Saya pernah membaca sebuah postingan yang mencoba
mencegah orang dari mengerjakan puasa di bulan Rajab. Biasa, pasti kerjaan para
pengikut Wahabi atau orang-orang yang terpengaruh dengannya.
Mereka mengatakan bahwa amalan puasa di bulan Rajab itu bid’ah
karena hadits-haditsnya banyak yang lemah atau bahkan palsu.
Nah, untuk mereka yang nge-share postingan seperti itu, tolong
disimak ya penjelasan ini:
Boleh jadi memang bahwa di antara hadits-hadits yang
tersebar tentang puasa Rajab itu ada yang palsu. Tetapi pertanyaannya: APAKAH
SEMUANYA PALSU? Ternyata tidak!
Hadit-hadits tentang memperbanyak puasa di bulan Rajab ternyata
BANYAK yang TIDAK PALSU. Di antara yang banyak itu, ada yang bernilai dha’if
bahkan ada yang bernilai SHAHIH.
Untuk hadits-hadits yang bernilai dha’if, maka siapa bilang
kita tidak boleh beramal sunnah dengan berdasarkan hadits-hadits dho’if ? Para
ulama terdahulu membolehkan dan membenarkan hadits-hadits yang dho’if untuk
dipakai sebagai dasar untuk melaksanakan suatu amal yang bernilai sunnah (untuk
mendalami ini, silakan baca lagi tulisan saya yang berjudul “Jangan RemehkanHadits Dha’if”).
Adapun hadits yang bernilai shahih, minimal saya menemukan
adanya hadits berikut:
Aku (Utsman bin Hakim) bertanya kepada Sa’id bin Jubair tentang puasa Rajab, dan saat
itu kami sedang berada di Bulan Rajab. Sa’id menjawab: Aku pernah mendengar Ibnu Abbas
berkata: “Dulu Rasulullah saw pernah berpuasa hingga kami berkata bahwa beliau
tidak akan berbuka. Dan beliau juga pernah berbuka hingga kami berkata bahwa
beliau tidak akan berpuasa” (HR. Muslim no 1960)
Maksud hadits di atas adalah bahwa pernah Rasulullah saw
berpuasa di suatu bulan Rajab dengan amat banyak sekali (hampir setiap hari).
Tapi pernah pula di bulan Rajab yang lainnya, beliau sangat sedikit berpuasa.
Hal itu dilakukan Rasulullah untuk menunjukkan bahwa hukum berpuasa di bulan
Rajab itu adalah sunnah. Karena kalau Rasulullah selalu merutinkannya, maka
akan bisa dinilai wajib dan itu akan memberatkan umatnya karena ada kewajiban
puasa pula di bulan Ramadhan.
Itulah yang harus dipahami oleh Anda-Anda yang terpengaruh
dengan pemahaman Wahabi.
Yuk berhenti membid’ah-bid’ahkan amalan puasa di bulan
Rajab. Karena dalil-dalilnya sudah jelas. Duduk perkaranya sudah jelas. Hanya
konsep pemahaman Anda tentang bid’ah itu sajalah yang harus diperbaiki atau
dibongkar. Kalau Anda mengikuti pola pemahaman Wahabi di dalam beragama, Anda
akan terus seperti ini. Orang lain sibuk beramal shalih, Anda justru akan mencegah-cegahnya
karena konsep/pemahaman bid’ah yang salah.
Ikutilah konsep/pemahaman bid’ah yang benar, yakni konsep
yang telah digariskan oleh para ulama terdahulu. Sikapilah pula hadits-hadits
dha’if secara benar, yakni seperti sikap para ulama terdahulu.
Suka mencegah-cegah
orang lain melakukan kebaikan justru disebut oleh Allah sebagai salah satu
sifat orang munafik (lihat surat at-Taubah ayat 67). Tidak takutkah Anda
tergolong sebagai orang munafik? Kalau Anda takut, maka janganlah lagi Anda
cegah-cegah orang melakukan atau memperbanyak puasa di bulan Rajab. Karena ia
adalah kebaikan, amal shalih, sunnah Nabi sebagaimana yang telah diterangkan
dalil-dalilnya di atas. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin. (Buya Amin/Media
Muslim)
No comments:
Post a Comment
Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...