Dua tokoh ini sama-sama dzurriyah (keturunan) Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Sama-sama mempunyai fam Shihab.
Sama-sama
cerdas. Namun beda dalam manhaj, beda dalam memahami agama.
Jelas saya hanya butiran pasir
hitam di antara bongkahan batu raksasa bila dibandingkan
dengan dua tokoh ini.
Habib Rizieq Shihab bagi pandangan saya:
berani bicara benar, tegas, konsisten perjuangkan hukum agama sesuai syariat
Islam, wawasan luas, cerdas, pandangan nya Lurus. Ijma' Ulama' dijadikan
sandaran dalam berpendapat.
Quraish Shihab juga demikian:
cerdas, wawasan luas. Namun dalam masalah-masalah tertentu
lebih mengedapankan pendapatnya sendiri daripada pendapat jumhur ulama'. Terutama dalam masalah jilbab. Bagi
pendapat beliau, perempuan tidak wajib pakai jilbab, sehingga tak heran bila isteri
dan anak-anak perempuan nya tak ada yang pakai jilbab.
Dalam kasus ini Quraish
Shihab
telah keluar dari jumhurul ulama'. Karena kata Syekh Ali Jum’ah, mufti
Mesir, lebih 60 madzhab ijma' ulama sepakat bahwa hijab itu wajib.
Apakah pendapat Quraish shihab ini
sesat? Maka bila merujuk kepada pendapat jumhur ulama' pendapat seperti itu dianggap
sesat.
Oleh karena yang
demikian, maka
dua di antara tokoh yang sama-sama ber-fam
Shihab ini harus ada yang diikuti dan harus ada yang
ditinggalkan (tak boleh di ikuti).
Lalu bagaimana cara memposisikan dan
menyikapi dua keturunan Nabi yg berseberangan ini?
Kita sama-sama hormati. Kita muliakan
orangnya.
Namun tak boleh mengikuti pendapat atau pemahamannya yang
salah dari agama.
Maka ikuti yang benar. Ikuti yang sesuai dengan syariat agama tanpa harus mencaci atau
melecehkan dzurriyah yang tak sesuai dengan syariat
agama.
Menjelaskan mana yang keliru dan mana yang
sesat itu keharusan untuk memposisikan benang merah, agar diketahui mana yang haq
dan mana yang salah.
Menjelaskan bahwa pemahaman seperti ini
menyesatkan dan wajib dijauhi itu bukanlah cacian, sebab yg namanya cacian itu
umpatan dan sumpah serapah.
Yang tidak boleh itu adalah mencaci,
memaki orang nya, dengan kata makian yang tak pantas dilontarkan. Misalkan
dengan umpatan: bangsat lo, brengsek lo, monyet lo! Dan umpatan-umpatan kotor yang
lain.
Ungkapan cacian tak layak seperti ini
pernah dilontarkan oleh ade armando (pentolan liberal) kepada Habib Rizieq Shihab
di media sosial. Maka bagi hemat saya,
orang ini tak bermoral dan tak mempunyai integritas intelektual yang
baik.
Di bawah ini saya lampirkan sebuah
penggalan kitab karangan As-sayyid Muhammad Alawi Al-maliki, rahmatullahi
alaihi, ulama
pakar hadist dari Tanah Suci Mekkah. Bagaimana cara kita mensikapi ahlul bayt
yang
salah, atau yang berlaku dzalim kepada kita??
Beliau menuturkan di dalam kitab karangannya Manhajus Salaf fi Fahmin-Nushus pada halaman 32-33:
"Jika ada salah satu
dari keturunan
Ahlu bayt berlaku tidak baik kepada seseorang, atau berbuat salah kepada orang
lain, atau
menyakiti orang lain, maka
hendaklah ambil tindakan sesuai aturan yang
benar dengan cara yang setimpal. Jangan melampaui batas
dalam mengambil tindakan.
Akan tetapi yang paling utama adalah
memaafkan dari perbuatan tidak baik nya, ampuni perbuatan dzalimnya, maafkan
kesalahannya, sebagai bentuk menghormati Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam jika
mampu berbuat demikian. Dan juga bentuk dari mengamalkan wasiat
Baginda Nabi shallahu alaihi wa sallam ke atas
Ahlu bayt nya.
Menasehati dan memaafkan adalah bentuk
daripada akhlak mulia yang dianjurkan oleh Islam. Memperlakukan setiap orang
dengan akhlak yang demikian adalah anjuran islam, terlebih kepada para ahlu
bayt Nabi, lebih utama diperlakukan dengan cara menasihati dan memaafkan jika
mereka berbuat kesalahan.
Diantara nasehat-nasehat Baginda Nabi shallallahu
alaihi
wa
sallam serta bagian dari memuliakan Nabi adalah
memberi
nasehat kepada ahlu baytnya jika
mereka salah,
serta memuliakan
nya, jaga
Kemaslahatan nya, perlakukan dengan baik, berilah arahan
yang
baik dan peringatan yang baik jika mereka berbuat salah,
karena atas dasar mulianya nasab ini.
Tindakan seperti itu ke atas mereka
adalah bagian dari akhlak yang mulia dan perkara yang terpuji.
Tentu saja hal yang demikian dengan cara
yang hikmah
dan mau'idzatun hasanah, supaya ajakan nasehat nya lebih mudah
diterima, lebih mudah dalam memperbaiki kelalaian, dan memperbaiki
kesalahan.
Perbuatan mulia dan terpuji di atas
adalah akhlak
orang pilihan dan akhlak tokoh besar berpendidikan.
Dorongan untuk melakukan perbuatan yang mulia
tersebut, ulama'
berkata:
فَتَشَبَّهُوا
إِنْ لَمْ تَكُوْنُوْا مِثْلَهُمْ إِنَّ التَّشـبُّهَ بِالرِّجَالِ فَلاَحُ
“Tirulah
jika kalian tidak bisa persis seperti mereka. Sungguh, menyerupai para tokoh besar
adalah sebuah keberuntungan”.
Nah, terhadap dzurriyah yang salah atau tersesat dalam manhaj-nya,
tergelincir dalam pemikirannya kita dianjurkan untuk tetap
berlaku ramah,
tapi juga harus menjelaskan kesesatannya dan tidak membenarkan perbuatan
nya. Lalu bagaimana dengan orang yang menghina, mencemo'oh, nyinyir, mencaci,
mengumpat, memfitnah dan mengedit fotonya dengan editan yang kurang Ajar
terhadap dzurriyah yang manhaj-nya masih lurus, selaras dengan ajaran agama,
selaras dengan pemahaman jumhurul ulama', penyeru amar makruf nahi mungkar, seperti
Habib Rizieq Shihab?
Tentu akibat buruknya lebih dahsyat dan
lebih mengerikan. Jika tak bertaubat maka akan menuai
balasan.
البر
لا يبلى والذنب لا ينسى والديان لا يفنى كما تدين تدان
“Kebaikan tidak akan punah. Dosa
tidak akan dilupakan. Dan Tuhan Yang Maha Pembalas tidak hancur. Sebagaimana
engkau berbuat, engkau menerima balasannya.
Semoga kita tetap berlaku adil, dan
tak terjebak kedalam cacian orang-orang jahil.
Moh Aflah
Di
Kampung kediaman
***
dikutip dan diedit dari:
27 Juni 2017
No comments:
Post a Comment
Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...