Sunday, 26 March 2017

Pelajarilah Ilmu Tentang Tawakkal




“Akan masuk surga orang-orang yang hatinya seperti hati burung” (HR. Muslim)

Demikian sabda Rasulullah saw.
Apa yang dimaksud dengan “hatinya seperti hati burung” pada sabda Rasulullah saw tersebut? Maksudnya adalah: tawakkal mereka tinggi kepada Allah swt sehingga Allah mencukupi rezeki mereka setiap harinya meskipun mereka tidak menyimpan sesuatu untuk kebutuhan esok hari. Hal ini sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah saw di dalam hadits berikut:

“Andaikata kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, niscaya Allah akan memberi rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung. Dia (keluar) pagi hari dengan perut kosong,  dan (kembali) sore hari dengan perut kenyang” (HR. Tirmizi)


Tingkat tawakkal seseorang itu berbeda-beda. Dari mulai yang tinggi sampai yang tidak bertawakkal sama-sekali. Namun seorang mukmin tidak dibenarkan untuk tidak ber-tawakkal sama sekali kepada Allah. Perhatikanlah ayat-ayat Al-Quran. Allah sering mengaitkan atau menganjurkan sikap tawakkal kepada orang-orang mukmin seperti : “Hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal” (QS. Ali Imran/3: 122)
                       
Tawakkal itu ada ilmunya. Salah-salah di dalam penerapan tawakkal, bisa mengakibatkan kerancuan atau ketidak-beresan di dalam kehidupan.
Tawakkal bukan meninggalkan usaha. Orang yang meninggalkan usaha sama-sekali dengan alasan bertawakkal, adalah orang yang bodoh tentang ilmu bertawakkal.

Seseorang yang bertawakkal tinggi tidak boleh memaksakan keluarganya untuk bertawakkal tinggi pula seperti dirinya. Oleh karena itu, dibenarkan menyimpan (uang atau lain sebagainya) demi mencukupi kebutuhan keluarga selama satu tahun.

Tetapi untuk kebutuhan pribadi, atau bagi orang bujang, tidak dibenarkan menyimpan yang lebih dari kadar kebutuhan 40 hari. Jika dia menyimpan untuk kebutuhan lebih dari 40 hari, maka dia dinilai bukan orang yang bertawakkal (demikian menurut sebagian ulama meskipun ada pula yang berbeda pendapat tentang ukuran kadar 40 hari ini).

Lalu jika kita mempunyai harta yang lebih dari kadar kebutuhan 40 hari (atau lebih dari kadar kebutuhan keluarganya satu tahun bagi orang yang telah berkeluarga) kemana sisanya harus dipergunakan? Sisanya dipergunakan untuk berinfak di jalan Allah alias untuk bersedekah atau membantu orang-orang yang membutuhkan. Inilah yang dimaksud oleh firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 219:

“... Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah: “Kelebihan (dari apa yang diperlukan) ...” (QS. Al-Baqarah: 219)

Ini hanya sebagian kecil dari ilmu tentang tawakkal yang pernah saya baca atau pelajari dari berbagai sumber terutama melalui kitab Ihya’ Ulumiddin. Seyogyanya seorang mukmin berusaha untuk mempelajari segala hal yang dituntut Allah kepada dirinya. Jika Allah menuntut Anda untuk bertawakkal, maka berarti Anda dituntut pula untuk mempelajari ilmu tentang tawakkal. Jika Allah menuntut Anda untuk bersyukur, maka berarti Allah menuntut Anda pula untuk mempelajari ilmu tentang syukur. Jika Allah menuntut Anda untuk berinfak/sedekah, maka berarti Anda dituntut pula untuk mempelajari ilmu tentang infak/sedekah. Semua ada ilmunya, dan semua amal harus sesuai dengan ilmunya. Jika beramal tanpa ilmu, maka amal itu akan ditolak, atau bahkan bisa sesat dan berdosa. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin. (Buya Amin/Media Muslim).

No comments:

Post a Comment

Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...