“Akan
masuk surga orang-orang yang hatinya seperti hati burung” (HR. Muslim)
Demikian
sabda Rasulullah saw.
Apa
yang dimaksud dengan “hatinya seperti hati burung” pada sabda Rasulullah saw
tersebut? Maksudnya adalah: tawakkal mereka tinggi kepada Allah swt sehingga
Allah mencukupi rezeki mereka setiap harinya meskipun mereka tidak menyimpan
sesuatu untuk kebutuhan esok hari. Hal ini sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah
saw di dalam hadits berikut:
“Andaikata
kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscaya Allah
akan memberi rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung.
Dia (keluar) pagi hari dengan perut kosong,
dan (kembali) sore hari dengan perut kenyang” (HR. Tirmizi)
Tingkat tawakkal seseorang itu berbeda-beda. Dari mulai
yang tinggi sampai yang tidak bertawakkal sama-sekali. Namun seorang mukmin
tidak dibenarkan untuk tidak ber-tawakkal sama sekali kepada Allah.
Perhatikanlah ayat-ayat Al-Quran. Allah sering mengaitkan atau menganjurkan
sikap tawakkal kepada orang-orang mukmin seperti : “Hendaklah kepada Allah saja
orang-orang mukmin bertawakkal” (QS. Ali Imran/3: 122)
Tawakkal itu ada ilmunya. Salah-salah di dalam penerapan
tawakkal, bisa mengakibatkan kerancuan atau ketidak-beresan di dalam kehidupan.
Tawakkal bukan meninggalkan usaha. Orang yang meninggalkan
usaha sama-sekali dengan alasan bertawakkal, adalah orang yang bodoh tentang
ilmu bertawakkal.
Seseorang yang bertawakkal tinggi tidak boleh memaksakan
keluarganya untuk bertawakkal tinggi pula seperti dirinya. Oleh karena itu, dibenarkan
menyimpan (uang atau lain sebagainya) demi mencukupi kebutuhan keluarga selama
satu tahun.
Tetapi untuk kebutuhan pribadi, atau bagi orang bujang,
tidak dibenarkan menyimpan yang lebih dari kadar kebutuhan 40 hari. Jika dia
menyimpan untuk kebutuhan lebih dari 40 hari, maka dia dinilai bukan orang yang
bertawakkal (demikian menurut sebagian ulama meskipun ada pula yang berbeda
pendapat tentang ukuran kadar 40 hari ini).
Lalu jika kita mempunyai harta yang lebih dari kadar kebutuhan
40 hari (atau lebih dari kadar kebutuhan keluarganya satu tahun bagi orang yang
telah berkeluarga) kemana sisanya harus dipergunakan? Sisanya dipergunakan
untuk berinfak di jalan Allah alias untuk bersedekah atau membantu orang-orang
yang membutuhkan. Inilah yang dimaksud oleh firman Allah dalam surat Al-Baqarah
ayat 219:
“...
Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan.
Katakanlah: “Kelebihan (dari apa yang diperlukan) ...” (QS. Al-Baqarah: 219)
Ini hanya sebagian kecil dari ilmu tentang tawakkal yang
pernah saya baca atau pelajari dari berbagai sumber terutama melalui kitab Ihya’
Ulumiddin. Seyogyanya seorang mukmin berusaha untuk mempelajari segala hal yang
dituntut Allah kepada dirinya. Jika Allah menuntut Anda untuk bertawakkal, maka
berarti Anda dituntut pula untuk mempelajari ilmu tentang tawakkal. Jika Allah
menuntut Anda untuk bersyukur, maka berarti Allah menuntut Anda pula untuk mempelajari
ilmu tentang syukur. Jika Allah menuntut Anda untuk berinfak/sedekah, maka
berarti Anda dituntut pula untuk mempelajari ilmu tentang infak/sedekah. Semua
ada ilmunya, dan semua amal harus sesuai dengan ilmunya. Jika beramal tanpa
ilmu, maka amal itu akan ditolak, atau bahkan bisa sesat dan berdosa.
Walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin. (Buya Amin/Media Muslim).
No comments:
Post a Comment
Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...