Thursday, 23 March 2017

Solusi Bila Terlanjur Bersumpah dan Kisah Teladan Nabi Ayyub as




“Barangsiapa bersumpah dengan suatu sumpah, kemudian dia melihat ada sesuatu yang bernilai lebih taqwa kepada Allah daripada apa yang telah disumpahkannya itu, maka hendaklah dia datangi ketaqwaan” (HR. Muslim)

Demikianlah sabda Rasulullah saw.
Maksud dari hadits tersebut adalah: Apabila kita telah terlanjur bersumpah, kemudian kita melihat ada sesuatu yang lebih baik (lebih bernilai taqwa) daripada apa yang telah kita sumpahkan itu, maka hendaklah kita ambil yang lebih bernilai taqwa itu. Kita dibolehkan untuk membatalkan sumpah kita apabila yang kita sumpahkan itu bernilai zalim atau tidak taqwa.


Contoh:
Karena marah terhadap anak, kita terlanjur bersumpah: “Demi Allah, kalau kamu lakukan itu lagi, kamu akan saya kurung di WC selama satu bulan”

Kemudian kita berpikir atau mengetahui bahwa mengurung dia selama satu bulan di WC itu adalah hukuman yang zalim dan tidak mendidik. Maka dalam hal yang seperti ini, kita dibenarkan untuk membatalkan sumpah kita itu sambil kita pikirkan lagi bentuk hukuman yang lebih baik dan tidak bernilai zalim andaikata dia memang melakukan kesalahan itu lagi.

Namun perlu diketahui pula, bahwa membatalkan sumpah itu ada konsekuensinya di dalam hukum Islam. Konsekuensinya adalah ia harus membayar “kafarat sumpah” nya.

Kafarat sumpah berdasarkan surat al-Maidah ayat 89 adalah: memberi makan 10 orang miskin, atau memberi mereka pakaian, atau memerdekakan budak. Kalau tidak mampu dengan hal-hal itu, maka hendaklah ia berpuasa selama 3 hari.

Tetapi dalam hal sumpah ini, ada pelajaran menarik dari kisah Nabi Ayyub as. Suatu kali, istri Nabi Ayyub melakukan suatu kesalahan yang membuat Nabi Ayyub murka. Ketika itu, Nabi Ayyub as masih dalam kondisi sakit. Karena kemurkaannya, Nabi Ayyub bersumpah bahwa kalau dia sehat nanti, dia akan memukul istrinya sebanyak 100 kali.

Atas izin dan kuasa Allah, ternyata Nabi Ayyub as lambat laun memang sembuh dari penyakitnya. Ketika telah sembuh itu, dia teringat dengan sumpahnya tadi (akan memukul istrinya 100 kali).

Tetapi dia merasa kasihan dan tidak tega. Masak istri yang selama ini telah berbakti dan merawat beliau ketika sakit harus dipukul 100 kali? Namun kalau tidak dilaksanakan, dia telah terlanjur bersumpah kepada Allah. Dia takut Allah akan murka kepada-Nya jika dia melanggar sumpahnya itu.

Saya tidak tahu, apakah hukum syariat tentang sumpah di zaman Nabi Ayyub itu sama dengan syariat yang berlaku di zaman Nabi Muhammad saw atau tidak. Yang jelas, saat itu Nabi Ayyub betul-betul bingung dan dicekam dilema atas sumpah yang telah terlanjur diucapkannya itu.

Lalu Allah Yang Maha Penyayang pun menurunkan petunjuk kepada Nabi Ayyub. Petunjuk yang sangat luar biasa, tepat, dan bijaksana. Petunjuk yang membuat sumpah Nabi Ayyub tetap terlaksana tetapi juga mempertimbangkan rasa kasihan Nabi Ayyub terhadap istrinya.

Apa petunjuk Allah itu? Allah menyuruh Nabi Ayyub as untuk mengambil rumput sebanyak 100 helai untuk kemudian dipukulkan ke tubuh istrinya sebanyak satu kali saja. Petunjuk Allah ini diabadikan di dalam Alquran surat Shad ayat 44: “Dan ambillah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah...”

Tentu banyak hikmah yang dapat kita ambil dari kisah seorang rasul. Apalagi kisah tersebut disinggung Allah di dalam Alquran. Berfikirlah dan renungkanlah. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin. (Buya Amin/Media Muslim)

No comments:

Post a Comment

Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...