Saya
mengingatkan kepada Anda semua agar selalu benar-benar memilih kelompok/aliran
Islam yang Anda ikuti.
Harus
kita akui dan terima kenyataan bahwa sedari dulu Islam itu telah terpecah
menjadi banyak kelompok/aliran. Dan tidak semua kelompok/aliran itu pemahamannya
dapat dibenarkan.
Sejauh
waktu dan upaya yang selama ini telah saya gunakan untuk mempelajari Islam,
saya menemukan bahwa kelompok yang terbaik dan dan tidak ragu untuk saya
promosikan kepada Anda pemahamannya adalah kelompok Ahlussunnah Wal-Jama’ah.
Tetapi
siapakah atau yang manakah kelompok Ahlussunnah Wal-jama’ah itu? Ini juga harus
diperhatikan, karena kelompok Wahabi atau Salafi sekarang ini juga
mengaku-ngaku sebagai Ahlus Sunnah Wal-jama’ah. Mereka menolak untuk disebut
sebagai kelompok Wahabi karena sulit untuk membantah sejarah buruk mereka yang
penuh darah di masa lalu yang telah banyak diungkap dan ditulis oleh para
ulama-ulama Ahlus Sunnah baik melalui buku-buku maupun artikel-artikel.
Kelompok
Ahlus Sunnah Wal-jama’ah yang diakui dan dikenal oleh para ulama terdahulu
bukanlah kelompok yang suka atau gampang saja meng-kafirkan umat Islam lain
yang tidak sealiran dengannya.
Ahlus
Sunnah Wal-jama’ah yang benar juga bukanlah kelompok yang suka
membid’ah-bid’ahkan amaliyah-amaliyah yang justru dipuji di dalam Islam seperti
amaliyah shalawatan, yasinan, tahlilah, dan lain sebagainya.
Ahlus
Sunnah Wal-jama’ah juga bukanlah kelompok yang menghina, mencela, dan
menganggap salah peringatan Maulid Nabi saw.
Demi
Allah, kalau ada kelompok-kelompok yang suka membid’ah-bid’ahkan (menganggap batil/sesat) acara Maulid
Nabi saw secara mutlak, saya berani bersaksi bahwa mereka bukanlah Ahlus Sunnah,
dan Ahlus Sunnah bukanlah mereka!!!
Kalau
ada kelompok-kelompok yang menganggap sesat seluruh aliran tasawwuf tanpa
terkecuali, maka mereka juga bukanlah Ahlus-Sunnah dan Ahlus Sunnah pun bukan
mereka.
Ahlus
Sunnah Wal-Jama’ah itu bukanlah Wahabi, bukan Syi’ah, dan bukan pula Liberal.
Ahlus
Sunnah Wal-Jama’ah itu adalah kaum yang berpegang pada Al-Quran dan Sunnah.
Dalam rangka berpegang kepada Al-Quran dan Sunnah itu, mereka mengikuti
pemahaman para Sahabat Nabi saw dan Ulama-ulama terdahulu yang sudah diakui
kesalehan dan kepakarannya, karena merekalah yang mengerti tentang maksud yang
dikandung oleh Al-Quran dan Sunnah tersebut.
Ahlus
Sunnah Wal-Jama’ah bukanlah mereka yang mengaku berpegang-teguh kepada Al-Quran
dan Sunnah tetapi membuat-buat pemahaman sendiri tentang maksud yang dikandung
oleh Al-Quran dan Sunnah itu yang berbeda dan bertentangan dengan pemahaman dan
kesimpulan yang telah digariskan oleh para ulama terdahulu.
Menolak
ajaran tasawwuf sama-sekali adalah bukan pemahaman ulama terdahulu dan bukan
pemahaman yang benar dari Al-Quran dan As-Sunnah. Memang diakui, ada
kelompok-kelompok tasawwuf yang sesat dan menyimpang, tetapi tidak semuanya
pula seperti itu. Ada kelompok-kelompok tasawwuf yang benar di dunia ini dan
mereka muncul justru dalam rangka benar-benar mengamalkan ajaran Al-Quran dan
Sunnah. Bagi saya, contoh pemahaman Tasawwuf yang benar adalah pemahaman
tasawwufnya Imam Al-Ghazali.
Kelompok
yang selama ini dianggap pantas untuk disebut sebagai Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah
oleh para ulama terdahulu adalah kelompok yang:
-Secara
pemahaman Aqidah, mereka mengacu pada pemahaman Imam Asy’ari atau Imam Maturidi.
-Secara
pemahaman Fiqih, mereka mengacu pada pemahaman salah satu dari Imam Mazhab yang
empat: Syafi’i, Maliki, Hanbali, atau Hanafi.
-Dan
secara pemahaman tasawwuf, setidaknya mereka tidak bertentangan dengan
pemahaman tasawwuf Imam Al-Ghazali (meskipun mungkin berasal dari kelompok
tasawwuf yang lain).
Kelompok-kelompok
yang pemahamannya tidak sesuai dengan salah-satu dari pemahaman-pemahaman di
atas, maka tidak bisa dijamin untuk layak dianggap sebagai Ahlus Sunnah
Wal-Jama’ah.
Maka
janganlah tertipu hanya karena melihat hafalan Qurannya seseorang (walaupun hafal
30 juz). Karena Hafal Quran itu tidak berbanding lurus dengan memahami
Al-Quran. Artinya, orang yang hafal Quran itu belum tentu pasti memahami pula
maksud dari ayat-ayat Al-Quran.
Jangan
pula terlalu terpesona dengan orang yang hafal banyak hadits. Karena belum
tentu pula orang yang hafal hadits itu paham dengan maksud yang dikandung oleh
hadits-hadits yang dihafalnya tersebut.
Siapakah
yang paling mengerti tentang maksud dari Al-Quran dan Hadits? Setelah
Rasulullah saw dan para sahabatnya, tentu adalah para ulama terdahulu yang
telah terkenal kesalehan dan kualitas keilmuannya. Maka kalau ada ustad-ustad
zaman sekarang yang membuat-buat sebuah pemahaman yang bertentangan dengan
pemahaman para ulama terdahulu, lebih baik tinggalkan saja mereka, tak peduli
sepanjang apa pun jenggot atau jubahnya.
Ulama-ulama
terdahulu telah mengakui adanya bid’ah hasanah. Ulama terdahulu telah mengakui kebenaran
ajaran tasawwuf (kecuali tasawwuf yang menyimpang). Ulama terdahulu telah
menilai bagus acara Maulid Nabi saw. Ulama terdahulu tidak menolak sama-sekali
hadits dho’if (melainkan menempatkannya pada posisi yang semestinya). Dan
lain-dan lain-lain.
Maka
kalau ada ulama-ulama zaman sekarang yang nyeleneh dari hal-hal seperti itu,
sebaiknya ragukan dan tinggalkan mereka. Mereka bukan Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah.
Carilah Ahlus Sunnah Wal-Jama’ah yang asli sebagaimana yang telah saya sebutkan
cirinya di atas. Insya Allah Anda akan berada pada pemahaman Islam yang benar
dan selamat. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamiin. (Buya Amin/Media Muslim)
No comments:
Post a Comment
Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...