Bismillahi wal hamdulillah.
Wash-sholatu was-salamu ‘ala Rasulillah. Wa ‘ala alihi wa sohbihi wa man walah.
‘Amma ba’du.
Berhati-hatilah Anda terhadap dosa
memfitnah, wahai manusia. Janganlah sesekali Anda mencoba-coba memfitnah
seorang pun, apalagi terhadap hamba-hamba Allah yang dekat kepada-Nya.Bukan
ringan dosa yang Anda lakukan itu. Bukan kecil perkara memfitnah itu di sisi
Allah.
Rasulullah saw bersabda:
“Tidak masuk surga orang yang suka
memfitnah” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kalau kita perhatikan Alquran dan
hadits, Allah tidak menganggap remeh dosa memfitnah.Terlebih lagi jika fitnah
tersebut dilontarkan kepada hamba-hamba-Nya yang saleh. Allah bahkan pernah
membuat 3 (tiga) orang bayi bisa berbicara. Dan semua itu ternyata tidak lepas
dari tujuan membantah fitnah yang sedang menimpa hamba-hamba-Nya yang saleh.
Kisah adanya 3 orang bayi yang bisa
berbicara berikut ini, disarikan dari kisah yang ada di dalam Alquran dan
hadits (hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim). Tiga orang bayi tersebut
adalah: Nabi Isa as, seorang bayi di masa Juraij, dan seorang bayi yang sedang
menyusu kepada ibunya.
Dunia kini mengetahui bahwa Nabi Isa
as dilahirkan tanpa seorang ayah. Sebuah kelahiran yang sangat ajaib tentunya.
Hal ini sebenarnya menunjukkan kehebatan dan kekuasaan Allah swt. Akan tetapi,
apakah manusia pada zaman itu mau menerima begitu saja berita seperti ini?
Sebagai makhluk yang berakal, tentu saja ada di antara manusia kala itu yang berpikir
bahwa jangan-jangan Nabi Isa kecil tersebut sebenarnya adalah anak hasil
perzinaan. Siti Maryam, sebagai ibu dari anak yang tidak berayah ini, amat
menyadari kemungkinan tersebut. Dan memang benar, ternyata bukan tidak ada
orang di zaman itu yang mencurigai bahwa Siti Maryam sebenarnya telah berzina
dengan seseorang. Alquran menceritakan kecurigaan atau kemungkinan fitnah
seperti itu di dalam ayat berikut:
“(27)… Wahai Maryam! Sungguh engkau
telah membawa sesuatu yang sangat mungkar. (28) Wahai saudara perempuan Harun
(Maryam)! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang
perempuan pezina” (QS. Maryam/19: 27-28)
Sebagai wanita yang selama ini
dikenal suci, tuduhan atau kecurigaan perzinaan terhadap dirinya ini tentu
bukan suatu hal yang ringan ditanggung oleh jiwa Maryam. Siti Maryam cukup
tertekan dan sedih menghadapi fenomena kelahiran anaknya ini. Bahkan setelah
melahirkan anaknya itu, ia sempat berangan-angan andaikan ia telah mati saja
sebelumnya:
“ … dia (Maryam) berkata, ‘Wahai,
betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak
diperhatikan dan dilupakan” (QS. Maryam/19: 23)
Tapi Allah memberi petunjuk dan jalan
keluar kepada Maryam. Melalui malaikat Jibril, Allah menunjukkan agar Maryam
tidak usah berbicara apa pun kepada manusia. Kalau ada yang bertanya perihal
anaknya, cukuplah dia arahkan saja jari telunjuknya kepada anaknya tersebut:
(26) Maka makan, minum, dan bersenang
hatilah engkau. Jika engkau melihat seseorang, maka katakanlah: “Sesungguhnya
aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih, maka aku tidak akan
berbicara kepada siapa pun pada hari ini” (QS. Maryam/19: 26)
(29) Maka dia (Maryam) menunjuk
kepada (anak)nya. Mereka berkata, “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak
kecil yang masih dalam ayunan?” (QS. Maryam/19: 29)
Mereka tentunya wajar menganggap
bahwa tidak mungkin seorang bayi yang masih dalam ayunan dapat berbicara, sebab
demikianlah yang lazimnya terjadi dalam kehidupan manusia selama ini. Tetapi
jika Allah sudah berkehendak, tak ada yang mustahil di alam ini. Bayi yang
biasanya tidak bisa berbicara, sekarang Allah izinkan berbicara. Allah lah yang
telah membuat kelaziman-kelaziman di alam ini, dan Dia pulalah tentunya yang
sanggup mengubah kelaziman tersebut untuk seorang hamba atau makhluk yang
dikehendaki-Nya. Maka, dengan izin Allah, berbicaralah Nabi Isa yang masih bayi
itu kepada manusia:
(30) Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya
aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang
nabi” (QS. Maryam/19: 30)
Dengan bisa berbicaranya Nabi Isa
yang masih bayi itu, sadarlah manusia bahwa sesungguhnya yang sedang mereka
hadapi adalah kekuasaan Allah. Siti Maryam sebenarnya adalah wanita yang tetap suci
dan memelihara kehormatannya alias bukan seorang pezina.
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin. Allah telah menyelamatkan seorang
hamba-Nya dari kecurigaan dan kemungkinan fitnah yang keji dengan cara yang
dikehendaki-Nya.
Bayi ke-2 yang diizinkan Allah bisa
berbicara adalah seorang bayi di zaman Juraij. Siapa itu Juraij?
Juraij adalah seorang lelaki ahli
ibadah di zaman Bani Israil. Dia memiliki sebuah biara tempat peribadatan. Di
biara itulah ia sering berdiam diri melakukan berbagai peribadatan kepada Allah
menurut syariat yang ada di zaman itu.
Menurut syariat kala itu, seseorang
boleh saja berbicara kepada manusia ketika salat kalau memang hal itu
diperlukan (demikian menurut sebagian ulama). Berbeda dengan syariat kita (umat
Islam) di zaman sekarang. Syariat kita sekarang, tidak membolehkan seseorang
berbicara kepada manusia ketika sedang salat kecuali bagi makmum yang sedang
mengingatkan imam yang terlupa. Itu pun hanya boleh dilakukan dengan
mengucapkan “subhanallah” saja bagi
jama’ah yang lelaki, dan dengan bertepuk-tangan bagi jama’ah yang perempuan.
Nah, Juraij ini -–entah karena
kekurangan ilmunya atau bagaimana—pernah beberapa kali tidak menjawab panggilan
ibunya ketika salat. Hal itu membuat ibunya kesal dan berdoa: “Ya Allah,
janganlah engkau mematikan Juraij sebelum ia mempunyai masalah dengan pelacur”.
Astaghfirullohal ‘azim! Sebuah pelajaran bagi kita, para orangtua, agar jangan
sembarangan mendoakan anak, apalagi mendoakan keburukan baginya. Sebab Allah
telah berjanji akan mengabulkan doa orangtua untuk anaknya jika doa tersebut
adalah doa keburukan atau kutukan (demikian menurut sebuah hadits).
Maka meskipun Juraij ini seorang ahli
ibadah, hukum dan ketentuan Allah tetap berlaku kepadanya. Berkat doa sang ibu,
suatu saat Juraij benar-benar terkena fitnah seorang pelacur.
Pelacur tersebut sangat cantik. Dia
memikat hati para lelaki. Namun hati sang pelacur ini tidak puas kalau ia belum
bisa memikat Juraij. Suatu saat pelacur tersebut berkata: “Kalau kalian
menghendaki, wahai Bani Israil, aku akan menggoda Juraij”. Namun ternyata
Juraij tak pernah tergoda sedikit pun walaupun pelacur itu seringkali
mencobanya.
Akhirnya, suatu saat pelacur ini
mengajak seorang pengembala ke biara Juraij. Keduanya melakukan perzinaan di
sana dan ternyata hal itu mengakibatkan pelacur tersebut hamil.
Setelah melahirkan anaknya, pelacur
itu kemudian melakukan fitnah kepada Juraij. Ia mengatakan kepada masyarakat
bahwa anaknya itu adalah hasil perzinaannya dengan Juraij.
Mendengar itu, masyarakat Bani Israil
marah kepada Juraij. Mereka memukuli Juraij dan merobohkan biaranya. Juraij
bertanya, “Kenapa kalian melakukan semua ini kepadaku?” Mereka menjawab,
“Engkau telah berzina dengan pelacur ini hingga ia melahirkan seorang bayi”.
Juraij bertanya, “Di mana bayi itu?”
Orang Bani Israil kemudian membawakan bayi itu kepadanya. Juraij berkata, “Tunggu
sebentar, aku akan mengerjakan salat dulu”.
Selesai salat, Juraij datang kembali
kepada bayi tersebut. Ia memijit perut bayi itu dan bertanya, “Hai bayi,
akuilah, siapakah bapakmu?”. Bayi itu menjawab, “Bapakku adalah seorang
pengembala”.
Mendengar bayi itu bisa berbicara dan
menjawab pertanyaan Juraij, kaum Bani Israil menjadi sadar bahwa mereka telah
bersalah kepada Juraij. Mereka menciumi Juraij dan meminta maaf kepadanya. Mereka berjanji akan membangun kembali biara Juraij,
bahkan dijanjikan bahwa biara tersebut akan terbuat dari emas. Tetapi Juraij
menolak hal itu. Ia meminta agar biara tersebut dibangun kembali dari tanah
saja sebagaimana semula. Mereka menyetujui permintaan Juraij dan membangun
kembali biara tersebut. Alhamdulillah. Allah telah mengizinkan kembali
seorang bayi berbicara demi membantah fitnah yang sedang menimpa seorang
hamba-Nya.
Bayi yang ke-3 adalah bayi yang
sedang menyusu kepada ibunya. Dikisahkan bahwa ketika sedang menyusu tersebut,
tiba-tiba lewatlah seorang lelaki yang berkendaraan bagus dan berwajah tampan.
Melihat itu, ibu sang bayi berdoa, “Ya Allah, jadikanlah anakku seperti lelaki
ini”.
Tiba-tiba sang bayi langsung berhenti
menyusu dan berpaling melihat lelaki itu. Selepas itu, sang bayi berdoa kepada
Allah, “Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti lelaki tersebut”.
Selesai berdoa, sang bayi kembali menyusu kepada ibunya.
Sang ibu tentu saja heran melihat
bayinya bisa berbicara dan berdoa seperti itu. Namun ia diam saja dan kembali
berjalan.
Tiba di suatu jalan, tiba-tiba sang
ibu melihat seorang budak perempuan yang sedang dipukuli oleh orang banyak.
Orang-orang itu memukuli sang budak sambil berkata, “Kamu telah berzina. Kamu
telah mencuri”. Budak itu tak bisa mengelak dan hanya mampu berkata, “Hasbiyalloh
wa ni’mal wakil”.
Melihat apa yang dialami oleh budak
itu, ibu sang bayi berdoa, “Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anakku seperti
budak perempuan itu”.
Keanehan kembali terjadi. Sang bayi
tiba-tiba kembali menghentikan menyusunya dan melihat kepada budak itu. Selepas
itu, ia juga kembali berdoa kepada Allah, namun dengan doa yang berbeda, “Ya
Allah, jadikanlah aku seperti budak itu”.
Ibunya pun kembali heran dengan
keanehan anaknya itu. Kini, ia mencoba berbicara kepada sang bayi. Ia bertanya
kepada bayi tersebut, “Kenapa ketika ada seseorang yang sangat bagus dan aku
berdoa agar Allah menjadikan engkau seperti orang itu, engkau malah berdoa
sebaliknya? Dan kenapa pula ketika ada budak yang disiksa karena berzina dan
mencuri sehingga aku berdoa agar Allah tidak menjadikan engkau sepertinya,
engkau malah meminta agar dijadikan Allah seperti budak itu?”
Sang bayi, dengan izin Allah, kembali
berbicara. Ia menjawab, “Sesungguhnya lelaki itu adalah orang yang sombong.
Oleh karena itu aku berdoa kepada Allah agar tidak dijadikan seperti lelaki
tersebut. Sedangkan budak yang disiksa itu, sebenarnya ia tidak berzina dan
mencuri. Ia hanya terkena fitnah. Oleh karena itu aku berdoa kepada Allah agar
dijadikan seperti budak tersebut”.
Itulah 3 (tiga) orang bayi yang
pernah Allah izinkan berbicara kepada manusia. Padahal secara lazimnya, seorang
bayi seperti itu semestinya belum mampu melakukan hal demikian. Semua terjadi
dengan izin Allah. Dan semua terjadi ternyata berkaitan dengan fitnah yang
sedang menimpa seorang hamba yang dekat kepada Allah.
Maka sekali lagi, berhati-hatilah dengan
dosa memfitnah, wahai manusia. Allah bisa saja membantah fitnah yang Anda
lontarkan itu dengan berbagai cara yang dikehendaki-Nya. Bahkan kalau perlu,
Allah akan memberlakukan keajaiban demi membantah fitnah-fitnah keji yang
dilontarkan seseorang kepada hamba-hamba-Nya yang saleh. Wallohu a’lam. Innahu
‘ala kulli syai-in qadir. Walhamdulillahi Robbil ‘alamin.
Special respect for:
Habib Muhammad Rizieq Shihab yang sedang mengalami ujian fitnah
murahan dari sekelompok manusia kerdil dan durjana. Semoga Allah membantumu, wahai
Habib, dan menistakan para musuhmu yang tidak juga mau sadar dan bertobat,
aamiin YRA.
(Buya Amin/Media Muslim)
Keterangan:
1-Cerita ini mengalami improvisasi di
dalam penguraiannya.Namun, insya Allah, dengan tanpa mengubah isi substansinya.
Jika Anda ingin melihat redaksi asli dari cerita ini sesuai hadits Nabi saw,
Anda dapat melihatnya di antaranya pada kitab Riyadush Sholihin, karya Imam An-Nawawi pada bab “Keutamaan Orang
Islam Yang Lemah dan Fakir”.
2-Foto di atas hanya ilustrasi saja.
No comments:
Post a Comment
Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...