Kisah nyata tentang karomah Habib Rizieq
Shihab berikut ini diambil dari buku Singa Allah dari Negeri Timur.
Sekitar pukul 17.00 WIB, jelang lebaran Idul Adha tahun 2010, Habib Rizieq menugaskan
3 orang laskar membawa 2 ekor kambing qurban menggunakan mobil pick up LPI (Laskar
Pembela Islam) ke daerah Ciapus, Tangerang. Selain itu, Habib Rizieq mengingatkan para laskar agar sekembalinya dari Ciapus
nanti hendaknya mencari pangan rumput bagi 100 ekor kambing dan 12 ekor sapi. Stok pangan hewan qurban
yang ada akan habis sebelum esok hari. Setidaknya dibutuhkan rumput
satu mobil pick up penuh untuk hewan-hewan kurban
tersebut.
Di Perjalanan pulang,
sekembalinya dari Ciapus usai mengirim kambing kurban,
nampak di kanan jalan terbentang lahan luas penuh ditumbuhi rumput ilalang
setinggi bahu orang dewasa. Tanpa banyak berpikir, laskar yang mengemudi menghentikan
mobilnya di sisi kanan jalan. Tapi setelah itu mereka bingung karena ternyata tak ada peralatan potong rumput yang mereka bawa kecuali 1 buah arit. Itu
pun baru di beli di pasar Ciapus tadi.
Setelah mencoba mencari alat lain, sebuah cutter karat akhirnya di temukan di laci dashboard mobil. Bertiga mereka mulai memotong rumput ilalang. Waktu menunjukan pukul 21.00 WIB. Belum lagi beberapa sabitan, besi arit terlepas lalu menghilang entah kemana. Menyusul nasib cutter yang juga patah beberapa menit kemudian. Tak menyerah, laskar mencabuti ilalang dengan tangannya. Seorang laskar mengalami luka di bagian tangan karena duri ilalang.
Tak terasa waktu telah menunjukan pukul
22.00 WIB. Tepat sejam mereka mencabuti rumput, tapi rumput yang terkumpul baru hanya kurang dari sekarung. Ada jerih di benak mereka.
Sampai kapan rumput terkumpul hingga memenuhi bak pick up. Namun,
meski bagaimanapun, mereka bertekad tidak akan kembali ke
Petamburan hingga membawa hasil sesuai pesanan Habib Rizieq.
Supaya berkerja lebih tenang. mereka
sepakat untuk bergantian menunaikan shalat Isya di sebuah musholla yang
kebetulan berada di sebrang jalan tak jauh dari lokasi. Laskar pertama melaksanakan
salat Isya terlebih dahulu. Beberapa saat kemudian laskar yang usai
melaksanakan sholat Isya hendak menyebrang kembali ke lokasi dimana sejawat
laskarnya tengah mencabut rumput.
Belum lagi menyebrang, ia terkejut melihat seorang pria mengenakan baju koko dan kopiah nampak
tengah membantu teman-temannya mencabut
rumput. Setelah tiba di sebrang, laskar tersebut bertambah terkejut karena melihat orang berbaju koko dan berkopiah tadi telah raib entah kemana. Belum habis terkejutnya, ia kembali dibuat heran saat melihat bak mobil pick up telah terisi penuh ilalang. Bahkan
semua ilalang dalam kondisi telah terikat rapi.
Penasaran dengan apa yang terjadi, sang laskar bertanya kepada sejawatnya yang sedang mencabut rumput,
siapa orang yang membantu mencabut rumput tadi? Mengira sang laskar bergurau, kedua sejawat menjawab apa
adanya, “Boro-boro ada yang bantuin, nih tangan aja kebeler (luka-Pen)” ujar satu laskar kawannya. Laskar pertama memberi-tahu bahwa bak mobil
telah penuh. Terkejut kedua laskar sejawatnya itu manakala menyaksikan langsung
bagaimana setumpuk tinggi ilalang telah memenuhi bak mobil padahal jumlah
rumput yang sejak tadi mereka cabuti belum ada sekarung.
Meski kebingungan, tapi ketiganya yakin
bahwa apa yang mereka saksikan tak lebih karena karomah gurunya, Habib Rizieq
Shihab, yang malam itu telah diberikan sebuah kemudahan oleh Allah SWT. Tugas
rampung dengan baik. Pangan untuk ratusan hewan kurban sudah ada di
tangan. Ketiganya pun meluncur pulang dengan hati senang.
Setibanya di Petamburan
waktu telah menunjukan pukul sekitar 23.30 WIB. Para laskar terkejut karena
Habib Rizieq ternyata masih duduk di teras rumah. Ia
tersenyum lebar menyambut kedatangan ketiga laskar yang kemudian dipujinya
sebagai para mujahid yang telah melaksanakan tugas dengan baik. Kepada Habib
Rizieq, para laskar bercerita tentang peristiwa aneh saat pencarian rumput
tadi. Tapi
tak ada jawaban dan reaksi dari Habib Rizieq selain memberikan senyuman dan acungan jempol kepada para laskar tersebut.
Dikutip dan diedit dari:
18 Juni 2017
No comments:
Post a Comment
Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...