Dalam
sebuah hadits diceritakan:
“Tatkala
turun ayat tentang bersedekah, kami membawa (sedekah-sedekah kami) di atas
punggung kami. Ada seseorang yang datang dengan membawa sedekah yang banyak.
Maka orang-orang munafik berkata: “(Itu) orang yang riya’ ”. Lalu datang lagi seorang yang lain dengan
membawa sedekah hanya satu sha’ (satu gantang). Orang-orang munafik juga
berkata: “Allah tidak butuh (kalau cuma) satu gantang ini”. Maka turunlah ayat:
“ (orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang
memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh
(untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya dst ... [QS. At-Taubah: 79]”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Jadi
begitulah salah satu sifat orang-orang munafik. Mereka selalu mencela
orang-orang yang beramal. Hal itu disebabkan karena kekafiran dan kedengkian
yang bersarang di hati mereka. Mereka benci jika orang-orang percaya dan patuh
kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka benci jika agama Allah ini tegak, hidup, dan
berjaya di muka bumi.
Pada
sederet aksi-aksi bela Islam juga pasti terlihat sikap-sikap orang munafik.
Mereka mencari celah untuk bahan celaan atau bahkan bahan pelaporan.
Jika
terlihat oleh mereka para peserta aksi yang penampilannya tergolong sederhana
atau miskin, mereka (orang-orang munafik) akan bilang: “Tuh lihat. Demo ini
hanya kerjaan orang-orang gembel yang tidak punya pekerjaan. Mereka hanya
orang-orang bayaran yang berdemo untuk mencari sesuap nasi”.
Tapi
ketika terlihat oleh mereka para peserta aksi yang berpenampilan “kinclong” dan
mewah-mewah. Bawa banyak duit dan mobil-mobil keren. Apa lantas mereka diam?
Tidak. Mereka tetap berkoar dengan mencari-cari kalimat lain: “Waduh, itu duit
dari mana? Jangan-jangan ini aksi pencucian uang. Periksa sumber dana para
pendemo itu!”.
![]() |
Di antara para peserta Aksi Bela Islam, ada yang terlihat "kinclong" dan mewah. Apakah mulut orang-orang munafiq menjadi diam? Tidak. |
Jadi
wahai saudaraku, sebaiknya gak usah dipikirin omongan mereka itu. Beramal saja
sesuai dengan kemampuan dan keadaan diri Anda. Kalau Anda kaya, bawa harta
kekayaan Anda itu untuk beramal. Pamerkan kepada Allah, jangan pamerkan kepada
mereka, karena mereka tak akan pernah berhenti untuk “berbicara”.
Kalau
keadaan diri Anda sederhana atau bahkan miskin papa, jangan malu dan minder
untuk beramal sesuai kemampuan Anda. Uang yang cuma seribu perak yang sanggup
Anda sumbangkan itu, insya Allah, bukan mustahil akan bernilai sangat besar di
sisi Allah. Bahkan kalau tak mampu beramal dengan uang, ya jangan malu juga
untuk beramal dengan yang lainnya. Mungkin dengan tenaga. Mungkin hanya dengan
pendapat. Mungkin hanya dengan tulisan. Bahkan mungkin walaupun hanya dengan
doa dan ucapan-ucapan zikir, engkau tetap bisa berbuat, dan jangan malu untuk
berbuat!
Beramallah
sesuai dengan kemampuan Anda dan jangan pikirkan omongan-omongan mereka. Yang
penting, Anda yakin bahwa Anda tengah berada di dalam kebenaran. Yang penting, Anda
yakin bahwa Anda telah beramal sesuai dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya (sesuai
dengan ilmunya).
Maka
“bismillah”. Dan lalu serahkanlah segalanya kepada Allah. Allah-lah yang akan
melihat dan menilai amal kamu. Dan Dia juga yang akan memberikan balasan
kepadamu. Lalu untuk apa kau pedulikan omongan-omongan mereka itu.
Bismillah.
Walhamdu Lillah. Wala haula wala quwwata illa billah.
No comments:
Post a Comment
Komentarnya boleh pro, boleh juga kontra. Tetapi tetap jaga etika kesopanan ya...