Saturday, 18 March 2017

Siapakah atau Yang Manakah Kelompok Ahlus Sunnah Wal-Jama'ah itu?



Saudara-saudaraku, rekan-rekanku, orang-orang yang pernah kenal denganku, murid-murid yang pernah belajar mengaji denganku (yang hari ini mungkin telah tumbuh besar, dewasa, atau bahkan berumah-tangga),
Saya mengingatkan kepada Anda semua agar selalu benar-benar memilih kelompok/aliran Islam yang Anda ikuti.

Harus kita akui dan terima kenyataan bahwa sedari dulu Islam itu telah terpecah menjadi banyak kelompok/aliran. Dan tidak semua kelompok/aliran itu pemahamannya dapat dibenarkan.


Sejauh waktu dan upaya yang selama ini telah saya gunakan untuk mempelajari Islam, saya menemukan bahwa kelompok yang terbaik dan dan tidak ragu untuk saya promosikan kepada Anda pemahamannya adalah kelompok Ahlussunnah Wal-Jama’ah.

Tetapi siapakah atau yang manakah kelompok Ahlussunnah Wal-jama’ah itu? Ini juga harus diperhatikan, karena kelompok Wahabi atau Salafi sekarang ini juga mengaku-ngaku sebagai Ahlus Sunnah Wal-jama’ah. Mereka menolak untuk disebut sebagai kelompok Wahabi karena sulit untuk membantah sejarah buruk mereka yang penuh darah di masa lalu yang telah banyak diungkap dan ditulis oleh para ulama-ulama Ahlus Sunnah baik melalui buku-buku maupun artikel-artikel.

Kelompok Ahlus Sunnah Wal-jama’ah yang diakui dan dikenal oleh para ulama terdahulu bukanlah kelompok yang suka atau gampang saja meng-kafirkan umat Islam lain yang tidak sealiran dengannya.
Ahlus Sunnah Wal-jama’ah yang benar juga bukanlah kelompok yang suka membid’ah-bid’ahkan amaliyah-amaliyah yang justru dipuji di dalam Islam seperti amaliyah shalawatan, yasinan, tahlilah, dan lain sebagainya.

Ahlus Sunnah Wal-jama’ah juga bukanlah kelompok yang menghina, mencela, dan menganggap salah peringatan Maulid Nabi saw.

Demi Allah, kalau ada kelompok-kelompok yang suka membid’ah-bid’ahkan (menganggap batil/sesat) acara Maulid Nabi saw secara mutlak, saya berani bersaksi bahwa mereka bukanlah Ahlus Sunnah, dan Ahlus Sunnah bukanlah mereka!!!

Kalau ada kelompok-kelompok yang menganggap sesat seluruh aliran tasawwuf tanpa terkecuali, maka mereka juga bukanlah Ahlus-Sunnah dan Ahlus Sunnah pun bukan mereka.

Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah itu bukanlah Wahabi, bukan Syi’ah, dan bukan pula Liberal.

Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah itu adalah kaum yang berpegang pada Al-Quran dan Sunnah. Dalam rangka berpegang kepada Al-Quran dan Sunnah itu, mereka mengikuti pemahaman para Sahabat Nabi saw dan Ulama-ulama terdahulu yang sudah diakui kesalehan dan kepakarannya, karena merekalah yang mengerti tentang maksud yang dikandung oleh Al-Quran dan Sunnah tersebut.

Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah bukanlah mereka yang mengaku berpegang-teguh kepada Al-Quran dan Sunnah tetapi membuat-buat pemahaman sendiri tentang maksud yang dikandung oleh Al-Quran dan Sunnah itu yang berbeda dan bertentangan dengan pemahaman dan kesimpulan yang telah digariskan oleh para ulama terdahulu.

Menolak ajaran tasawwuf sama-sekali adalah bukan pemahaman ulama terdahulu dan bukan pemahaman yang benar dari Al-Quran dan As-Sunnah. Memang diakui, ada kelompok-kelompok tasawwuf yang sesat dan menyimpang, tetapi tidak semuanya pula seperti itu. Ada kelompok-kelompok tasawwuf yang benar di dunia ini dan mereka muncul justru dalam rangka benar-benar mengamalkan ajaran Al-Quran dan Sunnah. Bagi saya, contoh pemahaman Tasawwuf yang benar adalah pemahaman tasawwufnya Imam Al-Ghazali.

Kelompok yang selama ini dianggap pantas untuk disebut sebagai Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah oleh para ulama terdahulu adalah kelompok yang:
-Secara pemahaman Aqidah, mereka mengacu pada pemahaman Imam Asy’ari atau Imam Maturidi.
-Secara pemahaman Fiqih, mereka mengacu pada pemahaman salah satu dari Imam Mazhab yang empat: Syafi’i, Maliki, Hanbali, atau Hanafi.
-Dan secara pemahaman tasawwuf, setidaknya mereka tidak bertentangan dengan pemahaman tasawwuf Imam Al-Ghazali (meskipun mungkin berasal dari kelompok tasawwuf yang lain).

Kelompok-kelompok yang pemahamannya tidak sesuai dengan salah-satu dari pemahaman-pemahaman di atas, maka tidak bisa dijamin untuk layak dianggap sebagai Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah.

Maka janganlah tertipu hanya karena melihat hafalan Qurannya seseorang (walaupun hafal 30 juz). Karena Hafal Quran itu tidak berbanding lurus dengan memahami Al-Quran. Artinya, orang yang hafal Quran itu belum tentu pasti memahami pula maksud dari ayat-ayat Al-Quran.

Jangan pula terlalu terpesona dengan orang yang hafal banyak hadits. Karena belum tentu pula orang yang hafal hadits itu paham dengan maksud yang dikandung oleh hadits-hadits yang dihafalnya tersebut.

Siapakah yang paling mengerti tentang maksud dari Al-Quran dan Hadits? Setelah Rasulullah saw dan para sahabatnya, tentu adalah para ulama terdahulu yang telah terkenal kesalehan dan kualitas keilmuannya. Maka kalau ada ustad-ustad zaman sekarang yang membuat-buat sebuah pemahaman yang bertentangan dengan pemahaman para ulama terdahulu, lebih baik tinggalkan saja mereka, tak peduli sepanjang apa pun jenggot atau jubahnya.

Ulama-ulama terdahulu telah mengakui adanya bid’ah hasanah. Ulama terdahulu telah mengakui kebenaran ajaran tasawwuf (kecuali tasawwuf yang menyimpang). Ulama terdahulu telah menilai bagus acara Maulid Nabi saw. Ulama terdahulu tidak menolak sama-sekali hadits dho’if (melainkan menempatkannya pada posisi yang semestinya). Dan lain-dan lain-lain.

Maka kalau ada ulama-ulama zaman sekarang yang nyeleneh dari hal-hal seperti itu, sebaiknya ragukan dan tinggalkan mereka. Mereka bukan Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah. Carilah Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah yang asli sebagaimana yang telah saya sebutkan cirinya di atas. Insya Allah Anda akan berada pada pemahaman Islam yang benar dan selamat. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin. (Buya Amin/Media Muslim)

No comments:

Post a Comment

Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...