media Muslim).
Ket
Foto: Aa Gym. Hanya sebagai ilustrasi saja.
No comments:
Post a Comment
Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...